Posisi politisi Partai Golkar Nusron Wahid selaku ketua tim pemenangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tiba-tiba berada di ujung tanduk banteng. Hal ini terjadi setelah kemarin PDIP pimpinan Megawati Soekarnoputri mengumumkan pasangan bakal calon gubernur dan wakilnya, Ahok berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat.
Selama ini Nusron ditunjuk menjadi tim pemenangan Ahok mewakili tiga partai politik yang pertama-tama menyatakan dukungannya kepada Ahok, yakni Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Hanura. Dengan total 24 kursi DPRD DKI Jakarta, gabungan ketiga partai ini cukup mengusung bakal calon pasangan gubernur, sebab batas minimal untuk dapat mencalonkan pasangan ialah 22 kursi.
Sementara itu dengan 28 kursi di tangan, PDIP sebenarnya sudah bisa langsung mengusung bakal calonnya dan kemarin sudah dituntujukkan dengan mengusung Ahok-Djarot. Dengan posisi inilah PDIP sebenarnya bisa jalan sendiri tanpa berkawan dengan tiga koalisi Golkar-Nasdem-Hanura alias KoGanahan. Ini sangat memungkinkan!
Setelah menyatakan dukungannya kepada Ahok-Djarot, bukan mustahil PDIP punya ketua tim pemenangannya sendiri untuk Ahok, yang tidak sudi Nusron Wahid yang lebih dahulu ada eksis di posisi itu. Mustahil pula ada dua ketua dalam satu tim, sehingga potensi konflik antara PDIP dengan tiga partai terdahulu sangat terbuka lebar. Itulah sebabnya mengapa Nusron Wahid dikatakan berada di ujung tanduk banteng.
Skenario "pisah ranjang sebelum kawin" bisa terjadi manakala KoGanahan menarik dukungan untuk Ahok kemudian dengan modal 24 kursi menyorongkan pasangan yang sama sekali baru di luar pasangan-pasangan calon yang selama ini menghiasi media massa. Memang tidak cukup waktu bagi tiga koalisi awal pendukung Ahok untuk menyodorkan bakal calonnya, namun politik itu dinamis sehingga kemungkinan apapun bisa terjadi.
Potensi konflik yang besar di antara empat partai pendukung Ahok inilah yang kemungkinan akan terus mencuat dan berlanjut sampai pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta 15 Februari 2017 mendatang.
Di antara partai itu akan saling menunjukkan siapa di antara mereka yang paling berjasa mengantar Ahok ke kursi DKI-1. Jumlah kursi salah satunya. Penetapan ketua tim pemenangan yang selama ini dipegang Nusron pun tentu akan dipersoalkan.
Apalagi sebagaimana yang pernah diungkapkan Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno, partainya telah membentuk tim pemenangan sendiri yang diisi oleh kader partai. Wakil Sekjen PDIP Eriko Satorduga juga membenarkan sinyalemen Hendrawan, namun kedua politisi Banteng itu sepakat untuk tidak menyebut nama.
Artinya, siapapun yang akan ditunjuk sebagai ketua tim pemenangan bagi Ahok dari PDIP, jelas akan bersenggolan dengan posisi Nusron.
Dengan demikian, posisi Nusron benar-benar berada di ujung tanduk banteng, kecuali ia berlindung di balik batang pohon beringin yang kokoh.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews