Sejak awal tahun 2021, sejumlah bencana mulai dari banjir hingga gempa melanda beberapa wilayah di Indonesia. Saat ada bencana alam, maka warga ramai-ramai mengungsi ke tempat yang aman. Di pengungsian, wajib didesain agar semua orang tetap disiplin dalam menaati protokol kesehatan.
Indonesia diuji dengan banjir yang ada di Kalimantan Selatan, Demak, serta Jakarta dan sekitarnya. Belum lagi banjir di borneo surut, ada gempa yang melanda Sulawesi. Awal tahun 2021 sudah mencekam dengan tangisan para pengungsi. Mereka harus menyelamatkan diri agar tidak terkena bencana alam.
Biasanya pengungsian dibuat di sebuah fasilitas umum yang luas, misalnya Balai Desa atau aula milik pemerintah daerah. Karena pengungsian dibuat saat masa pandemi, maka panitia harus bekerja ekstra keras untuk mengatur tempat, sarana, dan prasarana. Agar para pengungsi masih memenuhi protokol kesehatan.
Dokter Wiku Adisasmito, Juru Bicara Tim Satga Covid menyatakan bahwa penanggulangan bencana alam tahun ini harus dilakukan dengan menyesuaikan kondisi pandemi. Artinya, setiap pos pengungsian harus menaati protokol kesehatan.
Tujuannya agar meminimalisir penularan dan jangan sampai malah banyak orang yang terkena corona pasca mengungsi. Dokter Wiku melanjutkan, di pos pemgungsian harus dibagikan masker dan hand sanitizer gratis.
Dalam artian, masker amat penting untuk mencegah penularan corona melalui droplet, jadi harus dipakai walau berada di dalam ruangan pengungsian. Jika jumlah hand sanitizer kurang, maka harus disediakan tempat cuci tangan yang cukup untuk semua pengungsi.
Mengapa pengungsi sampai harus memiliki alat makan pribadi? Alat makan tidak boleh tertukar karena bisa jadi seorang OTG tidak sengaja menularkan corona via sendok yang dipakai bersamaan.
Alangkah lebih baik lagi jika piring dan sendoknya terbuat dari plastik, jadi langsung dihancurkan dan dibuang setelah dipakai. Jika kesulitan mendapatkannya, maka bisa diganti dengan daun pisang.
Selain itu, masyarakat yang mengungsi harus menaati protokol kesehatan physical distancing. Penjagaan jarak yang harus dipikirkan matang-matang oleh petugas di pengungsian, kaena biasanya banyak orang yang tidur berdempetan.
Namun mereka harus menjaga jarak minimal 1 meter, jadi harus dicarikan tempat mengungsi tambahan sebagai tempat menginap sementara. Dapur umum adalah tempat yang juga penting di tempat pengungsian.
Baca Juga: Masyarakat Harus Sadar dan Disiplin Protokol Kesehatan
Agar para pengungsi tetap punya stamina dan tidak tertular corona, maka harus diperhatikan menunya. Mereka jangan hanya diberi makan nasi dan mie instan, tapi usahakan ada lauk berprotein dan juga sayuran. Menunya tak harus mahal, namun jika bisa sudah 4 sehat 5 sempurna.
Petugas yang menangani bencana juga harus menaati protokol kesehatan. Saat pergi untuk mengambil paket bantuan, mereka harus memakai masker.
Jangan malah diturunkan ke dagu. Kalau perlu, pakai masker ganda, yakni masker medis di bagian dalam dan masker kain di bagian luar. Sehingga filtrasi udara akan lebih maksimal dan menjauhkan diri dari penularan corona.
Penjagaan protokol kepada para petugas di tempat bencana sangat penting, karena jangan sampai mereka jadi orang tanpa gejala, lalu menularkannya ke banyak pengungsi. Jangan sampa setelah bencana alam selesai, malah ada bencana selanjutnya, karena ada klaster corona baru. Sehingga meningkatkan jumlah pasien covid.
Semua usaha ini dilakukan agar tempat pengungsian jadi wilayah yang aman dari bencana dan juga corona. Jangan sampai ceroboh sedikitpun. Tetaplah memakai masker sesuai dengan standar WHO, rajin mencuci tangan atau memakai hand sanitzer, dan menjaga jarak. Semoga kita semua tetap bebas corona walau berada di pengungsian.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews