Di Jawa Barat PON Berubah Jadi Pekan Olahraga Nano-Nano

Jumat, 16 September 2016 | 10:00 WIB
0
889
Di Jawa Barat PON Berubah Jadi Pekan Olahraga Nano-Nano

Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-19 yang diselenggarakan di Provinsi Jawa Barat 17-29 September 2016 ini seharusnya tercacat bukan sekadar di Museum Rekor Indonesia (MURI), melainkan tercatat di Guinness Book World of Record sebagai pesta olahraga terbesar sedunia.

Selain itu, pesta olahraga antarprovinsi se-Indonesia kali ini tidak sekadar Pekan Olahraga Nasional yang biasa disingkat PON, melainkan sudah menjadi Pekan Olahraga Nano-Nano, merujuk kepada banyaknya ragam cabang olahraga yang dipertandingkan, termasuk cabang "olahraga baru" seperti Marching Band (Orkes Barisan), Dansa, Balap Motor dan Panjat Tebing. Nano-Nano adalah merek permen dengan berbagai rasa antara manis, asem, kecut, dan pedas.

Marching Band memperebutkan 10 nomor, Dansa 15 nomor, Balap Motor 6, dan Panjat Tebing 18 nomor. Sedangkan cabang olahraga unggulan Jawa Barat seperti Pencak Silat dan Balap sepeda masing-masing memperebutkan 18 dan 22 nomor. Cabang Catur yang diperkuat GM Susanto Megaranto yang tidak diizinkan  Jawa Barat memperkuat tim Olimpiade Catur Indonesia di Azerbijan, memperbutkan 15 nomor.

Jika belum yakin bahwa PON ke-19 di Jabar ini sebagai pesta olahraga terbesar di jagat raya, bandingkan dengan Olimpiade Musim Panas 2016 lalu di Brasil.

Olimpiade Musim Panas 2016 "hanya" memperlombakan 28 cabang olahraga dengan total 41 disiplin dan 306 pertandingan. PON Jabar hampir dua kali lipat dari Olimpade Brasil, yakni memperlombakan 44 cabang olahraga dengan total 65 disiplin dan 756 pertandingan. Luar biasa!

[caption id="attachment_809" align="alignleft" width="441"] Ahmad Heryawan (Foto: pks.or.id)[/caption]

Memang dari sisi atlet dan kontingen peserta Olimpide masih lebih besar, yakni lebih dari 11.000 atlet sedangkan Jawa Barat sekitar 8.500 atlet. Olimpiade Brasil diikuti 205 negara, sedangkan PON hanya diikuti 34 provinsi di Indonesia, termasuk Kalimantan Utara (Kaltara) sebagai provinsi teranyar. Namun dari sisi jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan, olahraga eksibisi, dan jumlah pertandingan itu sendiri, PON Jabar memegang rekor jagat raya!

Tidak ada penyelenggaraan olahraga di dunia ini dengan cabang olahraga sebanyak dan semelimpah Jabar. Jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan benar-benar hanya sekadar "pesta" dan "hura-hura", sama sekali tidak melihat cabang olahraga prioritas yang biasa dipertandingkan di tingkat dunia, setidak-tidaknya Olimpiade yang menjadi tolok ukur.

Pada Olimpiade Brasil lalu, misalnya, kontingen Indonesia hanya meraih tiga medali; 1 medali emas dari cabang bulutangkis dan 2 perak dari angkat besi.

Pemain ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, yang menyumbang medali emas setelah menang atas wakil Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, tepat pada hari ulang tahun kemerdekaan, Rabu 17 Agustus 2016, menjadi perolehan medali yang ke-30 untuk Indonesia sepanjang keikutsertaan di Olimpiade.

Dari 30 medali tersebut, 19 di antaranya berasal dari cabang bulu tangkis, lainnya dari cabang panahan dan angkat besi. Sejak meraih medali untuk pertama kalinya di Olimpiade Seoul 1988, Indonesia hanya berjaya di tiga cabang olahraga saja, yakni bulutangkis, angkat besi, dan panahan. Sedangkan cabang olahraga baru yang berpotensi meraih medali yaitu sepeda BMX.

Di PON ke-19 Jabar ini juga dipertontonkan cabang olahraga eksibisi yang beberapa di antaranya belum dikenal publik secara luas seperti 3x3 Basketball, Arung jeram, Barongsai, Bola tangan, Gateball, Korfball, Muay Thai, Pétanque, Rugbi 7, Soft tenis, Woodball, dan Yongmoodo.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat tentu berkepentingan menyukseskan PON ke-19 ini setelah menunggu 55 tahun, bahkan kalau bisa menjadi juara umum. PON terakhir yang berlangsung di Bumi Parahyangan ini terjadi tahun 1961.

Dengan menjadi juara, pamor Jawa Barat akan terangkat naik ke permukaan sekaligus mengangkat nama Gubernurnya, Ahmad Heryawan. Setidak-tidaknya publik tidak melulu membicarakan prestasi Provinsi DKI Jakarta atau Papua, tetapi Jawa Barat juga.

Prestasi dengan membawa provinsi yang dipimpinnya menjuarai PON ke-19 akan menjadi portofolio "tangan dingin" Aher, sebutan Gubernur Jawa Barat, dalam segala bidang yang bermaslahat bagi kepentingan umat di Jawa Barat, setelah pada MTQ kemarin Jawa Barat hanya mampu menempati ranking ke-10 di mana Provinsi Banten keluar sebagai juara umum. Dalam PON kali ini Jawa Barat ingin membuktikan diri sebagai juara umum!

Bagi Aher, selain menambah panjang daftar prestasi pada curriculum vitae-nya, portofolio ini bisa saja dijadikan "ijazah" untuk melamar ke jenjang tingkat pemerintahan yang lebih tinggi dari sekadar dua kali menjadi gubernur Jawa Barat. Dan, itu tidak dilarang alias sah-sah saja sebagai ihtiar atau upaya manusia.

Untuk itulah mengapa Jawa Barat berkepentingan menyukseskan PON ke-19 kali ini sekaligus berupaya merebut posisi puncak dengan cabang-cabang olahraga baru yang dipertindangkan, yang menjadi kekuatan dan potensi tim Jawa Barat mendulang medali lebih banyak.

***