Jangan Jadi Agen Perusak, Bahagialah!

Apapun yang kamu lihat pada orang lain, tidak pas di hatimu, cukup senyumi saja! Itu menunjukkan betapa dirimu sudah sampai di level bijaksana!

Selasa, 9 Februari 2021 | 07:20 WIB
0
157
Jangan Jadi Agen Perusak, Bahagialah!
Ilustrasi bahagia (Foto: Living Well Aware)

Waktu anak pertama saya lahir, saya dan suami menemukan sebuah baby shop yang harganya sangat bersahabat, lengkap dan pelayan tokonya sangat ramah. Sehingga toko perlengkapan bayi tersebut saya putuskan untuk jadi langganan saya jika membutuhkan perlengkapan anak.

Suatu hari, seorang teman yang sedang hamil berkunjung ke rumah saya. Demi melihat perlengkapan anak saya, lalu ia bertanya di mana saya membelinya. Langsung saya tunjukkan dan promosikan baby shop yang jadi langganan saya tadi.

Hingga kemudian teman tersebut melahirkan, dan saya berkunjung ke rumahnya untuk memberi selamat. Ternyata di rumahnya ada juga mertuanya. Sebelumnya saya sudah pernah dua tiga kali bertemu dengan mertuanya tersebut.

Entah awalnya dari mana dan niatnya apa, mertua teman saya tersebut tiba-tiba pamer pada saya tentang perlengkapan bayi cucunya yang baru lahir itu semuanya beli pada sebuah baby shop. Terlihat mertuanya seperti sedikit meremehkan saya karena mungkin dianggapnya saya tidak tau baby shop tersebut.

Sejujurnya dalam hati saya ingin menjawab kalau saya yang menunjukkan toko itu pada menantunya. Tapi sebelum saya sempat membuka mulut, suami tiba-tiba menggamit pinggang saya, dan memberi kode untuk menutup mulut. Saya langsung paham, dan mengurungkan niat untuk membalas ucapan mertua teman saya tadi. Sekilas saya melihat wajah teman saya yang sedikit malu dengan kelakuan mertuanya itu. Tapi saya pura-pura tidak ada masalah dan berusaha bersikap wajar.

Sewaktu jalan pulang suami bilang, jika bertemu hal yang demikian, biarkan saja. Saat itu mertua teman saya sedang bangga dan bahagia. Seandainya saya bilang kalau saya yang menunjukkan baby shop itu bisa jadi ia akan malu sendiri. Iya juga sih, masa saya harus merusak kebahagiaan orang lain? No! No! No! Amit-amit!

Lain hari, saya pergi ke pesta. Bertemu dengan seorang teman yang ternyata bajunya sama persis dengan baju yang baru saya beli seminggu sebelumnya. Awalnya saya ingin memakai baju tersebut. Tapi tidak jadi karena tangannya agak kepanjangan. Tidak ada waktu untuk mengecilkannya, hingga hari itu saya pakai baju yang lain.

Ketika kita lagi berkumpul dengan teman yang lain, banyak yang memuji baju teman tersebut. Mereka menanyakan harga dan belinya di mana. Tetapi saya kemudian kaget, karena teman yang bajunya sama dengan saya tersebut berbohong soal harga dan kwalitas dari baju tersebut. Karena saya tahu persis, baju tersebut dijual di toko yang sama tempat saya membelinya, langganan saya. harganya pun tidak segitu. Tapi akhirnya saya memilih diam dan tidak ingin mempermalukannya.

Dalam hati saya, 'biarkan saja, mungkin dia bahagia dengan hal itu.' Masa saya harus membuka aibnya di depan orang banyak begitu. Sok pahlawan banget saya, bertingkah jadi agen moral. Apa untungnya cobak?

Begitulah hidup ini, apa yang kamu lihat tidak pas di hatimu. Bertolak belakang dengan standardmu, ada kalanya lebih baik kamu terima, atau diamkan saja. Apalagi jika itu menyangkut kebahagiaan orang lain. Prinsipnya, jika kamu tidak mampu memberi kebahagiaan pada orang lain, setidaknya jangan merusaknya.

Adakalanya, apa yang kamu anggap tidak berharga itu adalah kebahagiaan bagi orang lain. Suatu barang yang menurutmu murah dan sepele, bisa jadi itu sebagai suatu kebahagiaan bagi orang lain ketika ia mampu membelinya. Sesuatu hal yang menurutmu norak dan lebay bisa jadi itu hal yang menarik dan membahagiakan bagi orang lain.

Level bahagia orang itu berbeda. Jangan paksakan dengan ukuran kebahagiannmu.
Jangan jadi Agen Perusak!

"Helehhhh... Itu aja pamer!"
"Barang murah gitu dipamerin!"
"Sok cantik, padahal ngutang!"
"Sok dermawan, padahal hidupnya aja susah!"
"Isshhh jelek gitu aja bangga!"
"Aslinya dia jelek, karena pake aplikasi doank jadi cantik gitu!"
"Dia itu senang pake baju hitam karena gendut."

Lihat?

Betapa negatifnya semua ucapan itu!

Memangnya jika kamu sudah berhasil mempermalukan seseorang, atau menunjukkan kekurangannya pada orang lain kamu jadi bangga?

Kasihan sekali kamu, jika jadi sok pahlawan begitu!

Itu namanya pahlawan kesiangan!

Menjatuhkan orang lain, agar kamu dapat pujian. Itu keji dan culas tauuukkk!

Jika kamu termasuk orang yang senang melihat orang lain susah, dan susah melihat orang lain senang, mending kamu hidup di hutan!

Biasanya orang yang sibuk dengan urusan orang lain dan sempat untuk nyinyir dengan kehidupan pribadi orang lain pertanda kurang bahagia. Kulang tatih tayang! Sikapmu itu menunjukkan betapa hidupmu itu hampa dan hatimu penuh luka.

Baca Juga: Bahagia dari Dalam, Tanpa Syarat

FYI!

Kebahagiaan, kesehatan, semua bermula dari hal-hal positif yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan. Hormon Endorfin atau hormon kebahagiaan hanya akan keluar jika kamu bersikap positif.

Tidak perlu jauh-jauh mencari bahagia, karena yang kita cari ada di pikiran dan hati. Kalau pikiran dan hati kita positif, maka tubuh akan menghasilkan hormon kebahagiaan lebih banyak. Tidak perlu mencari-cari sumber kebahagiaan dari luar sana, hanya melihat ke dalam diri sendiri, maka kebahagiaan dan juga kesehatan akan didapatkan.

- Bangun mindset positif. Berpikir yang positif.
- Bangun perasaan dan emosi positif.
- Lakukan kebaikan setiap saat.

Jangan merusak kebahagiaan orang lain. Hanya karena kamu belum menemukan kebahagiaanmu!

Apapun yang kamu lihat pada orang lain, tidak pas di hatimu, cukup senyumi saja! Itu menunjukkan betapa dirimu sudah sampai di level bijaksana!

You have to just keep shining shimering and splendid for your own life.

***