Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19

Guna mendukung berbagai aktivitas secara daring tersebut, UGM telah menyiapkan sistem pendukung akademik. Beberapa diantaranya seperti eLisa, eLok atau e-learning.

Rabu, 11 November 2020 | 23:17 WIB
0
164
Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19

Pandemi covid-19 memaksa masyarakat dunia mendefinisikan makna hidup, penyebaran virus corona yang semakin hari semakin meningkat.

Pendemi Covid-19 memaksa kebijakan physical distancing (menjaga jarak fisik) untuk meminimalisir persebaran Covid-19. Penerapan physical distancing sangat berdampak pada aspek pendidikan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah, pembelajaran daring/online Namun mekanisme yang berlaku secara tiba-tiba ini, justru tidak jarang membuat pendidik,siswa,bahkan orangtua terkejut, tapi tidak bisa dipungkiri kebijakan ini harus diterima karena kebijakan ini diupayakan untuk memutus mata rantai Covid-19 ditengah masyarakat.

Metode pembelajaran dengan memanfaatkan Teknologi yang diterapkan pemerintah dianggap sebagai tantangan tersendiri.

Pembelajaran secara online harusnya mendorong siswa menjadi kreatif, mengakses sebanyak mungkin ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya.bukan membebani siswa dengan tugas yang bertumpuk setiap hari.

1. Penguasaan teknologi yang masih rendah, harus diakui tidak semua guru menguasai teknologi  terutama guru generasi 80-an yang pada masa itu mereka penggunaan teknologi belum begitu tampak. keadaan hampir sama juga yang dialami para siswa, tidak semua siswa terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. 

Bahkan masih banyak sekolah yang memiliki keterbatasan teknologi sehingga mereka harus rebutan dalam menggunakan perangkat teknologi pendukung pembelajaran dan bahkan mereka tidak dikenalkan teknologi dalam pembelajaran.

2. Jaringan internet, pembelajaran online tidak lepas dari penggunaan jaringan internet, penggunaan jaringan seluler terkadan tidak stabil karena letak atau tempat tinggal yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler.

3. Biaya, jaringan internet yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran daring menjadi masalah Tersendiri. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak.
Kesenjangan ini melihat dengan perbedaan kecepatan internet diberbagai daerah. Orang-orang pusat kota sering menikmati internet yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah yang kurang berkembang.

Kondisi ini tidak hanya berdampak pada siswa SD, SMP dan SMA saja tapi juga berdampak pada perguruan tinggi. Mahasiswa, khususnya yang merantau, akan berada dalam kondisi kerentanan baik secara sosial maupun ekonomi.

Guru besar University of Applied Science and Arts, Hannover, Germany and Senior Experten Services (SES) Germany, Prof. Dr. Gerhad Fortwengel, menyebutkan wabah corona ini justru menjadi katalis hebat yang memacu dunia pendidikan. Seperti mendorong lebih banyak pemanfaatan teknologi informasi dalam aktivitas pembelajaran jarak jauh. 

Namun begitu, ada tantangan besar dalam pelaksanaan model pembelajaran jarak jauh. Salah satunya, sivitas akademika belum terbiasa menggunakan sistem pembelajaran yang bersifat blended dan sepenuhnya online.

"Muncul kesulitan karena belum dilatih mengunakan peralatan untuk model pembelajaran jarak jauh. Karenanya perlu tambahan dukungan dan mentoring untuk menyesuaikan dengan model pembelajaran baru ini,"tuturnya dalam seminar daring yang diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi UGM bekerja sama dengan ASEAN PharmaNET danSES, Jumat (12/6).
 

Sementara Dekan Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. apt. Agung Endro Nugroho, menyampaikan di era revolusi industri 4.0, dunia pendidikan tinggi termasuk farmasi menghadapi tantangan dengan berbagai perubahan yang ada. Ditambah adanya pandemi Covid-19 menuntut pendidikan tinggi untuk bisa melakukan penyesuaian dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satunya mengubah metode pembelajaran tatap muka (luring) menjadi daring saat pandemi.

"Di UGM sejak pertengahan Maret mengganti segala kegiatan akademik dan perkuliahan yang bersifat tatap muka di kelas dengan pembelajaran secara virtual,"jelasnya.

Metode pembelajaran secara daring ini, dikatakan Agung, masih akan terus dijalankan saat pandemi. Tidak hanya perkuliahan yang dilakukan secara daring, hal serupa juga diterapkan untuk kegiatan praktikum, pelaksanaan tugas akhir dan wisuda.

Guna mendukung berbagai aktivitas secara daring tersebut, UGM telah menyiapkan sistem pendukung akademik. Beberapa diantaranya seperti eLisa, eLok atau e-learning. Melalui sistem itu dosen dapat mengunggah materi pembelajaran, tugas, dan menciptakan komunitas belajar. Selain itu, dengan sistem ini dosen dan mahasiswa dapat berinteraksi dan melakukan diskusi bersama.

Pengalaman serupa juga terjadi di kampus Cyberjaya University, Malaysia. Wakil dekan Fakultas Farmasi Cyberjaya University, Assoc. Prof. Dr. Zainol, mengatakan pandemi Covid-19 memberikan tantangan dalam pelaksanan kegiatan belajar mengajar di kampus. Sejak pandemi Covid-19 pihaknya melakukan improvisasi pada seluruh kegiatan belajar mengajar dengan dilaksanakan secara virtual.

Sementara Assoc. Prof. Dr. Surakit Nathisuwan dari Fakultas Farmasi Mahidol University menyampaikan berbagai upaya yang dilakukan kampus untuk memastikan keselamatan sivitasnya dari Covid-19. Saat terjadi pandemi, kampus secara gencar menyebarluaskan berbagai informasi penting terkait Covid-19. Lalu, memastikan kesehatan para sivitasnya, membuka pusat test di 4 rumah sakit, menyedikan tempat karantina bagi sivitas dan melakukan penutupan kampus.

***