Suatu Hari di Hawai, 2016

Harus ada keberanian untuk berhenti mencari kemewahan duniawi dan saatnya melayani masyarakat dengan tulus. Bukan memanfaatkan.

Kamis, 30 Mei 2019 | 22:22 WIB
0
294
Suatu Hari di Hawai, 2016
Ilustrasi volunteer (Foto: Kompas.com)

Ketemu bule aja udah minder. Apalagi kalau bulenya berambut blonde, mata biru, penampilan rapi, tutur kata halus dan sopan. Mau ngomong takut ketahuan grammar-nya broken.

Makin salah tingkah karena salam sapa formal “how are you” dan “very well thank you” tak bisa mengatasi kegaguan. Mereka memaksa mengangkat koper-koper besar berisi baju ganti untuk satu bulan. Bahkan cabin bagage yang tak terlalu berat pun tak boleh dibawa sendiri.

Anda adalah tamu di rumah ini, kami harus memperlakukan tamu dengan sangat baik. Demikian seorang pria gagah yang kemudian diketahui seorang pensiunan Angkatan Laut, menghentikan tarik-menarik koper ala sopan santun Indonesia.

Selama hampir sebulan, orang-orang dari berbagai negara mendatangi sebuah gedung yang dijadikan markas leadership training. Gedung itu awalnya sebuah hotel yang dibeli dan dipergunakan hanya untuk training dan workshop.

Jauh-jauh hari sebelum meninggalkan Indonesia menuju Hawaii, liaison officer sudah mengingatkan bahwa semua peserta akan dilayani para volunteer. Mereka tidak hanya menyambut, mengangkat koper, membagi kamar, memasak, tetapi juga membersihkan kamar dan kloset. Ya.. kloset tempat buang kotoran itu.

LO juga mengingatkan, jangan sekali-sekali memberi tips pada volunteer. Mereka itu pensiunan berbagai profesi. Ada direktur bank, dosen, anggota militer, dan berbagai pekerjaan lainnya.

Setelah tidak lagi aktif bekerja, mereka mengabdikan diri bekerja untuk masyarakat. Salah satu yang dilakukan adalah menjadi volunteer leadership training yang diikuti perempuan-perempuan dari berbagai belahan dunia.

Di Indonesia, orang seperti Anda menghabiskan waktu untuk liburan, belanja, berebut jabatan komisaris atau jabatan politik. Kalau tidak, mereka mempertahankan jaringan untuk bisnis. Kenapa Anda tidak melakukan hal yang sama?

Organisasi sosial kemasyarakatan di Amerika bisa hidup karena kerja-kerja volunteer. Itu sebabnya kami terpanggil untuk melayani.

Mencari uang dan jabatan tak akan ada habisnya. Namun dunia ini tidak akan menjadi lebih baik kalau kita selalu mengejar materi dan jabatan. Harus ada keberanian untuk berhenti mencari kemewahan duniawi dan saatnya melayani masyarakat dengan tulus. Bukan memanfaatkan.

Kristin Samah

 ***