Is Japan Really A Safe Country?

Tidak ada di dunia ini negara yang benar-benar aman termasuk Scandinavia, hindari berjalan sendiri dimalam hari, jika terpaksa pastikan selalu cellphone menyala dan left a note ke teman.

Minggu, 15 September 2019 | 10:04 WIB
0
391
Is Japan Really A Safe Country?
Sapporo TV Tower

Berdasarkan pengalaman aku 3 minggu yang lalu ternyata Jepang tidak se-aman yang aku kira.

Karena sudah beberapa kali jalan sendiri di atas jam 1 pagi di Scandinavia jadi tidak ada ke khawatiran waktu aku jalan sendiri di Jepang jam 1 pagi.

Malam itu karena terlalu menikmati Sun flower, Onsen dan Ramen di Ashahikawa aku sampai lupa waktu pulang ke Sapporo, untung masih bisa mengejar last train jam 11:35 pm, perjalanan di tempuh 1 jam lebih 35 menit.

Keluar dari exit gate Nakashimaya line di Sapporo jam 1:35 am , walaupun sudah lewat jam 1 pagi akan tetapi suasana di dalam kereta dan station Sapporo masih sangat ramai dengan orang-orang Jepang yang pulang kerja [dilihat dari cara berpakain mereka].

Jalan sendiri menuju rumah teman aku yang jaraknya sekitar 960 meter, tidak ada orang yang lewat, tidak ada mobil yang melintas dan tidak ada lampu jalan kecuali beberapa lampu toko yang masih menyala.

Dengan sedikit was-was aku terus berjalan, kira-kira sudah 10 menit di depan aku melintas seorang pria dengan sepeda nya dan kami berpapasan seperti layaknya orang biasa, pria tersebut melewati aku dan ketika aku menengok ke belakang dia terus berjalan ke arah lampu merah, lalu aku melanjutkan.

Tak lama kemudian secara tiba-tiba tanpa bersuara pria bersepeda tersebut sudah berada di dekat aku dan menghampiri aku, lalu reflect aku bertanya “what do you want?” dia tidak menjawab apapun  karena tidak ada lampu aku tidak bisa melihat wajahnya dan dia tidak bisa melihat wajah aku, hanya siluet saja. Dia kembali jalan menuju ke arah lampu merah tersebut. 

Kurang dari 5 menit dia kembali lagi menghampiri aku, saat itu juga aku langsung ambil langkah seribu lari sekencang-kencang nya, tanpa berani menengok kebelakang, di depan aku melihat ada gang lalu aku masuk dan tanpa pikir panjang aku langsung bersembunyi di belakang dog house yang lumayan besar.

Kira-kira hamper 40 menit aku bersembunyi  aku memberanikan diri keluar setelah mendengar suara mobil melintas didepan rumah tempat aku bersembunyi,  aku stop mobil tersebut lalu minta tolong untuk mengantar aku ke rumah teman.

Sampai di rumah teman aku ceritakan pengalaman tersebut dan dia bilang itu mungkin salah satu dari Yakuza member tetapi aku tidak percaya karena “business” yang dilakukan oleh Yakuza jauh lebih besar dari itu.

Anyway, beberapa kali kemudian aku tIba di Tokyo untuk memenuhi undangan meeting dengan mantan atasan aku, lalu aku ceritakan pengalaman aku di Sapporo dan bos aku bilang he is definitely not a Yakuza but a Pervert, bersama beliau aku mengunjungi salah satu kantor polisi di Tokyo bukan untuk memberi laporan kejadian tersebut tapi sekedar ingin tahu dari perspective yang berbeda.

Surprisingly info yang aku dapat dari salah satu polisi disana adalah kasus semacam aku banyak terjadi tapi hanya sedikit sekali laporan yang mereka terima, hal ini dikarenakan budaya wanita Jepang yang penakut dan pemalu yang membuat mereka rela menanggung derita nya sendiri, ditambah lagi ada permintaan dari pemerintah setempat agar tidak mem-blowup kasus-kasus seperti ini ke media karena akan memberikan effect negatif untuk para turis.

Jadi para polisi tersebut merasa serba salah. Lucunya lagi pak polisi tersebut bilang “the good news” nya adalah Pervert di Jepang setiap kali melakukan asusila baik  di commuter line atau di public area mereka tidak membunuh korbanya, dan mereka tidak pernah menggunakan masker atau penutup wajah karena mereka yakin para korban tidak akan punya nyali untuk melapor ke kantor polisi, hmmm seperti nya harus ada edukasi serius dalam hal ini untuk para wanita di Jepang agar mereka berani speak up.

Pak Polisi tersebut bilang aku termasuk salah satu yang beruntung karena berhasil kabur, dan polisi yang baik hati tersebut memberikan beberapa tips yang cukup membantu seperti

1.       Selalu bawa semprotan merica kemanapun pergi.

2.       Jika ada orang jahat menghampiri bunyikan hp atau make sound apa saja yang bisa dilakukan agar memancing orang lain.

3.       Jika melihat ada rumah ambil batu lalu lempar ke kaca rumah tersebut agar penghuni rumah terbangun {tapi masalahnya rumah-rumah di Jepang jarang ada kacanya].

4.       Jangan pernah malu dan takut untuk melapor atau setidaknya bercerita kepada teman atau keluarga jika mengalama hal-hal buruk.

5.       Dial 110 for emergency number anytime jika bahaya menghampiri.

Walaupun aku berhasil kabur menyelamatkan dari tapi setelah kejadian malam itu selama 3 hari aku tidak berani pulang lebih dari jam 7 malam dan kaki aku masih terasa gemetar keesokan harinya, tidak kebayang jika malam itu aku tidak selamat kalau bukan karena bantuan Allah hampir mustahil aku bisa kabur dari kejaran pria bersepeda.

Lesson learned: Tidak ada di dunia ini negara yang benar-benar aman termasuk Scandinavia, hindari berjalan sendiri dimalam hari dan jika terpaksa harus berjalan kaki sendiri dimalam hari pastikan selalu cellphone menyala dan left a note ke seorang teman atau keluarga agar mereka tahu posisi terakhir kita. Walaupun orang Japang terkenal sangat baik dan ramah tapi tetap harus selalu waspada.

Kesimpulan : Jepang masih termasuk negara yang akan untuk di kunjungi walaupun ada beberapa area yang sebaiknya di hindari [jika mengunjungi kota-kota kecil biasanya setelah jam 5 sore tidak ada aktivitas di jalan seperti toko-toko tutup jadi hindari keluar rumah setelah jam tersebut].

***