Begitu banyak film serta komik yang menggambarkan sosok ‘kepahlawanan’ wartawan. Sebut saja, film Superman dengan tokohnya Clark Kent, yang sehari-harinya sebagai jurnalis.
Clark Kent yang berasal dari Planet Crypton, tidak dilahirkan untuk menjadi penakut, apalagi pengecut.
Sebagai wartawan, ia dilengkapi kemampuan terbang, mata yang tembus pandang dan bisa mengeluarkan sinar laser.
Tenaganya dapat mengangkat planet bumi, dan kebal senjata apapun. Clark Kent sang wartawan, mampu melesat melebihi kecepatan suara dan cahaya. Halahhhh …. dasar film.
Ada juga Herge, komikus asal Belgia yang menciptakan tokoh komik rekaan Tintin. Bagi pencinta komik, tentulah paham kisah Tintin, wartawan tanpa surat kabar. Karena tak jelas, dia bekerja untuk surat kabar apa?
Yang jelas, Tintin adalah wartawan muda (tapi belum ikut uji kompetensi dari Dewan Pers). Ia tampil dengan rambut jambul dan selalu terlibat intrik, seperti detektif. Ia wartawan investigasi. Modalnya: nyali dan tekad yang kuat!
Ya, begitu banyak film maupun cerita tentang kewartawanan yang ditonton atau dibaca anak-anak sekolah. Tetapi tanyalah pada mereka: “Apa cita-cita kalian?” Dijamin, kemungkinan besar tak ada yang mau menjadi wartawan!
Saya pun baru terpikir menjadi wartawan saat kuliah. Mengasyikkan saat menjadi aktivis pers mahasiswa. Objek liputan di kampus, tentu saja kekuasaan. Mengritik kebijakan rektorat dan dekanat.
Akibatnya lembaga pers mahasiswa pun dikooptasi penguasa kampus. Dipaksa gabung ke senat. Ini kebijakan ngaco! Pers mahasiswa itu harus pisah dari senat mahasiswa. Sebab dia juga bisa mengontrol senat. Apalagi senat yang tunduk pada penguasa kampus. Mampus lah....
Risiko jadi aktivis pers mahasiswa juga terancam diskros. Dekan jarang ke kampus, dikririk! Dipanggil pudek 3 bagian kemahasiswaan. "Mau lulus nggak? Jangan permalukan dekan!" pinta sang pembantu dekan.
Nah...saat akan yudisium (sidang skripsi) tiba. Terpampang jadwal, ketua sidang: dekan. Mati aku! Bisa balas dendam dia.
Singkat cerita terjadi dinamika sebelum sidang. Ini urusan akademis, bukan sentimen. Akhirnya... tanpa hambatan. Tengkyu dekan!
"Semoga kamu bisa jadi wartawan," kata sang dekan, saat menyalami usai sidang skripsi 'Diplomasi politik dan militer dalam pembebasan Irian Barat 1946-1969'.
Setelah malang melintang jadi wartawan di sejumlah media, akhirnya berlabuh juga di Republika. Dekat dengan kampus almamater, Unas.
Hari ini, Republika genap 26 tahun. Semoga bisa menghasilkan wartawan-wartawan andal. Wartawan yang mengedepankan kepentingan publik (seperti nama Republik atau Republika yang memiliki arti: untuk kepentingan publik).
Memang tak mungkin wartawan seperti Superman. Tapi keberaniannya, jangan kalah dengan Tintin-lah. Tetap berani menghadapi penguasa sekalipun.
Dirgahayu Republika!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews