Kita semua tahu bahwa Abi-nya Nana tidak pernah mengajarkan untuk mempermalukan orang lain di depan umum apalagi sampai mengolok-olok dan merendahkan orang lain.
Mata Najwa, bisa disebut juga sebagai Najwa Shihab karena begitu identik antara nama program dialog televisi itu dengan nama host-nya, merasa punya kewenangan atas hidup orang lain.
Belakangan ini Mata Najwa dan Nana (panggilan akrab pembawa acaranya), melalui layar kaca, merasa sebagai hakim yang berhak memutus satu perkara tanpa pengadilan. Tanpa kehadiran orang yang dituduh sebagai tersangka. Dengan entengnya ia memutus seseorang sebagai terdakwa di depan para penontonnya.
Mata Najwa dan Nana lupa bahwa seorang narasumber berhak menolak satu permintaan untuk datang, bertemu, ataupun wawancara dengan alasan apapun dan penolakan itu dijamin oleh Undang-Undang.
Tapi Mata Najwa dan Nana kini lebih memilih menjadi media dan wartawan yang ugal-ugalan. Berani melabrak hak narasumber untuk menolak datang, bertemu, ataupun wawancara yang dilindungi oleh hukum. Dan lebih daripada itu Mata Najwa dan Nana seolah punya otoritas untuk mengolok-olok dan menindas narasumber yang menolak undangannya.
Apa yang dilakukan Mata Najwa dan Nana itu bukan praktek kebebasan pers.
Yang dilakukan Mata Najwa dan Nana adalah praktek kebablasan pers yang secara sewenang-wenang sudah seenak udelnya menisbikan hak orang lain untuk menolak sebagai narasumber.
Yang dilakukan Mata Najwa dan Nana tak ubahnya seperti praktek “media dan wartawan bodreks” yang kita kenal “bergaya seperti preman”: hajar dulu urusan belakangan. Merasa diri paling jagoan yang tak akan tersentuh hukum: sok menunjukkan “power”-nya kalau tidak mau memenuhi kemauannya bakal dihajar habis-habisan.
Apa yang dilakukan Mata Najwa dan Nana terhadap Menteri Kesehatan Terawan sudah keterlaluan. Dan itu contoh buruk dari jurnalistik kejar tayang dan demi rating semata tanpa pernah mau tahu hak-hak narasumbernya yang dilindungi Undang-Undang.
Khusus untuk Nana ia seperti mengabaikan nasehat Abi-nya, yang kita kenal sebagai Ulama Besar yang sangat dihormati, untuk menghormati dan menghargai semua ummat manusia. Kita semua tahu bahwa Abi-nya Nana tidak pernah mengajarkan untuk mempermalukan orang lain di depan umum apalagi sampai mengolok-olok dan merendahkan orang lain.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews