Masih adakah orang yang pantas mengaku bahwa ia adalah pribumi di negara ini? Membenci ras tertentu karena satu dan lain hal, jangan-jangan justru ras itulah yang dominan sebagai gen kita?
Ya, paling tidak itulah yang terlihat dari hasil tes DNA beberapa orang di acara ASOI, Asal Usul Orang Indonesia yang diberitakan oleh Kompas. Proyek yang digarap oleh historia.id ini mencoba menelusuri asal usul nenek moyang orang Indonesia.
Swastika Noorsabri, wiraswasta asal Yogyakarta yg hadir di acara dan ikut dites, berkulit gelap, bermata besar, mengaku keturunan Jawa asli karena kedua orangtuanya juga kelahiran Yogyakarta. Tapi hasil tes DNA justru menunjukkan tingkat kandungan ras Tionghoanya yang paling tinggi di antara ras lainnya.
Ia sendiri terkejut dan tertawa karena ia sekarang merasa lebih berhak sebagai Tionghoa dibanding Grace Natalie. Karena bahkan tingkat kandungan ras Chinesenya ternyata juga lebih besar dibandingkan Grace. Budiman Sudjatmiko juga ternyata lebih "Asia Timur" dibanding Grace.
Dari 16 relawan yang dites, semua tidak ada yang 100% Indonesia. Kalau pribumi artinya harus 100% gen Indonesia, tapi nyatanya tidak ada yang hasilnya seperti itu. Semua rata-rata mempunyai campuran ras.
Gen Arab Najwa Shihab sendiri ternyata cuma 3%. Ia malah tercatat memiliki perpaduan gen yang paling banyak dibanding yang lain, yaitu dari 10 bangsa. Ariel Noah yang memiliki mata "sipit" justru didominasi oleh gen Asia Selatan atau lebih dikenal dengan gen India. Mengejutkan?
Saya sendiri merupakan campuran dari keturunan Sunda-Chinese dengan Jawa-Arab. Entah andai dites, gen apa yang akan muncul.Sunda, betawi, dengan ciri khas kulit putih dan kadang mata sipit, adalah tanda bahwa suku ini kental pengaruh darah Chinese. Aceh, bahkan orang menjadikan singkatan sebagai Arab, China, Eropa, Hindia. Sementara saudara kita di wilayah timur, kental sekali dengan ciri ras Timur Tengah dan Afrika.
Lalu, masih adakah orang yang pantas mengaku bahwa ia adalah pribumi di negara ini? Membenci ras tertentu karena satu dan lain hal, jangan-jangan justru ras itulah yang dominan sebagai gen kita? Hasil di atas rasanya bisa jadi cermin untuk semua.
Di tengah menguatnya politik identitas yang memekakkan telinga belakangan ini, pesan antirasis dan diskriminasi yang digaungkan nabi tercinta 1.400 tahun lalu terasa sejuk didengar: Ingatlah. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam (non-Arab) dan bagi orang Ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan.
NB : Hasil Tes DNA - Hasto PDIP, Budiman Sudjatmiko, Mira Lesmana, Ayu Utami, Riri Riza, Grace Natalie, Ariel Noah, Najwa Shihab by historia.id
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews