Di antara berbagai pemandangan yang tersajikan pada demonstrasi besar Jumat 4 November 2016 adalah terbentangnya bendera Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di tangan sekelompok demonstran. Itu sempat menjadi sorotan, tak terkecuali oleh masyarakat Aceh sendiri dan menjadikannya sebagai bahan obrolan terutama di media sosial Facebook.
Apakah benar organisasi yang menjadi penggerak demo itu adalah pendukung GAM? Itu menjadi pertanyaan banyak orang, terutama yang berasal dari luar Aceh, tak terkecuali dari masyarakat yang ada di daerah itu sendiri --juga daerah asal saya.
Patut digarisbawahi, penggunaan salah satu atribut GAM tersebut dari berbagai sumber yang saya telusuri sama sekali tidak ada izin dari petinggi organisasi yang juga bernama Aceh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF) tersebut.
Bahkan Koordinator GAM Swedia, Bakhtiar Abdullah, telah membantah bahwa pihaknya ada di belakang aksi itu. Walaupun dia berterus terang tak menentang aksi tersebut, karena itu merupakan hak warga negara. Yang disayangkannya adalah penggunaan atribut GAM di luar sepengetahuan pihaknya.
[irp]
Saat menulis ulasan ini, saya memang berusaha menghubungi beberapa petinggi organisasi itu, dan hasilnya kurang lebih sama. Bahwa mereka tidak tahu menahu soal apa yang menjadi latar belakang kalangan pendemo itu membawa-bawa atribut GAM dalam aktivitas mengarah ke upaya pressure atas dugaan penistaan agama dilakukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Munawar Liza Zainal, salah seorang sahabat yang memiliki kedekatan dengan petinggi organisasi itu pun mengklarifikasi soal penggunaan atribut organisasi itu.
"Sejak 15 Agustus 2005, GAM dan pemerintah Indonesia sudah mencapai kesepakatan yang tertuang di dalam MoU Helsinki, dan GAM tetap komit dengan perdamaian tersebut sehingga tidak ada alasan bagi GAM untuk menggunakan bahasa-bahasa ancaman yang memperkeruh suasana politik di Indonesia," tulis Munawar, melanjutkan klarifikasi dari Koordinator GAM Swedia, Bakhtiar Abdullah.
Maka itu, menyimak pemandangan yang terjadi dan penjelasan dari pihak GAM sendiri, ada indikasi adanya pihak-pihak tertentu yang ingin menjual nama organisasi tersebut.
Atau, gelagat lainnya, kemungkinan ada yang ingin mencederai perdamaian yang telah berlangsung di daerah ujung Sumatra tersebut.
Itu tentu saja persoalan serius. Beberapa teman asal Aceh yang tak ingin disebutkan namanya pun mencurigai ada yang ingin mendompleng nama rakyat Aceh dan GAM sendiri. Dibutuhkan penanganan serius dari aparat keamanan untuk mengusut persoalan tersebut agar tak melebar lebih jauh dan merusak perdamaian telah dicapai lebih dari satu dekade.
Walaupun ada juga dugaan kuat, bahwa penggunaan atribut GAM itu sendiri digunakan sekelompok pendemo itu hanya sebagai penguat tekanan kepada pemerintah atas kasus seputar Ahok yang dituding beraroma penistaan agama. Sikap tegas dari aparat kepolisian dan juga kesigapan pihak intelijen menjadi hal yang dibutuhkan, sebagai langkah preventif dari terjadinya hal-hal yang tak diinginkan dan menimbulkan lagi ide-ide disintegrasi.
***
[irp]
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews