Sebelum pandemik covid-19, cara atau gaya hidup sebagian besar warga masyarakat adalah tidak normal alias abnormal.
Akibat pandemik covid-29, kini muncul istilah "new normal life" atau "hidup baru normal".
Sesungguhnya, justru hidup yang dijalani oleh masyarakat sehari-hari sebelum dilanda pandemik covid-19 (masa pra-pandemik covid-19) adalah hidup yang "tidak normal".
Kenapa saya katakan "hidup yang tidak normal" atau gaya hidup yang tidak normal?
Karena, sebelum pandemik covid-19, orang-orang tidak peduli akan kebersihan kedua telapak tangan. Sangat jarang atau hampir tak ada yang memahami pentingnya kebersihan tangan. Betapa kedua belah telapak tangan itu penuh dengan bakteri, kuman, yang kasat mata.
Jauh sebelum pandemik covid-19, apabila kamu datang ke rumah sakit untuk membesuk teman atau saudara yang dirawat, maka kamu akan melihat di tembok dekat pintu kamar pasien rawat inap ada digantung sebuah botol berisi cairan disinfektan.
Setiap kali dokter, perawat atau tamu pasien datang dan sebelum memasuki ruang kamar perawatan pasien itu, terutama sang dokter, mesti membersihkan kedua telapak tangan terlebih dahulu dengan menyemprotkan cairan disinfektan.
Dan jauh-hari hari sebelum pandemik covid-19, banyak orang tidak memahami bahwa menjaga jarak fisik kita dengan seseorang (physical distancing) itu penting. Selain alasan kesehatan juga ada alasan psikologisnya.
Alasan kesehatan agar kita jangan tertular penyakit dari orang yang berdekatan dengan kita. Kita tak tahu apakah orang yang berdekatan dengan kita itu apakah mempunyai sesuatu penyakit. Misalnya TBC.
Sedangkan alasan psikologis adalah kita seharusnya menjaga jarak dengan seseorang (physical distancing). Apalagi orang tersebut belum kita kenal atau bukan kawan dekat. Karena, ketika seseorang, apalagi yang berlainan jenis kelamin, mendekati kita, mengajak bicara, dengan jarak tubuhnya dengan tubuh kita sangat berdekatan kurang dari satu meter.
Maka, itu artinya orang itu sudah memasuki wilayah pribadi kita. Dia sudah melanggar jarak sosial dengan kita.
Kita harus mencegah jangan sampai seseorang berdiri terlalu dekat dengan kita saat berbicara. Minimal harus 1 meter. Beda halnya apabila sedang di pesawat, bis, bioskop.
Sesungguhnya, jaga jarak fisik (physical distancing), cuci tangan dengan sabun/disinfektan adalah cara hidup yang normal.
Justru, sebelum pandemik covid-19, cara atau gaya hidup sebagian besar warga masyarakat adalah tidak normal alias abnormal.
Kemudian, masalah pakai masker. Di bumi yang tingkat polusinya sudah sangat tinggi, seharusnya setiap orang wajib memakai masker. Paling tidak, memakai masker akan menyaring debu-debu halus memasuki hidung dan mulut.
Jadi, sesungguhnya, dengan adanya pandemik covid-19, kita, manusia, diingatkan kembali, untuk bisa hidup secara benar dan normal. Sebelum pandemik covid-19, banyak manusia sudah tidak hidup secara benar dan hidup abnormal.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews