Hari ini saya seolah kembali ke masa silam Indonesia, 100 tahun lalu.
Bro Sunarno datang membawa 6 koran. Ia membukanya dengan sangat hati- hati.
Terbaca nama koran:
1. De Preanger- Bode (tahun 1899)
- bahasa belanda
2. Mataram (tahun 1899)
- bahasa belanda
3. Pemberita Betawi (tahun 1893)
- bahasa indonesia tempo doeloe
4. Sinar Terang (tahun 1888)
- bahasa Indonesia Tempo doeloe
5. Bintang Betawi (tahun 1904)
6. De Sumatra Post (tahun 1907)
- bahasa belanda.
Saya coba membaca satu koran Bintang Betawi, edisi Selasa, 1 Maret 1904.
Di bawah nama koran, ada keterangan:
- Kaloear saben hari salaennya hari Minggoe dan hari besar
(Terbit setiap hari kecuali hari minggu dan hari besar).
Di halaman 1, di samping ada berita tentang dibangunnya kereta api Siberia, juga ada berita lelang, dan juga cerpen tentang Baboe Dalima.
Itu kisah seorang pembantu yang menurut penulisnya benar benar terjadi
Saya tak berniat membeli sekitar 100 edisi lebih ini. Tapi kata Bro Sunarno, temannya yang memiliki koleksi ini sedang memerlukan dana.
Awal komunikasi terjadi di WAG Satupena. Lalu berlanjut pak Sunarno membawa koran itu ke kantor saya, hari ini, selasa 20 April 2021.
Terjadilah transaksi.
Harus saya apakan koran ini? Itulah pertanyaan yang muncul ketika transaksi jual beli selesai.
Ketika koran saya angkat, serpihan kertasnya berserakan.
“Wah,” gumam saya dalam hati, “tak lama lagi koran ini akan hancur karena kertasnya sudah rapuh sekali.”
Bagaimana mengolahnya.
Aha! Bukankah ini era NFT (Non Fungible Token)?
Bukankah apapun bisa diabadikan dalam blockchain technology?
Saya berencana memanggil seorang fotographer, untuk memfoto semua edisi, dari 100 koran cetak yang sudah rawan menjadi 100 foto digital. Foto itu dikemas, diberi narasi, agar menjadi NFT.
Tweet saya yang di-NFT-kan, bulan April 2021 ini juga dibeli dalam lelang seharga 100 juta rupiah.
Saya pun terpikir membuat perpustakan NFT pertama terbesar di Indonesia, mengoleksi aneka benda sejarah, yang di-NFT- kan, dan yang penting diberi narasi.
Narasi ini yang membuat dokumen itu bernilai.
Segera saya mencari seorang fotographer, seorang ahli graphic design, dan copy writer yang mengerti sejarah.
Cukup tim kecil ini saja, tapi mereka bertugas membuat NFT dari aneka dokumen sejarah, mulai dari Epic of Gilgamesh, kisah Mahabrata, hingga kisah babat tanah jawa.Bro Sunarno sudah meninggalkan kantor saya. Imajinasi saya justru semakin liar.
100 edisi Koran berusia lebih dari 100 tahun ini seolah masuk ke batin saya, meminta agar ia diberdayakan.
Denny JA
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews