Manipulator Media

Di Kompasiana memang banyak tulisan-tulisan amat bermutu, tapi tak sedikit juga tulisan sampah dan fitnah yang isinya melulu bertujuan membunuh karakter.

Senin, 14 Maret 2022 | 07:05 WIB
0
150
Manipulator Media
Buku tentang manipulator media (Foto: dok. Pribadi)

Akhir-akhir ini marak manipulasi media sosial seperti status Facebook dan Twitter yang berisi foto rekayasa dengan photoshop (misalnya kepala Jokowi dipasang menggantikan kepala orang lain yang sedang naik limo Mercedez Pullman).

Gubernur Ahok Jakarta juga kerap jadi sasaran bullying di Forum Blogger seperti Kompasiana. Ini ia alami sejak dia masih menjadi Wakil Gibernur DKI Jakarta, di antaranya oleh Kompasianer tak terverifikasi bernama samaran (pseudonim) Go Teng Shin. Nama yang mengesankan penulisnya seorang keturunan Tionghoa, tapi tulisannya amat kental kebenciannya kepada Ahok yang juga keturunan Tionghoa.

Kompasiana juga kerap dimanipulasi oleh penulis-penulis yang melakukan pembunuhan karakter selama Pilpres. Ada juga Jilbab Hitam yang tulisan fitnahnya menyerang Tempo, sebuah media yang kredibel.

Kompas dan lain-lain pun diserang. Celakanya, ada teman yang tak bisa membedakan antara Kompas cetak/online dengan Kompasiana (sebuah forum blog pascamoderasi).

Di Kompasiana memang banyak tulisan-tulisan amat bermutu, tapi tak sedikit juga tulisan sampah dan fitnah yang isinya melulu bertujuan membunuh karakter.

Tadinya diharapkan jadi ajang engagement para pembaca Kompas, menjadi semacam wadah untuk citizen journalism, namun akhirnya menjadi lebih banyak berisi opini, yang tak jarang tidak terverifikasi.

Belum lagi kasus tabloid Obor Rakyat, yang mengesankan produk jurnalistik tapi oleh Dewan Pers dinyatakan bukan produk jurnalistik.

Sayangnya, tabloid sampah dan fitnah yang memang tujuannya membunuh karakter Jokowi selama Pilpres ini hingga kini diambangkan proses kriminalisasinya oleh Polri (yang malah lebih giat mengkriminalisasi tokoh-tokoh antikorupsi).

Saya jadi ingat buku tentang pengakuan manipulator media ini, yang rasanya relevan untuk situasi Indonesia saat ini.

***