Pasang surut dalam kepuasan seksual dan kenikmatan seksual kita adalah normal dan umum. Deskripsi kebosanan seksual dalam penelitian ini menyentuh banyak faktor yang berkontribusi.
Penelitian baru menyoroti faktor predisposisi dan pemeliharaan kebosanan seksual.
Poin Utama
Seks biasanya memunculkan segudang emosi dan reaksi. Pikiran tentang seks dapat menggairahkan dan membangkitkan, yang mengarah ke perasaan nafsu, kerinduan, keinginan, rasa ingin tahu, atau gairah. Seks juga dapat menimbulkan rasa malu (yaitu, "gadis baik tidak berhubungan seks") dan dapat menimbulkan perasaan jijik atau takut. Untuk lebih baik atau lebih buruk, seks cenderung terlarang, baik, perasaan.
Tetapi, seperti yang kita ketahui, seks terkadang tidak memiliki tingkat intensitas ini. Terkadang seks terasa biasa saja, tidak bersemangat, mengecewakan, atau bahkan … membosankan.
Studi Baru
Dalam sebuah studi baru, yang baru saja diterbitkan dalam Journal of Sex and Marital Therapy, para peneliti menanyakan sampel individu Portugis tentang persepsi mereka tentang kebosanan seksual. Sampel termasuk 653 peserta antara usia 18 dan 75 (usia rata-rata adalah 33,14 tahun). Berkenaan dengan jenis kelamin, 72,1 persen adalah perempuan, 26,6 persen adalah laki-laki, 0,6 persen non-biner, 0,6 persen diidentifikasi sebagai “lain”, dan 0,8 persen adalah transgender. Sebagian besar peserta (78,8 persen) adalah heteroseksual, diikuti oleh 10,0 persen biseksual, 4,3 persen gay, 3,2 persen panseksual, 2,6 persen lesbian, 0,8 persen “lainnya”, dan 0,2 persen memilih untuk tidak mengatakan.
Para peneliti meminta peserta untuk menanggapi pertanyaan terbuka: "Apa kebosanan seksual bagi Anda?"
Para peneliti mencatat bahwa 17 peserta menunjukkan bahwa mereka tidak mengalami kebosanan seksual. 636 tanggapan peserta yang tersisa dikelompokkan ke dalam tema yang diuraikan di bawah ini.
1. Apa itu Kebosanan Seksual?
Mengenai apa arti kebosanan seksual bagi peserta, sekitar setengah dari orang-orang dalam penelitian ini mengacu pada saat-saat di mana seks terasa rutin, monoton, dan berulang. Yang lain mengatakan bahwa kebosanan seksual datang dari perasaan bahwa berhubungan seks adalah "wajib" atau, dengan kata lain, bahwa seks dianggap sebagai tugas atau kewajiban dalam hubungan mereka, sementara yang lain mengatakan kebosanan seksual hanyalah hasil dari berhubungan seks dengan pasangan orang yang sama dalam jangka waktu yang lebih lama.
Deskripsi kebosanan seksual juga dikaitkan dengan respons seksual peserta. Secara khusus, banyak peserta menyoroti bahwa hasrat seksual yang rendah atau menurun dikaitkan dengan kebosanan seksual, dan sejumlah kecil mengidentifikasi bahwa masalah gairah seksual, kesulitan mencapai orgasme, dan berkurangnya kenikmatan seksual berkontribusi pada pengalaman kebosanan seksual mereka.
Selain itu, beberapa peserta menggambarkan kebosanan seksual sebagai akibat dari frekuensi seksual yang lebih rendah serta kurangnya kasih sayang atau hubungan emosional dengan pasangan mereka.
2. Faktor Predisposisi dan Pemeliharaan
Dalam hal deskripsi peserta tentang apa yang menyebabkan kebosanan seksual, penulis mengidentifikasi tiga tema yang terkait dengan a) Faktor Individu, b) Faktor Interpersonal, dan c) Faktor Terkait Praktik.
Faktor Individu termasuk deskripsi peserta memiliki tantangan berkonsentrasi dan hadir selama aktivitas seksual, merasa sedih atau acuh tak acuh saat berhubungan seks, serta kelelahan.
Faktor Interpersonal termasuk faktor yang berhubungan dengan pasangan dan faktor hubungan. Misalnya, peserta menggambarkan seks yang membosankan terjadi ketika seks tidak dilihat sebagai interaksi yang seimbang antara diri mereka dan pasangannya, apakah ini karena pasangan mereka dianggap "egois" secara seksual, atau apakah mereka merasa pasangannya tidak menikmati seks sebagai pasangan sebanyak peserta.
Peserta dalam penelitian ini juga mencatat bahwa kurangnya ketertarikan dan "percikan" dengan pasangan mereka, berkurangnya kepuasan hubungan secara umum, dan durasi hubungan yang lebih lama dapat berkontribusi pada kebosanan seksual.
Akhirnya, peserta menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik seperti kekecewaan dengan repertoar seksual mereka yang terbatas (misalnya, satu peserta mengatakan "ada lebih banyak seks daripada penetrasi").
3. Mengelola Kebosanan Seksual
Para peneliti melaporkan bahwa beberapa peserta dalam penelitian mereka menggambarkan cara-cara mereka mencoba mengatasi kebosanan seksual. Secara khusus, sebagian kecil peserta diidentifikasi mengakui masalah dan mengadopsi praktik seksual baru. Artinya, beberapa peserta menggambarkan mengadopsi praktik baru seperti mencoba posisi seksual baru, bereksperimen dengan BDSM, atau membuka hubungan mereka.
Namun peserta lain menggambarkan bahwa ada keadaan yang mencegah mereka untuk dapat menghindari kebosanan seksual mereka termasuk kurangnya waktu untuk memprioritaskan seks dan "batas moral."
Bawa pulang
Pasang surut dalam kepuasan seksual dan kenikmatan seksual kita adalah normal dan umum. Deskripsi kebosanan seksual dalam penelitian ini menyentuh banyak faktor yang berkontribusi, termasuk respons seksual (yaitu, hasrat, gairah, dan orgasme), monoton dan rutinitas, suasana hati negatif, sulit berkonsentrasi, kurangnya kedekatan dengan pasangan, dan tidak memiliki pasangan. sama-sama antusias berhubungan seks. Tergantung pada alasan untuk mengalami kebosanan seksual, mungkin ada cara yang berbeda, dan mungkin lebih tepat, untuk mengatasi masalah tersebut.
Sementara mencoba posisi seksual baru untuk membumbui segalanya mungkin berhasil bagi beberapa orang yang merasa kebosanan seksual mereka berasal dari repertoar seksual yang terbatas, yang lain mungkin perlu mengatasi masalah relasional atau pribadi yang lebih dalam jika mereka ingin mengalami peningkatan di bidang ini.
***
Solo, Selasa, 14 September 2021. 7:06 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews