Ketika ibu sembuh, banyak yang tepuk dada bahwa ibuk sembuh karena sistem penangkalan dan penanggulangan korona Indonesia sangat efektif dan standardnya kelas dunia.
Ini obrolan bebas soal covid -19 yang tidak perlu dicari kebenarannya. Toh kebenaran itu jikapun ada sudah dipelintir sana sini.
Jadi begini, sebenarnya Indonesia itu bebas dari covid 19. Hanya saja negara ini dipepet sana sini sekaligus dinyinyirin. Mosok semua negara tetangga kena korona, kok negara sampeyan bebas. Dah sakti atau emang gak mampu carik itu orang yang ngreges nggreges terus sesek nafasnya.
Nyinyiran itu tambah nyaring ketika China kabarkan salah satu warganya kenak korona setelah liburan di Bali. Makin nyaring lagi waktu Ada orang Jepang yang diumumkan kena korona di Indonesia.
Sementara Om Scott Morrison, PM Australia cuap-cuap di radio bahwa kalok Indonesia bebas dari korona ya memang itu kemampuan mereka mendeteksi virus tersebut cuma sampai segitu. Gak canggih.
Media international juga ngomporin opini dunia soal korona di Indonesia. Mereka bandingkan Indonesia yang punya penduduk 250 juta cuma lakukan tes sekitar 350 saja. Bandingkan dengan Malaysia yang sampai 1000 dan Inggris bahkan sampai 10 ribu test.
Pemerintah kita akhirnya gak tahan juga dengan nyinyiran sejagat yang gak terima negeri ini bebas korona. Wong Amrik yang super canggih aja kenak kok situ enggak.
Cuma bagaimana caranya? Gak Ada kasus..
Eh kok ndilalah, ada dua perempuan Depok yang batuknya gak sembuh-sembuh mintak dengan suka rela di tes korona. Inisiatif ibu-ibu cerdas itu datang Karena sohibnya orang Jepang didakwa kena korona di Malaysia.
Nah tu rumah sakit tempat dimana dua ibu-ibu diperiksa, lapor dong ke Dinas kesehatan setempat. Si Dinas lapor ke pusat. Pusat lapor ke menteri. Menteri lapor ke Presiden. Presiden umumin : Sodara-sodara, sekarang kita punyak dua orang yang confirm kenak korona.
Kontan sejagat melonjak. Nah bener kan tebakan gue. Indonesia kenak juga kan.. Tinggal Afrika nih yang kita bakal nyinyirin supaya umumin ada korona disana. Kira-kira demikian obrolan sadis mereka.
Dan didalam negeri, pengumuman itu memicu paduan kelucuan dan ketololan.
MUI misalnya makin tolol Karena bilang korona masuk Indonesia akibat ada yang makan babi. Padahal di Saudi yang kenak korona Muslim yang gak pernah makan babik. Jadi dimana juntrungannya korona yang kata Somad itu adalah tentara Allah? Kok tentara Allah kelakuannya kayak dewa mabok kecubung.
Dan kita terhibur dengan ketololan Serta aneka kelucuan lain akibat banyak orang mabok korona.
Di antara keriuhan, makin muncul spekulasi bahwa dua ibu yang sekarang diisolasi itu nampaknya hanya dijadikan pajangan saja.
Bahwa ya memang Indonesia ada dua orang yang positif kenak korona. Tapi karena sistem kita canggih, dua ibu itu pulih. Jadi Kita lebih hebat dari negara-negara tetangga, termasuk Ostrali Dan Amrik sekalipun.
Itu pesan yang nampaknya ingin disampaikan.
Sementara dua ibu yang diisolasi bingung dan stress.
Mungkin mereka berkata kayak gini:
"Serious nih gua kena korona? Kok kayak meriang dan batuk biasa aja?
"Dan eh.. banyak bener yang manfaatin Gua. Dari mulai gabener genting media online yang kelakuan buat beritanya makin dobol sampai penimbun masker yang sekarang dikejar-kejar polisi."
Kalo gua ada disamping mereka, jawaban gua gini:
Emak-emak sekalian sebenarnya pahlawan tanpa tanda sakit loh.
Anda digeret ke Sulianti Saroso tanpa tahu sebabnya dan baru tahu kalok anda kenak korona setelah pak Presiden umumkan sakit you berdua. Yang membuat negara kita senasib dan sepenanggungan dengan penderitaan sejagat.
Saya percaya korona ibu cuma sekedar untuk itu. Ibu kena korona atau gak, ekonomi kita dipastikan terpukul oleh kungfu Wuhan kok. Prediksinya , ekonomi kita tahun ini anjlok sampai 4,7 persen dari target 5,2.
Jadi gak ada gunanya bilang jujur bahwa Indonesia bebas korona. Akibatnya, kita celupin deh kaki Kita biar sama-sama basah. Karena ibu, Amrik jatuh kesian sama kita. Kita gak lagi dibilang negara kaya buk. Masih miskin jadi fasilitas GSP yang nilainya milyaran dollar bakal tetep dikasih ke kita. Jadi ibu sebenarnya pahlawan.
Gak hanya itu buk.
Percaya deh bu sama saya.
Ketika ibu sembuh, banyak yang tepuk dada bahwa ibuk sembuh karena sistem penangkalan dan penanggulangan korona Indonesia sangat efektif dan standardnya kelas dunia.
Liat aja deh buk.
Nanti kalo media tanya dengan kata kata tolol standard mereka :
Bagaimana perasaan ibu ketika diisolasi?
Tolong jawab begini:
Sungguh menyenangkan.
Menyaksikan betapa sandiwara, kelucuan ketololan,kebohongan dipertontonkan secara telanjang oleh banyak orang dari berbagai lapisan.
Termasuk kalian...
***
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews