Dua Sintong

Lalu bagaimana soal memperbaiki mutu pendidikan dasar? Siapa yang bakal serius melakukannya kalau para Sintong ini mikirnya ke 'quick problem solving'?

Sabtu, 23 November 2019 | 06:23 WIB
0
462
Dua Sintong
Nadiem Makarim dan Belva Devara (Foto: setkab.go.id)

Sute saya, Nang Te Ahmad Rizali, merasa bohwat karena Presiden Jokowi mengangkat Belva Devara, Bos Ruang Guru, jadi Stafsusnya. Sebetulnya dia juga sudah kurang sreg dengan naiknya Nadiem jadi Mendikbud. 

Sute saya bohwat karena menurutnya Ruang Guru itu adalah Bimbel Daring dan Bimbel itu hanya ikut membantu menyelesaikan kekusutan menjadi lebih cepat, bimbel tak pernah punya pretensi mengajari murid seperti tujuan pendidikan.

Yo jelas toh, Bro...! Mosok tujuan bimbel mau disamakan dengan tujuan pendidikan. Tapi jelas bimbel itu merupakan SOLUSI dari masalah yang ditimbulkan oleh sistem pendidikan kita.

Mengapa anak-anak kita perlu bimbel? (Sebenarnya istilah 'Bimbingan Belajar' itu istilah yang salah kaprah dan sebetulnya kebanyakan lembaga yang ngaku sebagai bimbingan belajar hanyalah sekedar 'Bimbingan Tes'.) Karena mereka harus lulus ujian nasional yang menentukan nasib mereka ke jenjang pendidikan berikutnya. Padahal di sekolah mereka tidak mendapatkan pembelajaran yang memadai untuk bisa menjawab soal ujian tersebut.

Ada gap antara pembelajaran di sekolah dan soal ujian tersebut. Maka bimbel mengisi kekosongan. Di Bimbel siswa hanya diajari untuk MENJAWAB SOAL dengan CEPAT dan TEPAT. Perkara dasar teorinya yang bakal membuat siswa paham mengapa harus demikian tidak dibahas karena bukan itu tujuannya (apalagi membahas betapa indah dan menariknya Matematika).

Tujuan bimbel bukan untuk membuat siswa 'kasmaran belajar' seperti yang diinginkan oleh Prof. Iwan Pranoto dari ITB tersebut.

Sebetulnya itu bukan BIMBINGAN BELAJAR tapi sekedar BIMBINGAN TES karena tujuannya bukan agar anak senang belajar dan terbantu dalam belajarnya tapi sekedar agar dapat menjawab soal tes ujian. Ane bisa ngomong begini karena pernah punya Bimjar besar juga di beberapa kota di Jatim. And it's quite a big business

Meski belum meneliti lebih jauh saya lihat ternyata Ruang Gurunya Belva Devara BUKAN SEKEDAR Bimbingan Tes. Ruang Guru dirancang benar-benar untuk MEMBANTU SISWA yang merasa perlu mendapatkan TAMBAHAN dan PEMAHAMAN yang lebih luas dan dalam dari materi yang dipelajarinya di sekolah. Ruang Guru bukanlah bimbingan tes tapi benar-benar jadi Guru Les siswa melalui media internet.

Seperti yang dijelaskan pada webnya:

Ruangguru adalah aplikasi belajar dengan solusi belajar terlengkap untuk segala KESULITAN BELAJAR siswa. Konten tersedia untuk berbagai jenjang mulai dari SD, SMP dan SMA sesuai dengan kurikulum nasional dan dirancang khusus oleh pengajar terbaik dan berpengalaman (Master Teacher). Mulai dari nonton video, latihan soal, les privat, tryout semua bisa diakses dari smartphone.

Bagi saya ide ini luar biasa...! 

Jika selama ini kita mengeluhkan mutu guru kelas yang mengajar anak-anak kita yang sungguh jeblok dan kita tidak tahu harus bagaimana.  Jika kita punya duit kita panggillah guru les bagi anak kita di rumah agat mereka paham. Itu pun hanya satu atau dua bidang studi yang kita anggap paling penting. Berapa banyak uang yang harus kita sediakan untuk Guru Les bagi anak kita itu?

Kini Belva Devara menyuguhkan sebuah solusi Guru Les yang jauh lebih baik, lebih murah, lebih menarik, lebih fleksibel bagi SEMUA ANAK yang membutuhkan. Lho itu kan bayar? Lha apa kalau kita panggil guru les gak bayar? 

Yang namanya Guru Les itu jelas tidak bisa menggantikan peran guru penuh di sekolah. Lha wong mereka punya tugas dan peran yang berbeda kok! Jadi mengharapkan agar siswa diajari karakter, kreatifitas, kolaborasi, ketangguhan, empati, dlsbnya oleh guru les itu sama dengan ingin menjadikan guru les sebagai gantinya sekolah. Janganlah, Bro...! 

Begitu juga dengan Ruang Guru. Tujuannya jelas bukan untuk MENGGANTIKAN PERAN SEKOLAH tapi untuk mengisi materi dan metoda pembelajaran yang kosong atau tidak mampu disediakan oleh guru anak-anak di sekolahnya. Jadi sifatnya KOMPLEMENTER dan bukan sebagai substitusi.

Jadi, Nang Te, please look it from a brighter side. Dua Sintong yang dipilih oleh Presiden Jokowi ini jelas orang-orang pilihan yang mampu MEMBERIKAN SOLUSI jitu pada permasalahan aktual yang ada di hadapan kita dengan cara yang sangat hebat dan tidak mungkin bisa dilakukan oleh all those education professors.

Bukan ane meledek para professor tapi kerjaan profesor kan emang untuk mikir sedangkan untuk melakukan dan melaksanakan ide-ide hebat memang butuh eksekutor. Professors are surely ain't executors. Makanya ente gak usah repot-repot jadi profesor kalau sekedar ingin bikin gebrakan dengan Gernastastaka ente

Lalu bagaimana soal memperbaiki mutu pendidikan dasar? Siapa yang bakal serius melakukannya kalau para Sintong ini mikirnya ke 'quick problem solving'? Ente mau nanya gitu kan? 

Tenang aja, Bro. Bukannya sejak dulu kita juga udah bohwat soal mutu guru dan Ujian Nasional sampai kita bikin buku berjudul "Buku Hitam Ujian Nasional"? Eh, kita udah bikin berbagai macam upaya ternyata juga dicuekin ama Bengcu Kemdikbud karena mereka mesti tunduk dan patuh pada Bengcu atasan mereka juga. Nothing happened juga kan...?! 

Apa yang ane suka dari naiknya dua Sintong ini adalah justru karena mereka masih muda dan gak punya gelar professor (ane malah udah profesor duluan berkat julukan teman-teman slengekan itu). Jadi jelas mereka kagak birokratis dan kalau dibantah kagak ngambekan.

Ane udah punya rencana (dalam hati sih!) suatu kali nanti mau nglurug ngajak bolo (yo peno bolonya karepku) ke Senayan dan ngajakin kongkow para Bengcu di Senayan ngacapruk soal pendidikan dasar as you wish.

Gimana...?! Puas...?! 

Madiun, 23 Nopember 2019

***