Dalam Agama Juga Ada Kleniknya

Di manakah makhluk-makhluk hidup yang tidak kelihatan itu dan bagaimana hubungannya dengan dunia kita, dunia nyata?

Kamis, 17 Maret 2022 | 07:00 WIB
0
271
Dalam Agama Juga Ada Kleniknya
Air dan tanah IKN (Foto: republika.co.id)

Eggi Sudjana adalah akademisi di bidang hukum bukan bidang perklenikan tapi tidak mau mempelajari hal tentang KLENIK. Hanya dengan jurus agama langsung menghakimi pelaku klenik akan kena azab Allah SWT.

Hebat bener menyuruh Allah buat menghukum manusia yang tidak sepaham dengannya!.

Tapi maklum pemahaman Eggi tentang dunia klenik sangat minimalis, taunya yang tidak sejalan dengan agamanya langsung dihakimi akan kena azab Allah. Tapi tanpa ada bukti azab Allah SWT itu seperti apa jika ditujukan pada perklenikan.

.KLENIK sering dikaitkan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia ghaib, paranormal, DUKUN, makhluk halus, jimat, jin, siluman dan sejenisnya.

Jika kita bicara klenik maka yang dipikirkan adalah hal-hal yang tidak dapat dilihat dengan mata dan dianggap mempunyai hubungan langsung dengan manusia.
.
.Bagi para akademisi, yang selalu menggunakan pola pemikiran ilmiah maka klenik dianggap musyrik dan sudah tidak zamannya dipakai sekarang ini.
.
Boleh dibilang mereka (Eggi Sudjana) membuat pernyataan itu ngawur karena itu memang bukan ranah dan wilayah kekuasaan keilmuannya.

Apalagi Eggi ini lulusan University Monaslimin, yang diinget cuma sumpah serapahnya saja, mana tau perklenikan?

Itu sama saja orang ekonomi bicara ilmu tehnik, orang tehnik bicara ekonomi makro. Tidak nyambung, mungkin bisa jadi sangat tidak pas.

Ibarat bicara matematika geometri kepada orang buta huruf, bicara rumus integral kepada anak playgroup, bukan pada tempatnya!
.
.Hal yang sama, ketika para pelaku spiritual, klenikus memberikan tanggapan, mereka tidak dapat menjelaskan gambaran secara utuh hubungan antara dunia nyata dan dunia ghaib, dua dunia dalam satu kesatuan.

Karena berbicara dengan para akademisi artinya berbicara menggunakan pemikiran ilmiah dan intelektual, dan lagi-lagi, biasanya ini menjadi tidak nyambung, karena memang bukan ranah dan wilayahnya. Akhirnya dua dunia ini hidup sendiri-sendiri.

Alam semesta terdiri dari dua dunia, dunia nyata dan dunia tidak nyata.

Dunia nyata adalah dunia yang dapat dilihat dengan indra penglihatan secara langsung, sedangkan dunia tidak nyata adalah dunia yang tidak dapat dilihat secara langsung menggunakan indra penglihatan secara langsung.

Dunia tidak nyata ini sering disebut dengan DUNIA GHAIB, klenik, perdukunan.

Dunia nyata adalah bagian dari alam semesta yang dihuni oleh manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Sebenarnya ada lagi makhluk hidup yang tinggal di dalamnya, yaitu air, udara, tanah, dan api.

Sayang ke empat unsur alam ini secara science tidak diakui sebagai makhluk hidup karena mereka tidak tumbuh dan bergerak.

Bagi dunia SPIRITUAL Jawa dan China keempat unsur kehidupan ini adalah pembentuk dasar kehidupan di alam semesta, bagian dari setiap makhluk hidup.

Pemahaman makhluk adalah segala sesuatu yang diciptakan Tuhan, sedangkan yang diciptakan manusia adalah benda.
.
Lhoh kok begitu. Contohnya mudah, silahkan tanya kepada PAWANG HUJAN, air itu bisa diajak bicara, buktinya hujan bisa digeser.

Jelas itu bukan kebetulan. Demikian juga dengan angin. Angin bagi pereda angin menjadi sesuatu yang bisa diredakan.

Seperti film AVATAR yang terkenal dengan jurus-jurus PENGENDALI Api/Angin/Tanah/Air itu.
.
Itulah KEHEBATAN manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan makhluk-makhluk lain karena memiliki akal.

Dimanakah makhluk-makhluk hidup yang tidak kelihatan itu dan bagaimana hubungannya dengan dunia kita, dunia nyata?

Alam semesta yang dapat dilihat dengan mata adalah alam semesta yang dapat dilihat melalui raga, alam lahir.

Sedangkan alam semesta yang tidak bisa dilihat dengan mata adalah alam semesta yang dapat dilihat melalui mata hati, melalui bathin, MELALUI PROSES SPIRITUAL.

Dunia bathin, dunia yang berdampingan secara langsung dengan manusia dihuni oleh berbagai macam dimensi kehidupan.

Dimensi JIN, dimensi ARWAH, dimensi SILUMAN, dimensi BEKASAKAN.

Alam mereka juga berbeda-beda, dunianya sendiri-sendiri.

Mereka hidup dalam kelompoknya. Seperti ikan hidup dengan sesama ikan di kolam. Seperti semut hidup bersama semut di dalam habitatnya. Belum tentu tiap bagian bisa melihat bagian yang lainnya.

Pembelajaran bathin yang dilakukan manusia untuk memahami semua itu adalah mendalami ilmu bathin tertinggi, yaitu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Bagi manusia yang mampu mengurangi dan mematikan keinginan nafsu badaniah dan lahiriah maka dunia bathin ini menjadi sesuatu yang bisa dilihat dengan jelas.

Mempelajarinya sama halnya mempelajari keilmuan di dunia nyata.

Mereka hidup, berbahasa (bahasa universal), berkomunikasi. Berdampingan langsung dengan kita.

Masak mau bilang dunia ghaib tidak ada, wong jelas dan nyata!

Masak mau dibilang bukan JIN, wong yang terlihat memang jin dan siluman.

Seandainya semua manusia bisa memahami dunia ghaib secara jelas maka, betapa mengerikannya bahwa di dalam darah manusia adalah tempat tinggal para mahluk ghaib yang paling nikmat selain BATU AKIK dan TOSAN AJI.

Contoh nyata, masyarakat Bali memberikan tempat buat para makhluk ghaib yang hidup di sekitar mereka dengan adanya PATUNG dan PURA.

Diakui dengan adanya keseimbangan dalam hidup berdampingan yang saling menghargai dapat dilihat, masyarakat Bali lebih nyaman, bahkan karena alam yang terjaga justru menarik para wisatawan yang memberikan kehidupan kepada masyarakat Bali.

Maka benarlah kata filosofi, jagalah alam, maka alam akan menjagamu.

Hidupkanlah alam, maka alam akan menghidupimu.

RITUAL klenik di IKN adalah cara untuk menjaga ALAM di sekitarnya, dan berdamai dengan GHAIB yang menjaga bumi Kalimantan.

Apakah Eggi Sudjana ini tidak menyadari bahwa AGAMA adalah salah satu bagian dunia yang tidak terlihat ini?

Ajaran agama mengajari kebenaran universal yang berlaku di semua dimensi.

Aturan dan tatanan yang diakui kebenarannya di semua lapisan dimensi NYATA dan GHAIB.

Proses transformasi kehidupan melewati dua dunia saling bergantian, lahir dan mati.

Lahir di dunia nyata dan mati masuk ke dunia ghaib.

Doa yang dipanjatkan adalah harapan dan kerja manusia di dunia ghaib.

Dogma agama dan keyakinan yang dimanifestasikan dalam doa dan ibadah adalah benang merah antara dunia bathin dan dunia nyata, untuk menjalankan proses kehidupan agar sesuai dengan yang diharapkan.

Di dalam alam semesta ini terjadi banyak transformasi kehidupan. Semua makhluk hidup dan mati mengalami siklus, daur alam dan kehidupan.

Siklus tidak hanya terjadi pada air, udara (melalui fotosintesis), dan tanah.

Begitu juga tumbuhan, binatang, dan manusia. Siklus ini melalui berbagai fase, fase yang tertangkap oleh indra dan yang tidak tertangkap oleh indra manusia.

Kehidupan ini mempunyai lapisan-lapisan dimensi dengan segala variasinya, dan manusia menempati dimensi bumi.

Maka di planet-planet yang lain juga ada kehidupan, karena disana ada dimensi.

Tetapi yang harus diterima adalah bahwa kehidupan di tempat lain tidak bisa dilihat oleh indra.

Maka jangan pernah bermimpi untuk menemukan kehidupan yang tertangkap oleh mata di planet yang lain.

Jika kita melihat POHON Beringin yang sudah sangat tua dan besar dengan mata telanjang, adakah kehidupan di sana?

Jawabannya ADA, jika itu serangga dan sejenisnya.

Tetapi bagi mata bathin yang hidup bisa saja jawabannya menjadi seperti ini.

Di pohon beringin itu bisa ada sosok PERI, ada GENDERUWO, ada SILUMAN.

Sangat memungkinkan, dan itu adalah hal nyata di kehidupan ini.

Tidak nyata buat ilmuwan karena mereka tidak melihat.

Hidupkanlah bathinmu dan kamu akan mengerti akan apa yang ada di sana.

Manusia terdiri dari badan wadag (raga), pikiran, dan perasaan. Setiap bagian harus diolah secara seimbang.

Sesuai dengan porsinya agar tidak njomplang. Badan wadag diberi makanan dengan olah kanuragan hingga badan tetap sehat dan bisa menjalani hidup dengan baik.

Pikiran berada di akal manusia dan diolah dengan belajar secara nyata di sekolah-sekolah. Membaca dan menulis, berhitung adalah bagian dari pengolahan pikiran.

Indikasi keberhasilannya adalah kecerdasan intelektual. Dan saat ini, termasuk akademisi banyak mengolah dengan baik pada dua bagian ini.

Yang terakhir adalah perasaan, kalbu atau hati. Ada yang bilang tempatnya di jantung, tetapi ada juga yang bilang tempatnya di hati.

Tetapi sebenarnya keduanya sama saja, yaitu untuk OLAH ROSO maupun OLAH HATI.

Olah roso dilakukan dengan mematikan raga menghidupkan bathin. Atau mencari cahaya, hati nurani, mata hati, APAPUN namanya.

Pengolahan hati berbanding terbalik dengan pengolahan raga. Kenikmatan raga adalah memenuhi keinginan diri, dan kenikmatan hidup.

Sedangkan kenikmatan raga mematikan mata hati, mematikan mata bathin.

Jika manusia hanya mengolah pikiran saja tanpa mengolah bathin ibarat seperti monyet dipakaikan baju dikasih nama.

Dalam KEHIDUPAN di dunia ini semua harus diberikan secara seimbang sesuai dengan porsinya masing-masing.

Agar manusia bisa menjalani hidup dalam sebuah harmoni dan keselarasan dengan semesta.

Bukankah manusia itu rahmatan Lil Alamin menurut Agama Islam?

Jika Egi Sudjana dan komplotannya bicara tentang KEMUSYRIKAN, KLENIK itu bohong dan tidak logis, maka perlu bagi yang bersangkutan untuk mengolah kembali kecerdasan spiritualnya dengan menjalankan ilmu bathin tertinggi dengan iklas dan pasrah, mengerjakan yang SUNAH selain yang WAJIB.

Maka di sanalah akan ditemukan jawaban kehidupan.

Hidup adalah keseimbangan. Semua sesuai dengan porsinya. Lahir dan bathin, akal dan rasa.

Hidupkanlah bathinmu dengan mematikan ragamu, maka kamu akan melihat dengan rasa, dengan hati sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh raga.

Sementara soal Azab Allah itu terserah Allah SWT dan BUKAN karena diperintah atau diundang manusia sejenis Eggi Sudjana ini.

Rahayu Berkah Gusti 

***