Baru lewat beberapa hari sejak gelaran final piala AFF 2016 mengantarkan Indonesia ke posisi runner up setelah ditumbangkan Thailand dengan skor 2-0. Rona-rona kekecewaan tampak pada sebagian besar wajah penonton dalam negeri yang diekspresikan melalui berbagai cuitan atau status di media sosial. Namun hal itu tidak mengurangi kebanggaan dan apresiasi terhadap para pemain timnas.
Sepanjang perhelatan piala AFF, selain ekspresi nasionalisme dari rakyat Indonesia di luar lapangan hijau yang boleh jadi lebih sejati dibandingkan dengan momen apapun, ada hal lain yang menggelitik dan kerap membuat terpingkal-pingkal. Apa lagi kalau bukan diksi-diksi kocak yang dilontarkan komentator sepanjang pertandingan. Panas dan tegang suasana pertandingan mendadak cair dan bahkan menambah kemeriahan menonton, terutama saat Indonesia bermain.
Tingkah komentator itu menjadi hype tersendiri di samping pertandingan sengit yang dikomentarinya. Sebuah pertandingan tidak lagi hanya ditunggu-tunggu hasil akhir menang-kalah, akan tetapi juga menjadi hiburan yang menyenangkan sepanjang pertandingan, yang uniknya, di luar dari soal pertandingan itu sendiri.
Tak lama setelah itu, media sosial kembali ramai dengan sebuah trend baru yang mewabah hingga dunia internasional. Frasa “Om telolet Om” mendadak menjadi perbincangan di kalangan musisi dan tokoh dunia setelah menjadi trending topic di media sosial Twitter. Beberapa DJ kaliber internasional seperti DJ Snake, Marsmello, Yellowclaw, Martin Garrix, The Chainsmokers dan masih banyak lagi mengunggah status “Om telolet Om” di Twitter dan Instagram mereka.
Tidak berhenti sampai di situ saja, di unggahan status Instagram milik Donald Trump, Presiden Amerika terpilih periode ini, DJ Snake menyelipkan komentar “Om Telolet Om”. Kehebohan ini sampai-sampai membuat pensiunan sepakbola berkebangsaan Jerman, Michael Ballack bertanya di akun Twitternya, “I keep receiving #omteloletom comments. Can someone explain the #telolet trend? That’s all I found on reviews simple website #Indonesia”.
Viral “Om Telolet Om” muncul dari kebiasaan anak-anak muda di sepanjang lintas Jepara-Kudus. Anak-anak muda ini memiliki kebiasaan berjejer di pinggir jalan meminta supir-supir bis agar membunyikan klaksonnya. Bunyi klakson yang khas dan berbunyi “telolet” itu menarik perhatian mereka dan dijadikan sebagai ajang hiburan. Lambat laun, bukan hanya anak-anak muda saja yang menikmatinya, tidak sedikit orang dewasa ikut menikmati request telolet. Di antara mereka ada yang menuliskan “Om Telolet Om” di atas kertas sebagai isyarat untuk supir-supir bis telolet.
Tren “om telolet om” tidak sebatas cuitan orang-orang terkenal belaka, akun Karim Metwaly di Facebook mengunggah sebuah video yang menampilkan tiga anak muda di New York meneriakkan “om telolet om” yang disambut klakson sebuah truk. Ini menunjukkan orang-orang asing itu memahami apa yang dimaksud dengan frasa tersebut.
Bagi orang Indonesia sendiri, fenomena ini dapat menjadi alternatif hiburan dan menetralkan sejenak kegaduhan linimasa dari status-status serius tentang isu-isu arusutama yang belakangan menjadi sumber perdebatan. Selain itu boleh bergembira karena hal remeh-temeh yang populer di kalangan anak muda pinggiran kota di dalam negeri mampu menjadi tren dunia.
Orang Indonesia memang jenaka. Namun kejenakaannya tidak melulu berbentuk verbal. Kadangkala kejenakaan itu ditemukan saat merespon peristiwa-peristiwa serius yang terjadi di sekitar. Umpamanya ketika peristiwa bom di Sarinah awal tahun 2016, orang-orang yang dekat dengan TKP malah menonton peristiwa baku tembak antara polisi dengan teroris, alih-alih panik dan menyelamatkan diri.
Di dunia maya saat peristiwa itu terjadi, tagar Kami Tidak Takut merajai topik di Twitter dan menjadi semacam perlawanan atas teror yang diciptakan kelompok teroris. Respon seperti ini terkesan tidak lazim jika dibandingkan dengan peristiwa serupa sebelumnya di Perancis.
Di tangan yang lain, kejenakaan dapat menjadi taktik diplomasi sebagaimana yang kerap dilakukan oleh Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur (Allahu yarham), presiden kelima RI (bukan presiden keempat, karena kita harus menghitung Syafrudin Prawiranegara, yang menjadi presiden transisi selama beberapa bulan, saat Soekarno-Hatta ditahan Belanda pada Agresi Kedua).
Gus Dur dikenal piawai dalam melancarkan humor-humor di hadapan pemimpin negara yang lain. Raja Fahd misalnya, ia terkenal sebagai raja yang pelit senyum. Bersama Gus Dur, raja Fahd dibuat tertawa ngakak hingga langit-langit mulutnya terlihat. Menurut media Arab yang meliput peristiwa tersebut, hal semacam itu tak pernah terjadi sebelumnya.
Berkat diplomasi ini, Gus Dur berhasil membebaskan TKI yang dihukum pancung. Ketika ditanya apa yang dikatakan Gus Dur kepada Raja Fahd, Gus Dur berkata, “Raja Fahd adalah satu-satunya orang Arab yang tidak beristri dua”.
Kejenakaan dapat hadir dari pribadi yang cerdas, atau sebaliknya, kelewat tidak cerdas. Saat ini pun kita dapat dengan mudah melihat kejenakaan orang Indonesia di linimasa, seperti saat peluncuran Uang Rupiah baru emisi 2016 ada orang-orang yang menduga bahwa uang baru tersebut desainnya mirip dengan mata uang Cina, Yuan. Dengan demikian, dianggap sebagai kongkalikong pemerintah Indonesia dengan Cina.
Maka benarlah apa yang didendangkan Trio Kwek Kwek di penghujung dekade 90:
Indonesia negeriku (katanya, katanya)
Orangnya lucu-lucu (katanya, katanya)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews