Gerakan anti Ahok yang dimotori oleh FPI dan sejumlah ormas Islam sukses menggiring Basuki Tjahja Purnama alias Ahok sebagai tersangka. Nasib mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut kini berada di ujung tanduk, terancam masuk penjara.
Tokoh sentral Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Hampir lima tahun perseteruannya dengan Ahok berujung aksi massa damai terbesar bernuansa Islam pasca tumbangnya rezim Orde Baru.
[caption id="attachment_2179" align="alignleft" width="380"] Ahok (Foto: Kompas.com)[/caption]
Pengusung gerakan anti Ahok mengklaim jumlah pengunjuk rasa tanggal 4 November lebih dari dua juta orang. Dan menariknya, bukan hanya ummat Islam tapi kalangan non muslim bahkan perwakilan komunitas keturunan Tionghoa pun ikut berdemo.
Jurnalis senior sekaligus pendiri blog kompasiana, Pepih Nugraha secara spesial menyoroti ketokohan Rizieq Shihab. Sembari melempar isu bahwa Imam Besar FPI itu secara politik makin diperhitungkan dan layak jadi calon presiden di Pilpres 2019.
[irp posts="2073" name="Rizieq Shihab untuk Calon Presiden 2019, Mengapa Tidak?"]
Pepih Nugraha mengamati banyak tokoh yang hadir di demo besar 4 November lalu, namun Habib Rizieq menuai simpati dan dukungan publik. “Nama Rizieq Shihab-lah yang paling fenomenal. Belakangan ramai beredar meme di media sosial tentang dukungan terhadap dirinya sebagai calon presiden 2019.”
Siapa saja bebas berpendapat dan memuji perjuangan Rizieq Shihab yang terkenal getol menyulut kemarahan ummat Islam kepada Ahok. Tapi soal dirinya layak dan berpeluang maju sebagi calon presiden, Wallahu A'lam Bishawab!
SBY dan FPI Gabung Jurus
Yang jelas gerakan anti Ahok yang gencar disuarakan oleh FPI dan ormas-ormasi Islam secara langsung telah mengubah peta politik Pilgub DKI Jakarta. Usai aksi 4 November, sejumlah lembaga survei menyebutkan bahwa elektabilitas Ahok terjun bebas.
Kompas.com menyuguhkan hasil terbaru survei Indikator menempatkan pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni di urutan pertama, berada di angka 30,4 persen.
Agus-Sylvi mengungguli pasangan Ahok dan Djarot Saiful Hidayat yang berada di urutan kedua dengan eletabilitas 26,2 persen. Sementara itu, pasangan Anies dan Sandiaga di urutan ketiga dengan elektabilitas 24,5 persen.
Sebagian kalangan berpendapat, tanpa keterlibatan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, aksi 4 November tidak akan membludak. Dua hari sebelum aksi massa, SBY mendadak tampil menggelar jumpa pers, mendesak penuntasan kasus Ahok.
“Kalau ingin negara ini tidak terbakar oleh amarah para penuntut keadilan, Pak Ahok mesti diproses secara hukum. Jangan sampai beliau dianggap kebal hukum,” ucap SBY.
Pernyataan SBY secara politik dinilai cukup efektif untuk menyemangati ummat Islam agar turun ke jalan melakukan aksi damai besar-besaran. Manuver yang wajar, sebagai pribadi muslim SBY berhak menunjukan solidaritas dan gusar ketika kesucian Al Qur’an dilecehkan.
Tapi bagi kelompok pendukung Ahok menuding manuver SBY demi mengais untung dengan dalih membela kesucian Islam. Padahal targetnya elektabilitas Ahok rontok di Pilgub DKI sekaligus memuluskan hajat sang putera tercinta jadi gubernur.
[irp posts="1680" name="SBY-AHY, Like Father Like Son" dalam Sejumlah Hal"]
Monggo berbeda pendapat, yang jelas, tidak ada larangan bagi siapapun untuk berserikat dalam gerakan solidaritas Islam yang tujuannya menuntut keadilan atas kasus penistaan agama. Singkatnya, kalaupun SBY gabung jurus dengan FPI sah-sah saja!
Kini Ahok sudah kalah dan Habib Rizieq kebanjiran pujian, konon dapat pahala berlimpah serta digadang-gadang jadi calon presiden. Begitu pula SBY bisa tersenyum lebar, maklum selangkah lagi Agus Yudhoyono akan tampil sebagai pemenang di Pilgub DKI.
Apakah semua pujian dan kemenangan dimaksut adalah tujuan dari gerakan membela Islam? Hanya Tuhan yang tahu. Semoga mereka yang berhati tulus dan berpikir cerdas dapat menarik kesimpulan tentang ihwal tersembunyi di balik gerakan anti Ahok!
***
Faizal Assegaf
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews