Mengenal Tan Liong Houw, Sang Macan Betawi Keturunan Tionghoa

Eksistensi mereka dalam ranah olahraga adalah alat unjuk diri agar tak kalah superior dari orang Belanda. Mengingat warga Tionghoa juga memiliki bekal pendidikan serta ekonomi yang baik.

Jumat, 24 Januari 2020 | 09:19 WIB
0
408
Mengenal Tan Liong Houw, Sang Macan Betawi Keturunan Tionghoa
Tan Liong Houw (Foto: indosport.com)

Bagi pecinta sepak bola tanah air, nama Tan Liong Houw atau Latief Harris Tanoto pasti tidaklah asing ditelinga. Apalagi warga keturunan Tionghoa ini, sempat jadi bintang lapangan di era 1950-an.

Perjalanan awal Houw menjadi pemain sepak bola tidaklah mulus. Ia sempat mendapat tentangan keras dari orang tuanya

Tentangan itu tak hanya berlaku bagi Houw seorang. Sang adik, Tan Liong Pha yang sempat bermain untuk Persib Junior harus menyudahi karena tentangan tersebut.

Alhasil Houw bermain diam-diam. Rupanya aksi sembunyi-sembunyi tersebut diketahui orang tuanya, terpaksa ia dipindah ke Semarang.

Tujuan semula memang agar Houw tak kembali bermain sepak bola. Namun siapa sangka, jalan Houw untuk menjadi bintang sepak bola malah terbuka lebar.

Disana ia bergabung dengan klub Tionghoa, Tjung Hwa atau kini disebut PS Tunas Jaya. Melihat kegigihan Houw, akhirnya kedua orang tuanya luluh juga.

Akhirnya Houw kembali ke kediamannya di Jakarta. Jalan menuju bintang lagi-lagi terbuka, ia berkesempatan untuk bergabung dengan Timnas (Tim Nasional) Indonesia.

Bersama Timnas, ia tampil dalam beberapa laga internasional. Boleh dibilang para pemain Indonesia kala itu adalah tim kuat dan cukup disegani.

Salah satu yang menyegani Indonesia adalah Tiongkok. Bagaimana tidak, tim tanah air mampu mengalahkan mereka saat bertemu di Kualifikasi Olimpiade 1956 dan Kualifikasi Piala Dunia 1958.

Terlepas dari itu, di masanya pria kelahiran Surabaya, 26 Juli 1930 ini adalah pujaan di Timnas dan Persija Jakarta. Bahkan kendati berasal dari etnis Tionghoa, ia dijuluki sebagai 'Macan Betawi'.

Pria yang dikenal sebagai pemain lini tengah ini, pernah memperkuat Timnas dalam empat Asian Games dan banyak kejuaraan regional. Misalnya menjuarai Merdeka Games 1961 di Malaysia usai mengalahkan tuan rumah dengan skor 2-1 di babak final.

Prestasi lain yang tak kalah mengagumkan adalah saat Timnas Indonesia berhasil menembus perempat final Olimpiade 1956 di Melbourne, Australia. Di pertemuan pertama, mereka berhasil menahan Imbang tim asal Rusia dengan skor 0-0.

Demi menahan gempuran pemain tim berjuluk Beruang Merah itu, kaus kaki Houw sampai robek. Sayang Timnas Indonesia tak berhasil melangkah ke babak semifinal, mereka ditaklukan Rusia dalam partai ulangan dengan skor 0-4.

Hingga pada 1962, ia memutuskan pensiun dari dunia sepak bola. Bukan cuma Houw seorang, tapi para pemain beretnis Tionghoa lainnya pun memilih untuk mengundurkan diri.

Hal itu diakibatkan merebaknya isu suap di Asian Games 1962. Di saat itu, performa Timnas Indonesia sangat buruk, mereka gugur di babak penyisihan.

Kasus lain yang kian memperpuruk keadaan adalah peristiwa G30S/PKI. Warga keturunan Tionghoa disalahkan lantaran erat kaitannya dengan komunis.

Kondisi tadi membuat jumlah pesepak bola dari etnis Tionghoa terus menurun. Kemudian para pemain bertalenta acap kali jadi sasaran para pemain yang kurang mampu.

Ditambah jumlah pendapatan yang diterima tidaklah memadai bila dijadikan mata pencaharian. Padahal jika ditarik mundur dan mengutip perkataan Bayu Aji dalam bukunya bertajuk Tionghoa Surabaya dalam Sepak Bola, warga Tionghoa memiliki peranan amat panjang dalam sejarah sepak bola di Indonesia.

Di samping Houw, ada sederet nama pemain sepak bola beretnis Tionghoa. Beberapa diantaranya adalah Thio Him Tjiang, Tan Bing Mo Heng, serta Lim Sun Yu alias Endang Warsita.

Kemudian klub sepak bola yang didirikan warga Tionghoa pun cukup beragam. Mulai dari Union Makes Strength (UMS), Union, Tunas Jaya, dan Comite Kampioens-wedstrijden Tionghoa (CKTH) yang para pemainnya dikenal tangguh.

Eksistensi mereka dalam ranah olahraga adalah alat unjuk diri agar tak kalah superior dari orang Belanda. Mengingat warga Tionghoa juga memiliki bekal pendidikan serta ekonomi yang baik.

Terlepas dari kisah warga Tionghoa dalam dunia persepakbolaan, Houw sendiri pernah dipilih jadi Dewan Penasehat PSSI pada periode 1999-2003. Dan dua anak Houw, yakni Wahyu Tanoto dan Budhi Tanoto pun sempat menjadi pemain sepak bola pada era 1980-an.

Sony Kusumo

***