Ditunjuknya artis peran dan nyanyi Sophia Latjuba selaku juru bicara tim pemenangan pasangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan Djarot Saiful Hidayat cukup mengejutkan. Perkaranya, Sophia selama ini jauh dari ingar-bingar politik.
Penunjukkan Sophia yang pernah “jalan bareng” Ariel Peterpan ini bukan tanpa alasan. Selain dari sisi fisik menarik dan tampang mendukung, kehadiran Sophia Latjuba di tim pemenangan Ahok yang diusulkan Partai Nasdem diharapkan dapat menjangkau kalangan artis atau seniman. Nasdem adalah salah satu partai pendukung Ahok-Djarot selain PDIP, Golkar, dan Hanura.
Ahok sendiri mengaku tidak terlibat dalam penyusunan struktur tim pemenangan dengan alasan penyusunan anggota tim pemenangan sebagai hasil rembukan partai-partai pengusung. “Sophia itu partai yang usulin. Kalau saya sih maunya Maia,” kata Ahok sebagaimana dikutip Kompas.com.
Maia yang dimaksud Ahok adalah Maia Estianty, mantan istri Ahmad Dhani, pesaing Ahok di awal-awal pembentukan bakal calon gubernur DKI Jakarta. Namun Dhani terlempar dari Jakarta ke Kabupaten Bekasi saat Maia datang ke Balai Kota DKI Jakarta bertemu Ahok menyatakan dukungannya. Di Bekasi musisi kondang itu akan mengadu nasib sebagai calon wakil bupati.
Tentu saja keputusan tim pemenangan Ahok menempatkan Sophia Latjuba selaku juru bicara memicu “kegerahan” tim pemenangan lainnya. Sebut saja tim pemenangan Agus Harimurti Yudhoyono dengan Sylviana Murni. “Artis harus dilawan dengan artis”, demikian niat tim pemenangan Agus-Sylvi.
Alhasil, PAN sebagai salah satu pendukung pasangan Agus-Sylvi ini langsung menyiapkan anggota DPR sekaligus penyanyi dan pencipta lagu Anang Hermansyah untuk menarik massa pemilih Jakarta. Dimajukan pula pelawak Eko Patrio, artis peran dan nyanyi Desy “Tenda Biru” Ratnasari, dan aktor Primus Yustisio. Para pesohor ini nantinya bertugas mengincar para pemilih muda dan ibu-ibu dalam Pilkada DKI Jakarta.
Jangan lupa pula, Partai Demokrat sebagai salah satu partai pendukung Agus Sylvi punya Annisa Pohan yang berlatar belakang aktris. Annisa tidak lain istri Agus sendiri dan nantinya akan dimajukan pula sebagai "pemikat" massa.
Namun demikian, berbeda dengan Sophia Latjuba yang namanya sudah tercantum dalam tim pemenangan Ahok-Djarot selaku juru bicara. Nama-nama Annisa Pohan, Eko Patrio, Desy Ratnasari, Anang Hermansyah, dan Primus Yustisio tidak tercantum dalam tim pemenangan Agus-Sylvi yang didaftarkan ke KPUD.
Publik bisa saja menduga, jangan-jangan dimunculkan nama sederet artis di luar tim pemenangan ini karena “terangsang” oleh kehadiran Sophia Latjuba yang menggoda, tetapi anggota dan struktur tim pemenangan Agus-Slyvi sudah telanjur didaftarkan dan tidak bisa ditarik kembali.
Dalam setiap ajang Pilkada maupun Pilpres, artis dengan level-nya masing-masing sering dilibatkan dalam pusaran politik, dan bahkan diseret untuk nyemplung ke dalamnya.
Tidak hanya berhenti sebagai juru bicara atau juru kampanye saja, artis yang beruntung bisa berkantor di Senayan sebagaimana sederet artis yang dimiliki PAN dan kini digunakan sebagai "pemikat" massa Jakarta untuk memilih Agus-Sylvi.
Belum terkabarkan apakah pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno juga “tergelitik” oleh kehadiran Sophia Latjuba sehingga mereka nantinya menyiapkan sederet artis papan atas lainnya untuk mengimbangi Sophia, Annisa, dan Desy.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews