Main telikung dan main piting dalam dunia politik itu biasa. Saking sudah biasa dan dianggap mainan sehari-hari, para petugas partai pun bisa menelikung ketua umum partainya sendiri, termasuk yang terjadi pada Megawati Soekarnoputri.
Terbaca dari pernyataan Seretaris Jenderal PDIP Hasto Kristyanto yang merupakan orang kedua di partai berlambang banteng nyeruduk itu sebagaimana termuat Kompascom, Megawati tak pernah menginstruksikan PDIP bergabung dengan Koalisi Kekeluargaan. Begitu katanya.
Koalisi Kekeluargaan yang bisa disingkat KoKeluar terbentuk setelah bersepakatnya 7 pentolan partai politik level daerah untuk melawan calon gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Meski telah bersepakat dalam sebuah persamuhan meriah, toh ketujuh pentolan partai itu tidak punya nyali mendukung pasangan calon gubernur yang akan dimajukannya.
Sebagai gantinya, meraka yang tergabung dalam KoKeluar meneriakkan sebuah yel yang epic, yakni "Ahok tumbang!" Bagaimana Ahok bisa tumbang wong mengusung lawan saja tidak berani! Masih mending politisi PIDP lainnya, Masinton Pasaribu, yang berani mengusung "Kambing Dibedaki".
Perlu diingatkan kembali sebagai catatan sejarah, ketujuh parpol yang tergabung dalam KoKeluar itu ialah Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Nahrowi Ramli, Ketua Umum DPW PKS DKI Jakarta Syakir Purnomo, Ketua PLT DPD PDIP DKI Jakarta Bambang DH, Ketua DPW PAN Eko Patrio, Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta M. Taufik, Ketua DPW PPP DKI Jakarta Abdul Azis, dan Ketua DPW PKB DKI Jakarta Hasbiallah Ilyas.
Dari ketujuh partai itu yang menjadi pusat perhatian khusus adalah nama Bambang Dwi Hartono alias Bambang DH selaku Ketua PLT DPD PDIP DKI Jakarta. Bambang bukanlah "yesterday afternoon poltician", ia pernah menjabat Walikota Surabaya yang kini dijabat Tri Rismaharini alias Risma, juga pernah mengadu nasib menjadi calon gubernur Jawa Timur meski gagal.
Karena loyalitasnya kepada partai dan Megawati, Bambang bisa hijrah dari Surabaya ke Jakarta. Dalam berpolitik, ia jagonya. Minimal level "gubernur partai" untuk Jakarta sudah digenggamnya.
Akan tetapi dalam kasus KoKeluar dan kaitannya dengan pernyataan Sekjen Hasto Kristyanto bahwa Megawati selaku big boss partai yang tak pernah menginstruksikan PDIP bergabung dengan KoKeluar, nyatalah langkah "sotoy" Bambang DH sebagai blunder besar, minimal blunder bagi Bambang DH sendiri.
Blunder dengan "blender" ada kemiripan, yakni sama-sama menghancurkan dan meremukkan. Mengapa blunder? Sebab Megawati punya kalkulasi sendiri khusus untuk Pilkada Jakarta 2017 ini!
Sebagai "komodo"-nya politik Indonesia yang paling berani karena tanpa rasa takut pernah melawan Soeharto pada masa rezim Orba, Megawati adalah "si pemilik hati" yang bisa bikin semua politisi "baper" alias bawa perasaan masing-masing. Kadang para politisi ini tidak bisa menahan diri yang akhirnya cepat lahirnya KoKeluar secara prematur.
Sementara di sudut lain tiga partai pendukung Ahok yaitu Golkar, Nasdem, Hanura, tenang-tenang saja menghadapi Pilkada ini karena sudah pasti punya jagoannya sendiri. Koalisi tiga partai pendukung Ahok itu sebut saja sebagai KoGaNahan.
Sekarang kartu truf itu jelas berada dalam genggaman Megawati. Para petugas partai tidak boleh ngintip kartu itu, bahkan Bambang dan Hasto sekalipun. Mereka hanya boleh mengira-ngira saja.
Nah, perkiraan inilah yang kemudian bisa menjadi petaka ketika petugas partai seperti Bambang DH salah menafsirkan atau keliru menerjemahkan. Di sinilah pentingnya petugas partai kursus bahasa. Salah menafsirkan, bisa jadi bumerang mematikan bagi Bambang yang bisa berujung pada pencopotan posisinya sekarang ini selaku "Gubernur PDIP" DKI Jakarta.
Alhasil, terbaca dalam foto-foto yang tampak saat deklarasi KoKeluar itu dilaksanakan, wajah para petugas partai itu tidak hepi dan seperti menahan beban perasaan yang luar biasa berat karena belum mendapat "Restu Ibu" Megawati. Soekarnoputri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews