Kita berharap, keberadaan UT Cyber-U akan menjadi frontier advokasi Gerakan MOOC dan OER dan frontiers of education innovation di Indonesia. InsyaAllah.
Ketika saya ketik kata “MOOC atau MOOCs” (Massive Open Online Courses) di papan selancar mbah Google, muncul sebanyak 25.900.000 lapak. Ketika saya tambahkan kata “Indonesia” (MOOC atau MOOCs, Indonesia) jumlahnya berkurang menjadi 1.070.000 lapak.
Ternyata, data ini sama sekali tidak menggambarkan bahwa publik Indonesia, termasuk publik perguruan tinggi, sudah mengenal atau familiar dengan MOOC.
Survai DailySocial.id bekerja sama dengan JakPat Mobile (2017) dan studi Putra, Anggraeni, & Nurhudatiana (2019) melaporkan bahwa walaupun responden pernah mendengar/mengenal dan bersikap positif terhadap MOOC. Namun, mayoritas tidak cukup familiar, dan tak pernah berpartisipasi di dalam program MOOC. Kecuali di kalangan professional di bidang IT. Lapak MOOC Indonesia paling familiar adalah IndonesiaX. Itupun hanya 7.62%.
MOOC diawali oleh sebuah Gerakan Open Educational Resources (OER) yang diinisiasi melalui projek MIT OpenCourseWare tahun 2001. Istilah MOOC sendiri digunakan pertama kali oleh Dave Cormier dari University of Prince Edward Island sebagai tanggapan atas sebuah kursus (course) yang disebut “Connectivism and Connective Knowledge”, atau dikenal sebagai CCK08)” tahun 2008.
Tahun 2011 dianggap sebagai "the year of the MOOC" ditandai oleh terbangunnya konsorsium kemitraan antara perguruan tinggi terkenal (MIT, Harvard, UC Berkeley, dan McGill.) dengan korporasi “well-financed” dan melahirkan lapak-lapak MOOC terbesar dan terkenal di dunia, seperti edX, Udacity, dan Coursera.
Beberapa lapak MOOC besar dan terkenal di dunia saat ini diantaranya MIT OCW, Alison, Canvas Network, Coursera, edX, FutureLearn, The Great Courses, Iversity, Kadenze, Khan Academy, Linkedin Learning, Peer to Peer University, Udemy, Udacity, dll. Lapak-lapak tersebut ada yang bersifat “profit”, ada juga yang “non-profit”, dan free access (sebagian atau penuh).
Saat ini, gerakan MOOC dipandang memiliki posisi dan peran terbesar dalam inovasi disruptif di PT. MOOC akan mengubah model layanan tradisional PT dengan akses yang tertutup (intra PT) ke model layanan inovatif dengan akses yang lebih terbuka dan interkoneksi (inter PT).
Gerakan MOOC di Indonesia
Sejarah Gerakan MOOCs di Indonesia dimulai tahun 2014. Ketika pemerintah Bersama enam universitas negeri dan swasta mencanangkan program Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu (PDITT). Selain keenam PT tersebut, ada 32 PT-Mitra yang bergabung, dengan jumlah mahasiswa 1.746 orang yang mengikuti PDITT.
Program didesain sebagai wahana program alih kredit (Credit Transfer Program / CTP) dimana Perguruan Tinggi (PT) dapat menawarkan mata kuliah terbaik untuk diikuti mahasiswa dari perguruan tinggi lain. Program ini dikembangkan berdasarkan prinsip “collaboration and resource sharing” antar-PT untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi oleh PT terkait dengan kapasitas/daya tampung; keterjangkauan dan pemerataan akses; sumber daya; konsentrasi lokasi; kualitas layanan pendidikan; dan jaminan kualitas.
Lapak-lapak MOOC di Indonesia dikelola perguruan tinggi besar dan korporasi secara mandiri dan/atau kemitraan strategis lainnya. Lapak ini merupakan sebuah platform pendidikan online yang menyediakan konten-konten perkuliahan dan pelatihan online dan terbuka (bisa diakses) oleh publik. Konten tersedia dalam bentuk teks, video (interaktif dan non-interaktif).
Konten MOOC ditulis oleh para praktisi, profesional, dan akademisi di bidangnya masing-masing. Semuanya menggunakan Bahasa Indonesia, dan sebagian ada yang menggunakan menggunakan lisensi (misal. Creative Common BY NC SA), seperti OCW-UI, dan SUAKA-UT. Ada juga yang tidak.
Lapak-lapak tersebut juga membuka dan menawarkan kursus/pelatihan/perkuliahan online bersertifikat dalam berbagai bidang keilmuan, profesi dan/atau keahlian. Ada yang “gratis”, ada pula yang “berbayar” (khusus bagi peserta kursus/pelatihan/perkuliahan yang bersertifikat dan/atau untuk keperluan alih kredit).
Sejak diinisiasi tahun 2014 hingga sekarang, belum banyak perguruan tinggi dan/atau organisasi/koorporasi yang memiliki lapak MOOC. Selain disebabkan oleh keterbatasan sumber daya (manusia, fasilitas, dan infrastruktur) yang dimiliki oleh perguruan tinggi, juga banyak PT yang masih bertahan dan senang dengan paradigma lama terkait dengan proses produksi dan distribusi ilmu pengetahuan.
Oleh sebab itu, Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D dalam Kegiatan Rakernas Kemenristekdikti (17/01/2018), sangat berharap bahwa pengembangan lapak MOOC ini mampu mengubah mindset PT, dari “knowledge creation and transmission” dalam sebuah ruang yang cenderung tertutup (semi-isolation space) menjadi “re-creation and connecting knowledge” dalam ruang yang lebih terbuka (open space).
Gerakan MOOC menjadi semakin penting ketika selama 10 tahun terakhir dunia pendidikan nasional Indonesia mengalami disrupsi dan perubahan yang sangat cepat dari modus konvensional tatap muka ke modus pembelajaran daring (online) berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), seperti blended atau hybrid leaning, e-learning, online learning, digital learning, dan virtual learning.
Lapak MOOC Mandiri
Lapak ini dikembangkan oleh sejumlah perguruan tinggi, Lembaga, dan/atau korporasi secara mandiri seperti Universitas Ciputra dengan “Ciputra UCEO” (2015). Fisipol UGM memiliki “FOCUS” (2015). Universitas Indonesia juga memiliki lapak MOOC “UI Open Courseware” (2014), dan “MOOC Indonesia” (2021), sebuah platform yang dikembangkan berdasarkan hasil penelitian di bawah Lab DL2 Universitas Indonesia.
Universitas Terbuka memiliki lapak “MOOCs” (2015), dan “SUAKA-UT”- (Sumber Pembelajaran Terbuka – UT) yang merupakan portal Sumber Pembelajaran Terbuka (OER, Open Educational Resources). Lapak SUAKA-UT memuat beragam konten online seperti materi pembelajaran online, materi pengayaan online, UT Televisi, UT Radio, Guru Pintar Online, Jurnal UT, ASEAN Studies Program, dan Perpustakaan Digital. Bahkan, konten MOOCs-UT akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris melalui bekerja sama dengan Korea Education and Research Information Service (KERIS) (02/12/2019).
Perguruan tinggi lain yang juga mengembangkan MOOC adalah Universitas Diponegoro, Universitas Airlangga, dan Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi).
Korporasi yang membuka lapak online secara mandiri adalah “The XL Future Leaders” (https://xlfutureleaders.com/). Lapak ini dikembangkan dari program CSR PT XL-Axiata Indonesia. Selain menyediakan beragam konten pembelajaran/pelatihan (XL E-Learn), lapak ini juga menyelenggarakan kursus/pelatihan online kepemimpinan global (XL Global Leader) selama dua tahun. Semuanya terbuka dan gratis untuk umum.
Lapak MOOC Kemitraan
Selain dikelola secara mandiri oleh sebuah perguruan tinggi, sejumlah lapak MOOC di Indonesia juga dikelola secara bersama-sama atau kemitraan dari beberapa perguruan tinggi, organisasi, dan/atau korporasi. Dibandingkan MOOC yang dikelola secara mandiri, lapak kemitraan ini kontennya lebih lengkap dan bervariasi.
Pengembangan lapak MOOC yang bersifat kemitraan ini, diharapkan mampu mendorong PT untuk melakukan efisiensi sumber daya, dimana PT tidak lagi bertumpu pada keberadaan kelas pembelajaran konvensional, tetapi secara bertahap dapat mengembangkan sistem blended learning, online learning, atas dasar prinsip “collaboration and resources sharing” antar-PT.
Lapak “IndonesiaX” (2015) (https://www.indonesiax.co.id/). Lapak ini yang terbaik di Indonesia, dan menggunakan platform teknologi open source dari edX. Lapak ini dikelola secara kemitraan dari sejumlah perguruan tinggi besar Indonesia sebagai mitra strategis, seperti Unair, UI, ITB, UT, Unpad, ITS, dan UGM. Disamping itu, juga turut bergabung sejumlah korporasi besar dari berbagai sektor (ekonomi, bisnis, perbankan, dll.) lainnya seperti edX, HarvardX, IDX, NET, dan Rumah Perubahan.
Lapak APTIKOM (Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komputer Indonesia) (https://mooc.aptikom.or.id/). Lapak ini diklaim sebagai ikhtiar untuk mendorong implementasi kampus merdeka 4.0, dan kontennya juga cukup banyak. Sejumlah perguruan tinggi bergabung di lapak ini, seperti Universitas Lampung, Untirta, AIKOM, STIKOM Bali, STMIK (Antar Bangsa, Borneo), Universitas Haluoleo, Unmuh Yogyakarta, UNIM, UNISSULA, UNTAG Surabaya, dll.
Lapak SEAMOLEC (2017) (http://mooc.seamolec.org/) selain menyediakan beragam konten pembelajaran/pelatihan/kursus online, juga menyediakan sumber pembelajaran terbuka (OER) seperti yang juga dikembangkan oleh UT. Lapak ini juga didukung oleh sejumlah korporasi seperti Cisco, Comptia, edX, Indosat, Multimatics, HHK Animation Academy, dan Rumah Belajar - Kemendikbud.
Lapak “SPADA Indonesia” (Sistem Pembelajaran Daring Indonesia) (2021) (https://spada.kemdikbud.go.id/), yang direncanakan sebagai pengganti PDITT. Lapak yang dikembangkan oleh Ditjen Belmawa Dikti bekerjasama dengan 51 Perguruan Tinggi, dan terbuka bagi seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia, terutama yang belum memiliki platform pembelajaran secara daring.
Lapak ini memuat banyak konten materi pembelajaran untuk perkuliahan daring (online) dan terbuka (open) yang dikontribusi oleh para dosen dari berbagai PT (negeri dan swasta) di Indonesia. Konten MOCC SPADA dibagi menjadi tiga program.
Materi Terbuka (open content), berupa materi mata kuliah online dalam berbagai bentuk media dan dapat diakses/terbuka oleh mahasiswa dan dosen kapan saja dan dimana saja. Mata Kuliah Terbuka (open course), berupa materi mata kuliah utuh untuk dosen terkait sebagai mata kuliah daring untuk diselenggarakan. Mata Kuliah Daring (online course), berupa materi mata kuliah dalam bentuk pembelajaran daring utuh, yang siap ditawarkan oleh salah satu PT penyelenggara kepada PT lain (PT mitra) untuk dapat diikuti oleh mahasiswa PT mitra sebagai wahana alih kredit (credit transfer).
Lapak “UT Cyber-U (2019) atau juga dikenal sebagai ICE Institute (Institute of Cyber Education of Indonesia atau ICE-I) atau Institut Pendidikan Siber Indonesia. Lapak ini diinisiasi oleh Kemendikbud bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi (UT, UI, BINUS, dan Universitas Pelita Harapan). Untuk mendukung program ini Kemendikbud akan menyiapkan penggunaan blockchain dengan menggandeng perusahaan global seperti Amazon Web Service, Google, hingga Huawei. Dengan teknologi ini, lapak UT Cyber-U dapat diakses oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Lapak ini akan dikembangkan seperti toko, supermarket atau situs pemasaran online (marketplace) bagi lembaga-lembaga penyelenggara pembelajaran daring di Indonesia. Lapak ini juga terbuka luas untuk publik. Siapapun bisa ikut, mahasiswa atau umum yang ingin melanjutkan dan menyelesaikan studi (program degree). Atau mereka yang hanya ingin memperoleh sertifikat (program non-degree) sesuai dengan kebutuhan keilmuan/profesinya, maupun untuk keperluan alih kredit.
Program perkuliahan/pelatihan yang ditawarkan mencakup semua mata kuliah dan bidang keahlian yang dibutuhkan untuk mendukung industri 4.0, dan ditawarkan dalam bentuk program akademik utuh, serta kredit transfer untuk melengkapi kesarjanaan. Konten ditulis oleh para dosen dari perguruan tinggi mitra yang tergabung di dalam UT Cyber-U.
Kita berharap, keberadaan UT Cyber-U akan menjadi frontier advokasi Gerakan MOOC dan OER dan frontiers of education innovation di Indonesia. InsyaAllah.
***
Alamat Lapak MOOC Perguruan Tinggi:
UCEO - Ciputra. http://ciputrauceo.net/
FOCUS – Fisipol UGM. https://focus.fisipol.ugm.ac.id/
UI Open Courseware - Universitas Indonesia. http://ocw.ui.ac.id/
MOOC Indonesia – Universitas Indonesia. https://moocindonesia.com/
MOOCs - Universitas Terbuka. http://moocs.ut.ac.id/
SUAKA – Universitas Terbuka. https://www.ut.ac.id/OER/index.html
MOOC – Universitas Diponegoro. https://moocs.undip.ac.id/
MOOC Universitas Airlangga. https://mooc.unair.ac.id/
MOOC Politeknik Negeri Banyuwangi. https://mooc.poliwangi.ac.id/
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews