De Sophisticis Elenchis, Sesat Pikir yang Kerap Digunakan Narsum di Televisi

Aristoteles wajib diterimakasihi. Dialah yang membongkar kesalahan utama. Bahwa antara sebab-akibat wajib berkorelasi, selain isinya benar.

Selasa, 28 Juli 2020 | 09:15 WIB
0
227
De Sophisticis Elenchis, Sesat Pikir yang Kerap Digunakan Narsum di Televisi
Ilustrasi debat (Foto: inspiradata.com)

Bukan hanya kini di TV, atau kesempatan apa pun. Sesat-pikir kerap digunakan pecundang dan para politikus tertentu untuk menggiring. Terutama agar opini dan kepentingannya dibenarkan.

Telah digunakan bahkan zaman Aristoteles yang kemudian dibuktikan bahwa sesat-pikir dapat diawali dari argumen yang seakan-akan lurus, tapi tidak benar. Atau tiba-tiba mengalihkan topik utama ke topik lain, untuk dengan sengaja menyesatkan.

Aristoteles wajib diterimakasihi. Dialah yang membongkar kesalahan utama. Bahwa antara sebab-akibat wajib berkorelasi, selain isinya benar.

Satu di antara mahakarya Aristoteles selain ORGANON adalah kritik atas apa yang disebut Sanggahan Sophistis (Latin: De Sophisticis Elenchis) memberikan perlakuan yang keliru secara logis, dan memberikan tautan kunci ke karya Aristoteles tentang retorika.

Inilah sesat-pikir yang kerap digunakan dalam retorika, utamanya wacana politik.

1. Argumentum ad populum (mengatasnamakan rakyat). Misal: rakyat menjerit, rakyat setuju, rakyat menolak, dll; padahal kehendak dirinyalah!

2. Argumentum ad baculum (mengancam). Misal: Jika tidak x maka y. Jika bukan X yang berkuasa, maka ekonomi makin terpuruk.

3. Argumentum ad hominem (menyerang pribadi). Misal: mana bisa kerja keras dan cerdas, orang kurus begitu? Padahal "bekerja" bisa lewat orang lain.

4. Argumentum ad auctoritatem (mengatasnamakan otoritas). Misal: Raja sudah setuju, agamawan sepakat, profesor berkata... Padahal, BENAR bukan karena dikatakan seseorang otoritas, melainkan karena BENAR maka ia mengatakannya.

5. Argumentum ad misericordiam (memelas, seakan-akan korban, playing victim). Misal: karena dia korban maka mari kita membelanya habis-habiosan dan pelakunya wajib dihukum.

Masih ada banyak lagi sesat-pikir, misal: pro causa noncausa (bukan alasan dijadikan alasan). Ini kerap terjadi, simaklah narasumber yang kerap mengalihkan topik!

***