Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso alias Buwas bikin berita lagi. Bukan karena keberhasilannya menangkap bandar narkoba kelas kakap, tetapi persinggungannya dengan calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Lho, ada apa ini? Ga ada hujan ga ada angin, tiba-tiba geledek muncul di siang hari bolong!?
Memang sih dalam suasana yang serba tegang bin sensitif menghadapi masa-masa kampanye Pilkada DKI Jakarta ini, persoalan sekecil kutu kupret saja bisa menimbulkan purbasangka dan bahkan persoalan besar. Apalagi pernyataan panas Buwas dilontarkan dalam sebuah diskusi di Kantor Kepala Staf Presiden, Rabu 26 Oktober 2016 kemarin.
Tersebutlah, pada suatu masa Buwas merancang buku sosialisasi antinarkoba untuk tingkat TK, SD, SMP sampai SMA sekitar tiga bulan setelah dilantik sebagai Kepala BNN. Lumayan agresif dan terencana juga rupanya. Karena merasa buku itu mendesak diperlukan, Buwas mengajukan buku tersebut kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayan yang saat itu dijabat Anies Baswedan. Harapan Buwas, buku itu masuk ke dalam kurikulum 2016 yang akan diberlakukan.
Tetapi kenyataannya, kata Buwas, pada tahun 2016 tidak masuk ke dalam kurikulum. Ya jelas gusarlah Buwas. Pasalnya, saat menyerahkan buku itu, Anies mengatakan mendukung program sosialisasi antinarkoba BNN yang dirancangnya.
[irp]
"(Anies Baswedan bilang) Iya iya saja. Tapi realisasinya kan enggak ada," ujar Buwas, sebagaimana dikutip Kompascom. Merasa mentok, Buwas kemudian mengajukan buku tersebut kepada Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Hasilnya sama saja; Puan idem dito dengan Anies. Mentok dua.
Kegagalan melobi dua menteri berlabuh pada laporan Buwas kepada Presiden Jokowi perihal program kerjanya. Ia berharap Jokowi mewujudkan program sosialisasi antinarkoba pada kurikulum tahun mendatang.
Buwas juga akan berkoordinasi lagi dengan Mendikbud saat ini, Muhadjir Effendy, demi mengegolkan buku sosialisasi antinarkoba-nya itu.
Pernyataan Buwas yang mengatakan "Iya iya saja tetapi realisasinya enggak ada" inilah yang menyulut reaksi Anies Baswedan. Apalagi pernyataan Buwas bernada negatif yang bisa merusak reputasi Anies selaku calon gubernur DKI Jakarta. Anies yang biasa tampil kalem dan elegan langsung mempertanyakan klaim Buwas soal buku sosialisasi antinarkoba bagi siswa itu. Bahkan Anies mengatakan, klaim Budi Waseso itu tak berdasar.
"Emang negara diurus pakai obrolan begitu? Pak Buwas ngerti -lah cara urus negara yang benar. Ngurus negara itu ya pakai proses. Tanyain Pak Buwas, Pak Anies nanya, ada enggak suratnya?" kata Anies kepada Kompascom, pada hari yang sama. "Kalau ada, nomornya berapa, tanggalnya berapa. Dari situ kemudian bisa dinilai siapa yang ngomong-ngomong, siapa yang iya iya, siapa yang enggak. Iya dong. Hari gini atur negara pakai katanya," ujar Anies lagi.
Dari pernyataannya itu, jelaskah Anies gusar terhadap Buwas. Apalagi Anies mengaku bertemu Buwas sehari sebelum ia diberhentikan sebagai Mendikbud pada 26 Juli 2016 lalu dalam acara Jambore Nasional di Pangkajene kepulauan, Sulawesi Selatan. Saat itu, Anies duduk bersebelahan dengan Buwas, namun tidak ada obrolan soal buku tersebut.
Gusar itu biasa, marah pun wajar kalau Anies mau. Pasalnya, memasuki masa kampanye dalam waktu dekat ini sangat diperlukan pencitraan sebaik-baiknya. Bukan hanya Anies, tetapi juga calon lainnya seperti Agus Harimurti Yudhoyono maupun Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Mereka semua butuh bedak pencitraan. Menjelang hari pemungutan suara, mencari kawan jauh lebih bermakna daripada mencari musuh.
Terlebih lagi, laporannya ke Jokowi setelah Buwas mentok sana-sini itu bisa diartikan sebagai "pengaduan" yang berakibat diberhentikannya Anies selaku menteri, meski tentu saja bukan itu alasannya. Untuk urusan ini hanya Tuhan dan Presiden Jokowi sendirilah yang tahu.
[irp]
Hal lainnya, Anies atau tim pemenangan Anies-Sandiaga mulai berpikir, untuk keuntungan siapa manuver Buwas ini yang jelas-jelas merugikan nama baiknya itu, apakah untuk keuntungan Ahok-Djarot atau untuk Agus-Sylviana? Sebuah pertanyaan yang wajar.
Karena pernyataan itu dilontarkan di salah satu bagian Istana, maka perkiraan Buwas lebih menguntungkan pemerintah, dalam hal ini pemerintah pusat dan turunannya pemerintah daerah DKI Jakarta, maka bisa saja diartikan Buwas membawa agenda yang menguntungkan Ahok-Djarot selaku calon petahana.
Sebaliknya bagi Buwas, tak ada urusannya sama-sekali dengan pilkada-pilkadaan, tak ada urusannya dengan Ahok, Anies maupun Agus. Yang ia urusi murni urusan program dan rencananya bagaimana buku sosialisasi antinarkoba untuk tingkat TK, SD, SMP sampai SMA yang digagasnya bisa masuk kurikulum berikutnya.
Dan, harapan satu-satunya Buwas itu kini digantungkan pada Presiden Jokowi.
***
[irp]
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews