Bermimpi Bertemu Si Raja Kera Sun Go Kong

Maka, apabila tanpa karma buruk, tiada wabah penyakit yang bisa menjangkiti seseorang. Tiada makhluk Mo, Mo-li, Bi-mo-li, Mo-ko, ataupun Tee-mo yang bisa melukaimu."

Jumat, 6 Maret 2020 | 23:12 WIB
0
1415
Bermimpi Bertemu Si Raja Kera Sun Go Kong
Sun Go Kong (Foto: equator.co.id)

Mungkin gara-gara banyak baca tulisan tentang seputar virus corona. Akibatnya, kemarin malam aku bermimpi melihat si Raja Kera, Sun Go Kong, terbang menghampiriku. Kulihat kedua tangannya begitu cekatan memutar-mutarkan toya saktinya.

Sun Go Kong kemudian mendaratkan tubuhnya sekitar dua meter dari tempat aku berdiri. Kedua matanya menatapku sembari berkedip-kedip. Sesekali jari tangan kirinya menggaruk-garuk kepala dan belakang telinganya yg tertutup bulu lebat. Lalu Go Kong memanggilku : "Siauwte, sini mendekatlah. Ada yang ingin aku sampaikan. Gak usah kuatir aku takkan memukulmu dengan toya saktiku ini...."

Aku pun seperti terhipnotis dan segera melangkah dua langkah kecil mendekati Sun Go Kong. Dengan refleks aku rapatkan kedua tanganku di dada memberi salam namaste kepada Sang Dewa Raja Kera Sun Go Kong.

Tentu sebagian dari masyarakat Indonesia akrab dengan ceritera tentang Raja Kera Sun Go Kong yang bersama CuPatkai mengkawal Biksu Tong Sam Cong menuju Barat untuk mengambil Kitab Suci. Karena serial filmnya pernah ditayangkan di layar kaca.

Kemudian Sun Go Kong berkata pelan di hadapanku. Jarak aku dengan Go Kong sekitar setengah meter. Suara Go Kong terdengar jernih dan lembut. Ini mungkin karena Go Kong telah berubah sejak ditaklukkan oleh Bodhisatwa Kwan Im, yakni Sang Maha Dewi nan penuh welas asih, Sang Maha Guru Altruisme yang mengajari umat manusia untuk mengikis habis egoisme yang berjangkit di dalam diri setiap insan.

Go Kong tidak lagi bersikap kasar seperti dulu sebelum Ia ditaklukkan oleh Maha Dewi Welas Asih Kwan Im dan sebelum menjadi muridnya Biksu Tong Sam Cong.

Suaranya pelan dan lembut : "Ketahuilah, Siauwte, alam manusia saat ini sedang gonjang-ganjing diserang wabah penyakit yang kalian namakan virus corona. Wabah penyakit yang mematikan itu bukanlah kutukan dari para dewa atau hukuman dari Raja Langit atau bukan pula serangan dari para serdadu langit. Bukan itu.

Namun, semua yang baik maupun yang buruk yang terjadi pada kehidupan manusia adalah akibat dari proses Hukum Sebab Akibat. Yang oleh Sang Maha Dewi Kwan Im disebut Hukum Karma. Wabah penyakit itupun adalah akibat dari Hukum Karma. Barangkali karena manusia sudah tak harmonis dengan alam ini.

Antara makrokosmos dan mikrokosmos semestinya harus ada jalinan yang selaras dan harmonis. Demi kepentingan manusia, banyak makhluk-makhluk hidup yang ada di alam manusia maupun alam dimensi lain terganggu bahkan banyak yang terbunuh. Maka, Hukum Karma pun berproses.

Jadi, wabah penyakit yang telah mematikan banyak nyawa manusia itu bukanlah diakibatkan oleh kutukan para dewa, hukuman dari Raja Langit atau serangan dari para serdadu langit. Bukan itu.

Namun, bisa jadi karena manusia gemar memakan daging hewan seperti babi, yaitu saudara-saudari dari sahabatku si Cupatkai. Atau daging sapi, kerbau. Memang sebaiknya kalian menghindari pembunuhan dan penjagalan terhadap hewan-hewan hanya demi untuk kenikmatan lidah kalian.

Bayangkanlah, setiap kalian manusia merayakan ulang tahun, atau tahun baru, kalian berpesta pora. Kalian manjakan lidah kalian. Kalian bunuh ratusan, ribuan , jutaan ayam, kambing, babi, sapi. Tak ada sedikitpun belas kasihan tumbuh dari hati kalian.

Yang paling menderita adalah hewan sapi. Coba pikirkan. Sapi semasa hidup disuruh, diperintah dengan kasar dengan cara dicambuk untuk menarik pedati, membajak sawah, lalu susunya diperas.

Dan, sapi tak meminta apapun selain rumput untuk dimakan. Setelah itu, penderitaan sapi belum juga berakhir dan selesai. Sapi kemudian disembelih, diambil kulitnya untuk dibikin tas dan jaket atau sepatu.
Perhatikanlah setiap ingin disembelih acapkali sapi meneteskan air matanya...."

Sun Go Kong berhenti sejenak. Kedua matanya berkedip-kedip lalu menengadahkan kepalanya memandang ke langit. Lalu, Go Kong melanjutkan kata-katanya.

"Sejak aku jadi murid dari Yang Arya Biksu Tong Sam Cong, aku terus berlatih diri mengikis egoisme yang bercokol di hati dan otakku. Aku tak lagi kuat melihat penderitaan para makhluk hidup. Air mataku suka membasahi pipiku yang berbulu ini. Makanya, hari ini aku turun ke bumi untuk menyampaikan kepada manusia.

Aku memilih Siauwte karena aku sering perhatikan lewat kesaktianku menerawang keadaan di bumi ini bahwa Siauwte suka menulis status di Facebook, Instagram dan Whatsapp group. Jadi, aku yakin penyampaianku ini pasti akan Siauwte sebarluaskan lewat media sosial tersebut.
Inti dari yang ingin aku sampaikan kepada seluruh umat manusia di bumi adalah :

"Senantiasalah berusaha untuk berbuat baik. Sekuat tenaga menghindari perbuatan jahat. Berlatih mensucikan hati dan pikiran. Dengan demikian setiap manusia belajar terus menerus menabung dan menumpuk karma baik dan mengurangi serta menghabiskan karma buruk."

Maka, apabila tanpa karma buruk, tiada wabah penyakit yang bisa menjangkiti seseorang. Tiada makhluk Mo, Mo-li, Bi-mo-li, Mo-ko, ataupun Tee-mo yang bisa melukaimu."

Segera setelah menyelesaikan kalimatnya, Sun Go Kong dengan tangan kanannya sekali kibaskan jubah kebesarannya sembari tangan kirinya memutar toya sakti, tubuhnya melesat secepat kilat terbang menuju awan dan menghilang dalam hitungan detik.

Dan aku pun tersentak bangun. Alarm henpon berbunyi nyaring. Tanda subuh telah tiba.

***

Keterangan :
Siauwte artinya adik
Mo artinya Iblis.
Mo-li = iblis betina
Bi-mo-li = iblis wanita cantik
Mo-ko = iblis jantan
Tee-mo = iblis penguasa bumi.