Setelah tertutupnya pintu PDI Perjuangan dan Partai Golkar bagi Ridwan Kamil yang dianggap kumawani ("lancang") menerima pinangan Partai Nasional Demokrat dan berakibat terpentalnya dari pusaran Pilkada Jabar 2018 untuk sementara waktu, kini nama Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar berkibar dan makin "seksi" untuk dipinang.
Dari sisi popularitas, nama aktor film layar lebar ini sepadan dengan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, yang juga aktif "saba desa" ke berbagai daerah di Jawa Barat, dari Bekasi yang jaraknya sepelempar batu dari Jakarta, sampai ke Pangandaran di ujung timur Jawa Barat. Sedangkan Deddy Mizwar selain tentu saja masih tergolong petahana, ia juga aktor yang namanya masih dikenal warga.
Sebagai "partai berkuasa" di Jawa Barat di mana Gubernur Ahmad Heryawan merupakan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS), wajar jika PKS ingin mempertahankan kekuasannya itu. Secara organisatoris, PKS telah memasangkan Deddy Mizwar selaku bakal calon gubernur dengan Ahmad Syaikhu sebagai bakal calon wakil gubernur Jawa Barat pada ajang Pilkada Jawa Barat 2018 mendatang.
Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS Bidang Pembinaan Wilayah Banten Jakarta Jawa Barat Tate Qomarudin mengungkapkan, dirinya mengikuti apa yang dikatakan Presiden PKS bahwa sudah hampir fixed mengusung Deddy Mizwar dan Ahmad Syaikhu. Saat Tate mengemukakan hal ini, PKS tidak berjalan sendirian melainkan berkoalisi dengan Partai Gerindra.
"Yang jelas, koalisi kami Partai Gerindra dan PKS sudah terjalin lama di tingkat pusat. Komunikasi juga sudah terjalin antara Presiden PKS dan Pak Prabowo. Intinya koalisi Gerindra PKS akan mengakomodir pasangan Deddy-Syaikhu," kata Tate sebagaimana dikutip Kompas.com. Bahkan Tate menekankan, pasangan Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu bisa dipastikan permanen alias tidak akan berubah.
PKS, lanjut Tate, tinggal menunggu keputusan waktu yang tepat dari Partai Gerindra untuk meresmikan serta memperkenalkan kepada publik pasangan Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu sebagai bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
Namun realitas politis sama seperti orang pacaran, tidak pasti dan tak menentu. Rencana tinggal rencana, harapan bisa tinggal harapan. Pada Senin 14 Agustus 2017 lalu, Partai Gerindra tiba-tiba menyatakan pertimbangannya untuk mengusung calon gubernur selain Deddy Mizwar. Alasannya, PKS berkeras mencalonkan Ketua DPD PKS Ahmad Syaikhu sebagai pasangan Deddy.
Sebagai gantinya, sebagaimana dikemukakan Dewan Penasehat DPD Gerindra Jabar Sodik Mudjahid, Gerindra berencana mengusung calon baru untuk gubernur, yakni Burhanudin Abdullah yang bisa menjadi pendamping Deddy Mizwar, bahkan pendamping Netty Herawati.
Sodik menambahkan, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberi arahan sejak awal bahwa Gerindra akan menyodorkan nama calon wakil gubernur dengan Deddy Mizwar diasumsikan sebagai figur yang diusung PKS. Sodik pun kembali menegaskan bahwa belum ada kesepakatan untuk mengusung Deddy-Syaikhu. "Jadi masih cair, tapi intinya ada kader Gerindra yang masuk sebagai cagub atau cawagub," kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI itu.
Di sisi lain, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid mengklaim partainya telah mendapatkan restu Prabowo Subianto untuk mencalonkan Deddy Mizwar dan Ahmad Syaikhu. Memasangkan Dedy-Syaikhu disebutnya bukan proses yang sulit untuk dijalankan. "Sama Pak Prabowo sudah selesai ya. Untuk Demiz dan Syaikhu itu sudah tinggal konsolidasi ke dalam di masing-masing," katanya. Demiz tidak lain kependekan dari Deddy Mizwar.
Gampang-gampang Susah
Koalisi PKS (12 kursi) dan Gerindra (11) memang sudah cukup mendorong pasangan gubernur dan wakilnya, sebab ambang batas pencalonan hanya 20 kursi. Namun memperebutkan posisi bakal calon wakil gubernur itu yang sulit dilakukan, meski Hidayat Nur Wahid mengatakan bukan proses yang sulit dijalankan.
Mengapa demikian? Sebab Gerindra mengasumsikan Deddy Mizwar merupakan calon yang diusung PKS sebagaimana Gubernur Ahmad Heriyawan, wajar jika Gerindra membidik minimal bakal calon wakil gubernurnya. Boleh jadi Gerindra berpikir, "Masak PKS mau ngambil dua-duanya, ya cagub, ya cawagub."
Di sisi lain PKS menganggap Deddy Mizwar bukan kader partainya sendiri. Kader partai tulen masih Ahmad Syaikhu, wajar juga kalau PKS mendorong kader partai untuk posisi bakal calon wakil gubernur. Syaikhu kini menjabat Wali Kota Bekasi sekaligus merupakan Ketua DPD PKS Jawa Barat.
Perkara "jenis kelamin" Deddy Mizwar ini memang masih membingungkan jagat politik lokal Jabar. Saat dipinang Gubernur Ahmad Heryawan, Deddy boleh dibilang mewakili dirinya sendiri alias indepennden. Maka tidak ada satu partai pun saat ini yang mengklaim Deddy sebagai kader partai, PKS bukan, Gerindra apa lagi.
Untuk itulah mengapa Deddy Mizwar misalnya sumringah atas pernyataan Amien Rais beberapa waktu lalu yang menyatakan dukungannya untuk maju ke Pilgub Jabar. Amien adalah pendiri Partai Amanat nasional yang juga mantan Ketua MPR. Harapannya, ucapan Amien merembes ke PAN untuk mendorongnya bersama koalisi.
Sumringahnya Deddy memang bisa diterjemahkan sebagai harapan dirinya mendapat dukungan, tidak terkecuali dari PAN. Deddy bahkan merasakan sinyal dukungan ia dapatkan sejak awal tahun setelah ia bertemu langsung Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
Galaunya Deddy Mizwar tercermin dari sikapnya yang mempertimbangkan untuk menjadi kader Partai Gerindra jika ingin diusung oleh koalisi Partai Gerindra dan PKS. Menjadi kader Partai Gerindra ataupun tidak menurut Deddy bukanlah masalah besar. Menurut dia, keikutsertaannya dalam Pilkada Jawa Barat 2018 sesungguhnya sudah mewakili partai berlambang kepala garuda tersebut.
Dari mana jalan ceritanya? Hanya Deddy Mizwar yang tahu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews