Jangan terlalu serius melihat Pilkada DKI hingga lupa manisnya wajah istri sendiri. Begitulah kalimat yang meluncur dari mulut seorang teman saat kami sedang berbusa-busa MEOK, makan ebak omong kosong.
Ungkapan itu muncul tak lepas dari pembagian nomor untuk masing-masing kandidat cagub/cawagub di DKI Jakarta, Selasa, 25 Oktober 2016. Tiga nomor sesuai jumlah pasangan kandidat, yang juga dikait-kaitkan dengan togel --salah satu permainan judi dengan mengutak-atik angka hingga banyak orang sakit kepala. Agus Harimurti Yudhoyono mendapat nomor pertama, Basuki Tjahaja Purnama di urutan kedua, dan Anies Baswedan ketiga.
Kenapa dikaitkan dengan togel? Karena memang tak ada satupun dari nomor itu yang dapat dipastikan menjadi pemenang, dan mendapatkan hadiah dari markas bandar judi itu di Singapura sana.
Jadi, jangan heran jika pesta demokrasi kali ini di DKI dikait-kaitkan dengan togel, ya karena ketidakpastian itu.
[irp]
Kita bilang Ahok lebih meyakinkan, tapi para penjegalnya pun terlihat makin nekat tak kalah dibandingkan begal-begal yang kerap mengadang di tempat-tempat gelap di ibu kota --ibu yang beranak jutaan meski tak pernah hamil atau dihamili.
Jika ingin mengatakan Anies akan muncul sebagai pemenang, pun masih banyak yang mengait-ngaitkannya dengan pemecatan dirinya dari kursi menteri. Jika dia memang berkualitas dan mampu menjalani amanah besar terkait kepentingan rakyat, manalah mungkin dia dipecat dari menteri. Begitulah kalimat yang tepat, jika meniru bahasa yang kerap digunakan di dunia dangdut.
Bagaimana dengan Agus? Apalagi yang ini, karena penghuni Jakarta takkan mendadak ganteng seluruhnya jika dia terpilih! Nah, lho.
Sekali lagi, jangan terlalu serius bicara Pilkada DKI.
Jika terlalu serius, Anda bisa mendadak tidak sadarkan diri hingga berhalusinasi. Iyakah? Mungkin tidak, tapi buktinya memang ada yang mengkhayalkan pesta demokrasi selayaknya perang suci.
Masalah yang sebenarnya hanya sesederhana bilik suara yang tak lebih wah dibandingkan bilik asmara, bisa terlihat luar biasa. Saking luar biasa, Anda akan mendadak berubah ingin meniru serial Ganteng-ganteng Serigala, atau jika tidak tergerak mengikuti pepatah; serigala berbulu ormas reliji, ini lebih parah lagi.
Bayangkan jika Anda terlalu serius hingga terbawa mimpi. Jika biasanya Anda mengigau dan menyebut nama-nama perempuan lain, seperti Sandra Dewi, Aura Kasih, atau Syahrini yang anak tetangga sebelah itu, kali ini justru berubah menjadi Ahok, Agus, atau Anies. Dan, perubahan igauan seperti itu berisiko besar bukan?
Bagaimana tidak berisiko, jika gara-gara Pilkada DKI, Anda pun dicurigai istri mendadak mengalami kelainan seksual, atau disangka lelaki yang gemar sesama lelaki. Dan, patut Anda tahu jika seorang istri takkan terlalu sakit hati jika Anda menjadi lelaki yang dekat dengan perempuan, tapi akan merasakan kiamat jika mendapati Anda justru kian rapat dengan sesama lelaki.
Jadi, "yang sedang-sedang" sajalah, menurut Vety Vera, penyanyi dangdut kelahiran Ciawi Tasikmalaya yang pernah membuat masa remaja saya dulu terasa lebih penuh irama.
[irp]
Duduklah sejenak dengan lebih tenang. Tarik napas dalam-dalam. Dan, putarlah lagu dangdut. Rasakan sensasi seperti apa rasanya saat suara Vety Vera mengalun merdu dan agak mendesah, "Hidup ini jangan serba terlalu
yang sedang-sedang saja. Karena semua yang serba terlalu; bikin sakit kepala..."
[caption id="attachment_1549" align="alignleft" width="300"] Vety Vera[/caption]
Bayangkan penyanyi dangdut itu. Bayangkan saat ia masih muda, ketika ia masih berusia belasan tahun, atau awal 20 tahunan. Yakinlah bahwa Ahok, Anies, atau Agus masih dapat Anda lupakan, dan Anda tak perlu lagi mengisi igauan malam ini dengan nama mereka.
Tenang. Tak perlu sampai menabur caci maki di media sosial hanya untuk melarikan diri dari omelan istri karena tagihan datang silih berganti. Tak perlu menyebar hujatan bertameng pembelaan pada kandidat DKI dengan wajah bengis hanya karena rekening menipis.
Juga tak perlu menabur sumpah serapah meski isi dapur mulai kurang berwarna lantaran ada bawang merah tapi kekurangan bawang putih, ada cabai merah tapi hanya dijadikan cadangan oleh istri Anda saat ia marah --untuk menjadikan Anda sasaran sambel superpedes. Itu perih, jenderal.
Jadi, tenangkan diri sejenak. Jangan terlalu berpikir serius hingga Anda makin kurus, dan Anda berkhayal akan seketika menjadi ahli debus, hanya untuk Pilkada. Hingga jejingkrakan teriak-teriak jihad, perang suci, melawan kafir, en so on. Buka mata sekali lagi, puter dangdut, dan jernihkan pikiran, bahwa ini di depan mata hanya Pilkada, jangan pasang ekspresi seperti Anda sedang minum pil sakit kepala.
Santai saja, dan pilihlah pemimpin yang tak terlalu banyak merayu dan menabur kata-kata indah. Ingat lagi saja, bahwa dulu Anda dapat melamar anak orang menjadi istri pun sadar bahwa di depan sana banyak ketidakpastian, sehingga Anda pun terpaksa lebih banyak menabur kata indah bukan?
Jika bukan, tidak apa-apa, asal jangan memilih pemimpin dengan alasan yang bukan-bukan.
Tarik, Gan....!!!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews