Kehadiran "Obor Rakyat" Hanya Memperkeruh Pilpres 2019

Kamis, 10 Januari 2019 | 21:23 WIB
0
415
Kehadiran "Obor Rakyat" Hanya Memperkeruh Pilpres 2019
Setiyardi Budiono (Foto: Portonews.com)

Pada masa Pilpres 2014 lalu, kehadiran tabloid Obor Rakyat sempat menimbulkan polemik akibat berita bohong atau hoaks yang digunakan untuk menyerang pasangan Jokowi-Jusuf Kalla. Dalam edisi pertamanya yang terbit pada Mei 2014, Obar Rayat menerbitkan tulisan berjudul  “Capres Boneka” dengan menampilkan karikatur Jokowi yang sedang mencium tangan Megawati Soekarnoputri.

Tak  lama kemudian, edisi keduanya muncul dan kembali menerbitkan tulisan dengan judul “1001 Topeng Jokowi” berisikan berita-berita bohong tentang keluarga Jokowi.

Dianggap telah melewati batas hukum, tim pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla akhirnya melaporkan tulisan Obor Rakyat tersebut pada pihak kepolisian. Dalam sidang keputusan akhir, dua orang petinggi Obor Rakyat, yaitu Setiyardi Budiono selaku pemimpin redaksi dan Darmawan Sepriyossa selaku redaktur sah dinyatakan bersalah. Keduanya dijatuhi hukuman pidana selama 1 tahun penjara sejak Mei 2018, atas pelanggaran pasal 310 ayat 2 Jo pasal 55 ayat 1 KUHP tentang pencemaran nama baik.

Lima tahun telah berlalu, beredar rumor bahwa Obor Rakyat akan bangkit kembali untuk mengisi kemeriahan kampanye menuju perayaan pesta demokrasi Indonesia 2019. Hal tersebut dikonfirmasi langusung oleh Setiyardi Budiono setelah mendapat cuti bersyarat dari Kemenkumham lusa lalu.  Ketepatan momentum Pilpres dianggapnya sebagai kesempatan bagus untuk kembali menerbitkan sekaligus mengembalikan eksistensi Obor Rakyat seperti saat pilpres 2014 lalu.

Mantan jurnalis Majalah Tempo ini mengklaim masih banyak masyarakat yang menunggu Obor Rakyat untuk kembali terbit. Sehingga, pihaknya melakukan berbagai pembenahan untuk kembali memperkuat tabloid Obor Rakyat dengan melakukan pembentukan badan hukum dan penentuan kantor untuk dijadikan tempat memproduksi berita. Setiyardi pun berharap tabloid Obor Rakyat sudah dapat dinikmati masyarakat mulai bulan depan.

Lalu bagaimana dengan pendapat masyarakat?

Adanya rumor bangkitnya Obar Rakyat tersebut menghadirkan cuitan pedas dari berbagai pegiat media sosial. Masyarakat yang enggan dan menolak kembali Obar Rakyat secara blak-blakan diungkapkan karena dianggap hanya sebagai sumber provokatif yang sangat tidak mendidik dan merusak kepercayaan rakyat kepada sosok pemimpin negara.

Mendengar rumor kembalinya Obor Rakyat tak luput dari pemantauan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf. Meskipun tidak akan bereaksi secara langsung, pihaknya akan memantau terlebih dahulu isi tabloid tersebut, apakah akan sama dengan tahun 2014 atau benar-benar telah mengemasnya dengan hal yang pantas untuk dikonsumsi masyarakat.

Menjelang Pilpres 2019 tentu banyak pihak-pihak yang melakukan kampanye dengan berbagai cara muslihatnya, antisipasi dan pencegahan agar modus kampanye hitam seperti yang terjadi pada Obor Rakyat tahun 2014 tidak terulang perlu ditumbuhkan dari masing-masing pribadi maupun pihak-pihak yang berwenang.

Penguatan tim multimedia dan siber yang telah dibentuk oleh Polri harus didukung kuat oleh segenap masyarakat Indonesia dengan cara mawas diri terhadap segala bentuk provokatif dan menggunakan positive campaign. Sebab, apabila terjadi lagi kampanye hitam dengan korban Prabowo-Sandi maupun Jokowi-Ma’ruf, akan ada sejumlah pasal hukum yang telah menunggu untuk dijerat.

***