Aku seorang Ibu dan sejak menjadi ibu banyak yang tak bisa aku ucapkan tapi mampu membuat ku menangis.
Suatu kali aku menyaksikan tayangan Mata Najwa, kebetulan bintang tamunya adalah Ibu Megawati, jauh sebelum tayangan itu aku selalu memandang kagum akan sosok beliau, karena aku tahu menjadi seorang perempuan di negri ini tak mudah. Apalagi beliau dengan segala isu yang mendampinginya maka rasanya wow beliau bisa sampai pada saat ini.
Dalam tayangan itu aku melihat sesekali matanya berkaca-kaca namun sekuat tenaga beliau menahannya dan aku tahu menahan tangis bagi seorang perempuan sangatlah susah, ketika perempuan mampu menangis dalam diam dan menunjukkan senyuman ke publik maka jangan pernah ragukan kekuatan yang dimilikinya.
Yup! Pantas saja beliau berada pada posisi saat ini karena semua halangan mampu disingkirkan dengan baik.
Megawati dan Pengkhianatan
Aku memang bukan ahli politik, tak terjun juga di panggung politik, namun aku tak pernah lepas dari menyaksikan panggung drama politik karena aku selalu ada dalam lingkaran luarnya. Sebelum menjadi PDIP, dulu aku pernah mengenal seorang yang sangat dekat dengan Ibu Megawati, darinya aku tahu betapa Ibu Megawati begitu memiliki hati yang luas dan baik selayaknya Ibu.
Darinya pula aku tahu betapa pasangan Megawati-Taufik Kiemas adalah orang tua yang baik bagi banyak orang dan darinya pula aku tahu saat itu mereka bersiap mengkhianati Ibu Megawati.
Pyaaarrr! Akhirnya PDI pecah, orang yang dipercaya tadi menusuk Ibu Mega dari depan dengan lantang dia bercerita bagaimana mereka dengan mudah menelikung, yah hal itu bisa terjadi hanya karena Megawati punya hati yang luas.
Saat ini orang yang kukenal itu memang menikmati hasil pengkhianatannya namun dia juga tak pernah lupa menyebutkan bahwa Megawati adalah perempuan terbaik yang dimiliki bangsa ini.
Dendam Bukan untuk Diwariskan
Ketika Megawati menjadi Presiden, tak sedikit orang partai yang keberatan atas keputusan Megawati menunjuk pejabat pada masa itu. Kita tahu beberapa nama pejabat pada masa kepemimpinan beliau adalah orang-orang yang secara tak langsung terkait dengan masa lalu Megawati which is menurut orang partai Ibu Megawati tak pantas memberikan jabatan kepada orang yang pernah menyakitinya.
Namun sebagai seorang pemimpin, sebagai seorang wanita dengan hati yang luas Megawati menyampaikan bahwa 'Dendam bukan untuk diwariskan', selama semua orang mau bekerja untuk kemajuan bangsa maka tak perlu ada balas dendam, dan Persatuan Indonesia adalah hal yang diamanahkan sang Ayahanda kepadanya karena itu tak akan ada kepentingan apapun yang bisa mengubah cintanya untuk negeri ini.
Pilpres 2019
Menjatuhkan kedua pasangan. Melihat situasi ini entah mengapa aku berpikir harus menjadi bagian tim kemenangan bagi Jokowi-Ma'aruf paling tidak aku ingin berbagi segala keberhasilan yang sudah aku rasakan, aku ingin mengcounter berita yang tak benar, rasanya geram menyaksikan hal ini terjadi dan benar kata pepatah bahwa sesuatu akan menjadi buruk ketika orang hanya akan diam saja, so kamu mau ambil bagian?
46 Tahun PDIP
Sebagai partai politik yang masih eksis maka 10 Januari nanti PDIP akan sampai pada usia ke 46 tahun, dan rasanya dengan segala perjalanannya pada usia kali ini PDIP harus berterima kasih pada Ibu nya. Kalau bukan karena Ibu yang baik maka aku yakin tak akan ada gaung yang sebesar ini untuk PDIP. Megawati mampu membawa partai ini secara konsisten baik ketika menjadi oposisi atau bahkan yang menjalankan pemerintahan.
Ketika menjadi oposisi Ibu Megawati konsisten mengawasi pemerintahan demi kesejahteraan rakyat sebaliknya di bawah Presiden Jokowi PDIP terus bergerak untuk kesejahteraan rakyat.
Selamat ualang tahun PDIP dan semoga segera bisa mengubah image menjadi partai yang lebih milineal dengan merekrut anak muda terpelajar, menjadikan kadernya dengan kualitas yang lebih baik, jauhi korupsi karena Ibu kalian selalu mengingatkan untuk mengingat anak istri/keluarga jangan sampai diberi makan uang suap, jangan nodai perjuangan Bapak Soekarno!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews