The Death of TV?

Kami pun tak memasang antena luar untuk menangkap sinyal TV lokal. Buat kami itu sama sekali tak menarik.

Minggu, 20 Oktober 2019 | 17:17 WIB
0
371
The Death of TV?
Tayangan televisi asing (Foto: Dok. pribadi)

Sudah lama sekali saya tak menonton TV 'konvensional'. Kalau TV lokal mungkin sudah beberapa tahun. Sesekali saja jika tak sengaja, misal saat di kamar hotel. Sedang tayangan impor saya pun sangat selektif memilih --- National Geographic People, atau BBC Knowledge. Tapi belakangan saya tak lagi menontonnya.

Begitu pun keluarga di rumah. Kami kini hanya menggunakan layar TV berukuran 60 " di dinding ruang tengah untuk menyimak tayangan youtube. Pagi hari, saya biasa menyetel bacaan Qur'an, untuk mewarnai rumah. Pilihannya bejibun. Saya setel dengan volume agak besar.

Kalau malam, menjelang tidur, saya menyimak pelbagai ceramah --- Gus Baha, Ustadz Adi Hidayat, Guru Bakhiet dan lain lain. Selain mencerahkan, itu pengantar tidur yang nyaman.

Siang hari agak rileks. Biasanya kami pakai untuk 'hiburan' keluarga. Ada jutaan pilihan tayangan menarik. Tinggal memilih saja di youtube. Siang ini, misalnya, kami menyimak kisah tentang Republik Islam Iran. Ternyata banyak yang menarik, diluar imajinasi sebelumnya. Manusiawi.

Itu sebab istri saya memutus layanan Indovision dan First Media. Berhemat setengah juta per bulan. [Tinggal tersisa indihome]. Padahal kami sudah berlangganan Indovision lebih dari 10 tahun. Bukan karena tayangannya buruk, tapi sudah tak memerlukannya.

Kami pun tak memasang antena luar untuk menangkap sinyal TV lokal. Buat kami itu sama sekali tak menarik.

Apakah kita memasuki periode kematian industri TV 'konvensional'?

***