Begitu pula, sebagia orang memandang saya dengan aneh dan curiga seakan saya mahluk yang mengancam.
Waktu saya mendapat bea siswa dari USIS, pemerintah Amerika, saya pergi mengunjungi hampir sebagian besa negara bagian Amerika dengan kota-kota utamanya. Salah satu negara bagian yang yang saya kunjungi adalah Louisiana dengan kota utama New Orleans. Penduduknya New Orleans sekitar 1,3 juta orang. Sejarah, kehidupan dan penghidupan, dan terutama kaitannya dengan Indonesia, sangat menarik.
News Orleans merupakan salah satu pelabuhan utama di Amerika Serikat, sekaligus kota terbesar di negara bagian Louisiana. Kota ini dulu sempat dikuasai oleh Spanyol, tetapi kemudian dikembalikan lagi ke Perancis, karena memang News Orleans sebagai bagian dari Louisiana milik Perancis. Menariknya, kemudian saat itu daerah ini dijual oleh Napoleon Bonaparte ke Amerika. Sejak itulah daerah menjadi bagian negara Amerika.
Bagi saya pribadi , setidaknya ada lima hal yang menarik dari kota New Orlieans.
Pertama, semboyan mereka: music, food and sex. Musik, makan dan seks. Memang hampir sepanjang hari. kehidupan dan penghidupan mereka hanya dipenuhi makan-minum, musik dan pasangan-pasangan yang memadu kasih. Musiknya didominasi oleh jazz, karena dahulu banyak imigran berkulit hitam yang masuk kesini dan mengembangkan kebudayaan mereka termasuk musik jazz. Makanannya, perpaduan makanan Perancis dan Mexico serta Ingris dan Amerika sendiri.
Kedua, kota ini kota yang benar-benar multikultur. Berbagai budaya dari Eropa seperti Perancis, Ingris, Spanyol dan lainnya, kemudian ditambah penndatang dari Afrika, Mexico bertetmu di sini membentuk alkulturasi budaya baru yang unik, yang masih meninggalkan jejak-jejaknya dari budaya asalnya, sampai sekarang. Arsitektur gedung-gedung yang khas dan menaik masih jelas terlihat sampai sekarang. Nama New Orlieans sendiri diambil dari nama walikota Perancis yang pernah bertugas disana, Philippe II yang dianggap berjasa mengembangkan wilayah itu.
Ketiga, inilah contoh wilayah yang “dapat dijual-belikan” pada masa lalu, sehingga nasionalismenua juga sempat bergeser-geser, sebelumnya akhirnya ajeg jadi negara bagian Amerika Serikat. Mungkin Timor Leste kalau diproses secara ekonomis, dan bukan politis, (siapa tahu) waktu itu dapat beralih menjadi teritorial Indonesia tanpa gaduh, karena melalui proses transaksional yang sah seperti dilakukan antara Perancis dan Amerika di Louisiana dengan kota New Orleans ini.
Di Indonesia sendiri, juga ada contoh jual beli semacam itu. Dahulu Manhattan milik Belanda, tetapi lantas oleh Belanda daerah itu dibarter dengan Pulau Banda yang kaya akan pala yang dikuasasi oleh Spanyol. Jadi Banda masuk Indonesia, sementara Manhattam milik Amerika (setelah diserahkan oleh Spanyol). Kalau tidak, Manhattam di Amerika sampai kini masih milik Indonesia...
Keempat, ini menarik buat orang Indoensia, khususnya kalangan hukum, lantaran dulu wilayah Louisiana merupakan milik Perancis, maka sampai sekarang sebagian besar hukum di negara bagian ini masih mengadoptasi hukum-hukum dari Perancis. Hukum Perancis ini pulalah yang ada di Belanda dulu. Nah, dari Belanda kemudian hukum Perancis ini dibawa ke tanah jajahannya, Indonesia.
Walhasil, hukum Indonesia banyak miripnya dengan hukum Louisiana yang kesemuanya berinduk ke sistem hukum Perancis.
Dan kelima terakhir, ketika saya d isana saya sehari-hari memakai busana mantel (coat) panjang berwarna kuning kecoklatan. Maklumlah udara saat itu lumayan dingin. Tetapi sering kali makanala saya datang ke daerah tertentu di situ, terutama daerah yang rada “slam,” orang yang sedang berkelompok langsung perlahan-lahan membunarkan diri.
Begitu pula, sebagia orang memandang saya dengan aneh dan curiga seakan saya mahluk yang mengancam. Selidik punya selidik, dari keterangan teman saya orang Amerika yang menemanin saya, barulah saya tahu “gaya busana” yang saya pergunakan seperti itu biasanya merupakan “busana” yang dipakai para dektektif atau polisi ketika sedang mengusut suatu kasus. Biasanya di balik busana itu, para detektif atau polisi menaruh senjata api mereka.
Rupanya, saya dikira, atau dicurigai, sebagai detektif atau polisi yang tengah mengawasi kemungkinan terjadinya kejahatan disana yang memang kriminalitasnya lumayan tinggg.
Oh, pantes...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews