Pendeta Kristen Saling Serang Karena Corona, Berbahayakah?

Saya percaya dengan adanya fenomena ini tidak akan memecah belah kekristenan, yang dibutuhkan adalah sikap yang teduh dalam berteologi.

Minggu, 17 Mei 2020 | 17:43 WIB
0
1730
Pendeta Kristen Saling Serang Karena Corona, Berbahayakah?
ilustrasi pixabay

Sebelumnya saya selalu menahan diri menuliskan hal yang berbau teologis seperti ini.Alasannya karena saya tidak punya latar belakang pendidikan teologi.Juga karena tulisan seperti ini sifatnya tidak general, tidak bisa dinikmati semua orang. Tapi berhubung saya juga perlu belajar sesuatu yang sesuai dengan keimanan saya, maka saya memutuskan untuk menuliskannya.Gak apa-apa kalau yang baca sedikit.

Sebenarnya saya ingin beri istilah untuk topik tulisan saya yang satu ini, tapi karena tidak ketemu yang pas, jadi cukup saya beri angka saja. Jika tulisan saya sebelumnya saya tujukan untuk semua pembaca, tulisan saya yang ini mungkin hanya untuk teman kristiani saja. Tapi kalau ada diluar itu yang mau membaca saya persilahkan.

Menarik menyimak gejolak yang terjadi dalam kekristenan selama pandemi Corona Virus ini berlangsung.Walaupun perdebatan teologis sudah terjadi sejak dahulu kala, dan bukan hanya di agama kristen saja, tapi kehadiran youtube di masa sekarang ini membuat gereja-gereja bisa mengupload ajaran, kotbah hingga jalannya ibadah di channel youtube gereja masing-masing. Sehingga siapapun bisa mendengarnya.

Apalagi setelah aktivitas ibadah ditutup sementara dan digantikan oleh ibadah online, banyak gereja mulai menyadari pentingnya memiliki media agar para jemaat yang tidak dapat beribadah secara langsung dapat tetap menyimak kotbah yang berlangsung di gereja.

Sebenarnya sudah cukup banyak gereja-gereja yang aktif di youtube, subscribernya sudah puluhan hingga ratusan ribu.Gereja yang dipimpin Pendeta Philip Mantofa, Pendeta Esra Soru, Pendeta Muriwali Yanto Matalu, Pendeta Erastus Sabdono, dll. Walaupun tentu beribadah secara online tidak sama rasanya dengan beribadah secara langsung. Lalu gejolak apa sebenarnya yang terjadi di kalangan kekristenan belakangan ini. Hal ini tak lain masih ada hubungannya dengan bagaimana beberapa tokoh kristen menyikapi Corona.

Misalnya Pendeta Niko Njotorahardjo yang cukup populer di Indonesia,beliau mengaku disuruh Tuhan secara langsung untuk menghardik (menghentikan) covid19, lalu ada juga pendeta Yakub Nahuway  yang bilang bahwa corona virus punya mata dan hanya menyerang orang yang tidak percaya (tidak beriman kepada Yesus Kristus).Tujuan saya membuat tulisan ini tidak jelek, saya hanya ingin merefleksikan pelajaran dari fenomena ini.

Saya juga harus mendengar berbagai referensi lain untuk menuliskan topik ini.Saya banyak mendengar pembahasan dari pendeta Muriwali Yanto Matalu dan pendeta Esra Soru.Pertama tentang bagaimana hardikan pendeta Pendeta Niko Njotorahardjo yang mengaku disuruh Tuhan untuk menghentikan Corona virus ditentang keras oleh seorang pendeta besar di Indonesia yaitu pendeta Stephen Tong.Dengan sangat keras pendeta ini mengatatakan bahwa tindakan Pendeta Niko Njotorahardjo adalah sebuah penghujatan terhadap Allah yang maha tinggi.

Dalam kajian Pendeta Esra Soru dan Pendeta Muriwali Yanto Matalu, hal yang dilakukan  Pendeta Niko Njotorahardjo pun tidak dapat dibenarkan.Apalagi Pendeta Niko Njotorahardjo pernah mengatakan berbahasa roh bisa meningkatkan imun tubuh agar kebal dari virus corona.

Untuk pernyataannya ini lagi-lagi pendeta Muriwali Yanto Matalu dan pendeta Esra Soru sudah membantahnya berdasarkam kajian Alkitab. Lain lagi dengan ucapan  pendeta Yakub Nahuway yang mengatakan virus corona punya mata dan hanya menyerang orang yang tidak beriman, karena faktanya beberapa pendeta di Bandung meninggal dunia karena virus corona.

Apakah pendeta yang meninggal itu tidak punyan iman? Masih ada beberapa respon tokoh kristen yang kontroversial dan tidak berdasarkan Alkitab, tapi saya tidak akan menuliskannya.

Pertanyaannya baikkah fenomena ini? Saat saya menuliskan sebuah status di facebook, bunyinya begini, "Banyak aliran gereja malah merendahkan Allah, memakai nama Yesus untuk mengusir-usir Corona, seolah-olah corona adalah lawan tanding yang sepadan untuk Tuhan. Padahal kalo Tuhan mau corona lenyap, sekarang juga corona akan hilang dari bumi.

Semua yang terjadi pasti seijin Tuhan, harusnya kita semua rendah hati memohon belas kasihan pada Allah, kita rendahkan diri kita serendah-rendahnya dihadapan Tuhan. Dan kalau Tuhan masih mau corona ini ada, agar kita diberi kekuatan untuk menghadapinya. "Status inipun bukanlah murni pemikiran saya. Saya menyadurnya dari penjelasan pendeta Muriwali Yanto Matalu, saya cukup tercerahkan mendengar penjelasan dari beliau.

Salah seorang teman berkomentar, "Berarti mabok agama juga ya?" Jujur yang saya tahu dari isu yang ada selama ini mabok agama itu artinya fanatik, merujuk untuk kalangan tertentu.Tapi saya rasa bukan mabok agama.Lebih kepada apakah klaimnya sesuai dengan apa yang tertulis di Alkitab (Sola Scriptura ).

Maka muncul perdebatan di lapisan jemaat. Ada yang berkata jangan membatasi kuasa Tuhan karena Tuhan masih bisa berbicara pada umatnya, ada yang bilang jangan membatasi pekerjaan roh kudus, pihak yang kontra berkata bahwa Tuhan sudah berbicara lewat Alkitab, bahwa Tuhan tidak akan melawan firmannya sendiri.

Ada yang menyayangkan pertentangan ini, kok sesama kristen berdebat, tak cukupkah serangan dari pihak luar yang berkata bahwa Alkitab itu palsu, bahwa Yesus tidak bangkit dan bukan Tuhan? Kekhawatiran semacam ini di satu sisi wajar-wajar saja. Tapi buat saya pribadi ini adalah sesuatu yang positif.Karena dengan keterbukaan seperti ini setiap orang kristen bisa belajar mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang palsu.

Seperti yang dikatakan pendeta Stephen Tong, "Domba sejati mendengar suara gembalanya, tapi kambing tidak sehingga mereka bisa ditipu oleh ajaran palsu. Soal beli barang kamu tahu membedakan mana yang asli dan palsu, urusan duit kamu tidak mau diberi duit palsu. Tapi soal ajaran kamu anggap semua sama. Tapi orang kristen sejati tahu membedakan firman Allah yang sejati dan bukan.Karena mereka adalah domba-domba Allah."

Buat saya pribadi ketidak setujuan pada orang lain tak harus menjadikan saya benci mereka, santai saja. Tapi setidaknya saya bisa memilih dan merenung mana ajaran yang benar-benar membawa perubahan pada hidup saya, dan mana ajaran yang sesuai isi Alkitab. Soal penyesatan sebenarnya kita tak perlu heran.

Ribuan tahun yang lalu Yesus sendiri sudah mengatakannya. Seperti dalam Matius 24:24," Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga."

Yang disayangkan banyak orang kristen yang tidak cukup dewasa menanggapi fenomena ini. Adalah hal yang wajar jika suatu ajaran yang disebarkan di media sosial, ajaran itu tidak sesuai Alkitab, untuk kemudian dibuat antitesisnya agar orang percaya tidak tersesat dalam rupa pengajaran dan dongeng-dongeng yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Saya percaya dengan adanya fenomena ini tidak akan memecah belah kekristenan, yang dibutuhkan adalah sikap yang teduh dalam berteologi. Sudah berbulan-bulan ibadah di gereja ditiadakan, inilah kesempatan kita untuk mendengar banyak sumber pengajaran lalu memilih mendengarkan mereka yang melandaskan ajarannya pada kebenaran Firman Tuhan.

Tuhan memberkati kita semua.

Penikmat yang bukan pakar

Baca juga tulisan saya lainnya disini

***