Mempertentangkan agama dan sains tanpa memahami peta pikirnya adalah sebuah kekonyolan.
Beberapa hari lalu, saya bertemu dan berdiskusi bersama seorang teman lama saya yang saat ini telah menjadi dosen di salah satu PT Swasta.
Dalam pertemuan dan diskusi singkat itu, ia beranggapan bahwa kebenaran dalam ilmu pengetahuan (Sains) adalah kebenaran mutlak. Bagi dia, kebenaran sains-lah yang bisa dipercaya, sedangkan kebenaran dalam agama tak bisa di andalkan.
Setelah pertemuan itu, kami berpisah. Dalam perjalanan pulang, saya bertanya dalam hati; bagaimana ia mengajari mahasiswanya dengan pemahaman seperti itu.
Dalam kehidupan sehari-hari, yang kita temukan bukan hanya orang yang mabuk agama, tapi juga mabuk sains, terutama dikalangan "akademisi setengah matang". Mereka lupa, bahwa kebenaran dalam sains pun bersifat sementara, atau tidak mutlak. Kenapa bersifat sementara dan tidak mutlak? Karna dengan begitu ilmu pengetahuan (sains) bisa di uji, bisa di evaluasi, bisa mengurangi subyektivitas, dan bisa berkembang.
Kalau kebenaran dalam sains dianggap kebenaran mutlak, maka tidak perlu ada lagi pelitian dan penemuan terbaru.
Jika begitu, maka sesungguhnya kebenaran dalam sains tidak bisa berkembang, tidak bisa berevolusi, dan atau bahasa sederhananya, sains telah mati.
Jadi, tidak perlu membenturkan kebenaran sains dan agama. Sebab kebenaran sains dan agama memiliki wilayah dan tumpuan yang berbeda.
Perbedaannya itu ada pada dua hal; agama bertumpu pada keyakinan individu atau komunitas, sedangkan sains bertumpu pada fakta universal yang telah teruji.
Jadi, kebenaran dalam agama itu bersifat terbatas. Ia terbatas karna ada pada ranah keyakinan individu dan komunitas. Itu makanya kebenaran dalam agama kristen hanya diyakini oleh individu atau komunitas orang kristen saja. Begitu pun sebaliknya dengan agama atau kepercayaan yang lain. Berbeda dengan kebenaran dalam sains, dalam sains, kebenarannya bersifat universal. Ia bersifat universal karna ia melampaui sekat-sekat agama, suku, dan lain-lain.
Contoh, hukum gravitasi: Semua benda yang dilemparkan keatas pasti jatuh ke bawah. Hukum itu diyakini oleh semua orang tanpa pandang agama, suku, negara, dan lain-lain.
Jadi, mempertentangkan agama dan sains tanpa memahami peta pikirnya adalah sebuah kekonyolan. Salam
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews