Ahmad Dhani dulu di zamannya sudah termasuk ganteng banget tapi kalau dibandingkan dengan anak-anaknya, Al, El, dan Doel, saat ini maka Ahmad Dhani sudah ‘tekipai’.
“Jurang kemiskinan semakin menganga…”
“Jurang yang membatasi antara orang kaya dan orang miskin semakin melebar…””
“Yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya…” - Rhoma Irama.
Saya yakin kita semua sangat akrab dengan kalimat-kalimat tersebut. Istilah ‘jurang kemiskinan’ seolah sangat nyata dan terus dipakai sebagai jargon yang faktual. Padahal sebenarnya TIDAK ADA jurang kemiskinan tersebut. Yang disebut sebagai ‘jurang kemiskinan’itu FIKTIF.
Baca buku “Factfulness”nya Hans Rosling. Itu salah kaprah yang terus menerus kita pikir benar dan juga kita pakai sebagai dasar kita dalam berpikir. Yang kaya memang semakin kaya tapi TIDAK ADA kelompok orang, bangsa, atau negara miskin yang semakin miskin.
Perbedaan kekayaan antara yang miskin dan kaya mungkin semakin lebar tapi sesungguhnya TIDAK ADA JURANG yang memisahkan mereka. Yang ada justru BUKIT atau PIRAMIDA. Jadi antara orang-orang yang PALING KAYA dengan orang yang PALING MISKIN mereka dibatasi oleh sebuah bukit yang tinggi dan terjal di mana orang-orang yang ‘agak miskin’, ‘kalangan menengah’, dan orang-orang ‘kaya’ berada.
Jadi kalau dibikin kurva maka kurvanya adalah kurva lonceng dan bukan kurva lonceng terbalik. Kurva pendapatan masyarakat itu sebenarnya TIDAK PERNAH berbentuk kurva lonceng terbalik atau kurva sumur (well curve). Dalam kurva lonceng terbalik antara titik ekstrim kiri dan ekstrim kanan akan dipisahkan oleh sebuah cekungan sehingga jika mau diibaratkan maka antara orang-orang yang paling miskin dan yang paling kaya terpisahkan oleh sebuah jurang.
Tapi kurva semacam ini TIDAK PERNAH ada. Yang ada selalu berbentuk kurva lonceng di mana puncak kurvanya semakin lama semakin tinggi dan kurva ini dengan dinamis selalu bergerak ke kanan.
Apa artinya?
Artinya semua orang semakin lama semakin kaya dan yang dulunya SANGAT MISKIN akhirnya bergerak juga ke kanan menjadi tidak terlalu miskin. Tidak ada satu pun kelompok masyarakat yang bergerak ke kiri alias menjadi semakin miskin. TIDAK ADA…! Yang ada adalah pertumbuhan ekonomi mereka lebih lambat di bandingkan kelompok masyarakat lain yang merambat naik menjadi kelompok menengah yang berada di puncak kurva.
Apalagi kalau dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi mereka yang berada di kurva paling kanan yang dengan cepatnya melaju pertumbuhan ekonominya. Posisi ekonomi bangsa Indonesia saat ini dibandingkan dengan dengan perekonomian dunia adalah berada di Tingkat 3 dari empat tingkatan perekonomian dengan penghasilan $16 perhari.
Apakah dengan demikian maka tidak ada ‘gap’ atau perbedaan antara orang kaya dan orang miskin…?!
Jelas sekali bahwa posisi antara orang kaya dan orang miskin itu terpisah karena orang miskin berada di kurva paling kiri sedangkan orang kaya berada di kurva sebelah kanan. Tapi TIDAK ADA GAP di antara mereka karena di antara orang miskin dan orang kaya berdiri menjulang kelompok orang-orang berpenghasilan menengah yang membentuk kurva lonceng atau piramida yang semakin lama semakin tinggi puncaknya.
Masih belum paham…?!
Bagaimana kalau kita cari perumpamaan lain? Mari kita bikin perbandingan antara orang jelek dan orang yang cantik dan ganteng.
Apakah menurut Anda saat ini orang-orang yang jelek semakin jelek dan yang ganteng (seperti Tom Cruise) semakin ganteng? Apakah menurut Anda ada jurang yang menganga antara orang-orang super jelek dengan orang-orang super ganteng seperti George Clooney? Ya endaklah, Bro. Coba perhatikan bahwa orang-orang sekarang ini semakin lama semakin ganteng dan cantik. Setiap anak yang dilahirkan saat ini hampir selalu lebih keren, lebih rupawan, lebih cling ketimbang orang tuanya.
Ahmad Dhani dulu di zamannya sudah termasuk ganteng banget tapi kalau dibandingkan dengan anak-anaknya, Al, El, dan Doel, saat ini maka Ahmad Dhani sudah ‘tekipai’. Apalagi Ahmad Rizali… Anak-anak kita saat ini jelas lebih ganteng dan cantik ketimbang kita. Ada ‘perbaikan keturunan’ istilahnya.
Di antara orang-orang jelek absolut dengan orang sangat ganteng seperti George Clooney ada orang-orang seperti Mas Nanang yang sak klumbruk dan mereka sedang merajai puncak kurva. Ane mah agak ke kanan dekat-dekat dengan Brad Pitt.
Jadi lain kali kalau mau nggedabrus soal ‘jurang yang menganga’ antara orang tajir dan yang tafran ingat-ingatlah selalu bahwa ada Mas Nanang bersama kawan-kawan mediokernya sedang nongkrong ngupi-ngupi di puncak kurva.
Sebentar…, saya mau ngakak dulu membayangkan Mas Nanang sedang ngupi-ngupi di puncak kurva sambil mengira dirinya is at the top of the world. No, Sir…! You’re not at the top of the world. You are at the top of the curve which means you are at the highest mediocre level.
Surabaya, 26 Agustus 2019
Satria Dharma
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews