Baikkah Hidup Terlalu Irit?

Prinsip istri yang kadang bikin suami agak gimana gitu. Daripada uang ratusan ribu untuk jajan sekali makan lebih baik dibelikan bahan yang bisa dimasak di rumah.

Selasa, 27 Oktober 2020 | 22:04 WIB
0
265
Baikkah Hidup Terlalu Irit?
Makan d luar bersama keluarga (Foto: Dok. pribadi)

Ibarat sebuah kendaraan, suami adalah sopirnya. Istri kondekturnya. Dan anak-anak serta keluarga besar jadi penumpangnya.

Suami punya kewajiban untuk mengantarkan penumpang ke tujuan masing-masing. Istri menunjukkan jumlah biaya yang ada di tangannya. Jangan-jangan tidak cukup untuk perjalanan jauh. Penumpang harus manut alias tidak rewel yang bisa bikin emosi sopir dan kondekturnya. Intinya, masing-masing pihak harus menempatkan diri pada kewajiban masing-masing.

Sebagai sopir, tentu suami sudah memperkirakan kondisi kendaraan beserta estimasi kebutuhan bahan bakar. Istri selaku pemegang keuangan keluarga melaporkan kondisi itu ke suaminya. Dan anak-anak menikmati perjalanan itu dengan senang hati.

Konsep di atas ada di keluarga saya. Suami adalah kepala keluarga. Istri jadi kepala rumah tangga. Dan anak-anak jadi warganya. Hubungan ketiganya harus harmonis. Tidak boleh ada yang merasa lebih penting daripada lainnya.
Sebagai kepala keluarga, salah satu tugasnya adalah membahagiakan mereka. Dengan segala kemampuan yang dimiliki. Tanpa perlu mempertimbangkan untung dan rugi. Demi keluarga yang amat dicintai. Tak perlu pula membandingkan dengan keluarga tetangga. Fokus saja ke rumah sendiri...

Masalahnya adalah perbedaan prinsip. Karena sering bepergian, sering banget suami merasa kelaparan. Akibatnya, suami sering jajan ke tempat-tempat makan yang konon enak dan terkenal. Jadilah lidahnya terbiasa menikmati masakan di luar. Dan istri juga tak marah karena tahu kondisinya.

Istri dan anak-anak tentu lebih banyak waktunya di rumah. Makan apa yang dimasak di rumah. Atau jajanan yang dijual di warung tetangga. Jadi, istri dan anak-anak jarang merasakan masakan dari luar, kecuali sesekali yang dibawa suaminya pulang untuk oleh-oleh.

Prinsip istri yang kadang bikin suami agak gimana gitu. Daripada uang ratusan ribu untuk jajan sekali makan lebih baik dibelikan bahan yang bisa dimasak di rumah. Bisa dinikmati berhari-hari, tak cuma sehari. Dan prinsip ini diikuti oleh anak-anak.

Akibatnya, sulit banget mengajak mereka untuk sesekali jajan keluar. Sesekali mencari suasana baru. Bahkan kadang harus dipaksa juga. Saat tiba di lokasi, eh pikirannya masih melayang ke rumah. Makannya kurang lahap dan ogah-ogahan.

***