Debat Tajam antara Bung Karno dan John F. Kennedy soal Irian Barat

Selasa, 11 Desember 2018 | 08:29 WIB
0
1181
Debat Tajam antara Bung Karno dan John F. Kennedy soal Irian Barat
John F. Kennedy dan Bung Karno (Foto: Merdeka.com)

Soekarno atau Bung Karno bukan hanya orator ulung atau singa podium, tetapi juga jago diplomasi. Kepadandainnya berdiplomasi ditunjang oleh wawasan atau pengetahuannya yang luas. Itu semua berkat ia hobi atau suka membaca buku apa saja.

Bung Karno juga tidak minder atau rendah diri sekalipun berhadapan dengan pimimpin dunia yang sudah maju atau lebih dulu negaranya merdeka. Itu juga karena Bung Karno bisa menguasai beberapa bahasa asing. Jadi bisa bicara secara langsung kepada beberapa pemimpin dunia tanpa penterjemah.

Bukti kepandaian atau kelihaian Bung Karno dalam diplomasi yaitu ketika berkunjung ke Amerika untuk pembebasan Irian Barat.

Bung Karno pada 24 April 1961 melakukan kunjungan kenegaraan ke Amerika dalam rangka melakukan lobi kepada presiden yang flamboyan yaitu John F Kennedy. Dengan menaiki pesawat Pan Am rombongan presiden mendarat 10 pagi dan disambut secara langsung oleh presiden John F Kennedy, bahkan disambut sangat luar biasa dan Bung Karno diperlakukan secara baik sebagai tamu.

Beda dengan Presiden Eisenhower yang membuat Bung Karno marah atau meradang karena merasa harga dirinya terinjak-injak dan diperlakukan tidak sebagaimana mestinya sebagai kepala negara. Dan kejadian itu pada tahun 1950, jam 10 pagi juga.

Setelah tiba di Gedung Putih, dimulailah pembicaraan antara Bung Karno dan John F. Kennedy terkait masalah Irian Barat. Presiden John F Kennedy-lah yang pertama membuka pertanyaan kepada Bung Karno.

John F. Kennedy (JFK): "Mengapa Anda menginginkan Irian Barat?"

(Sambil menjelaskan bahwa orang Papua yang ber-ras Melanesia berbeda dengan orang Indonesia pada umumnya yaitu Melayu Mongoloid. John F Kennedy juga mengingatkan uang yang dikeluarkan oleh Belanda untuk mengelola wilayah tersebut lebih banyak daripada hasil yang didapatkan. Bung karno-pun langsung merespon atau menanggapi pertanyaan John F Kenndy dengan percaya diri).

Bung karno (BK): "Wilayah itu adalah bagian dari negara kami; Irian Barat harus segera dilepaskan."

(John F Kennedy-pun langsung menimpali alasan Bung karno).

JFK: "Tetapi, orang Papua itu dari ras yang berbeda."

(Bung Karno-pun langsung menjelaskan dengan analogi, bahkan menyerang dengan pertanyaan balik yang tajam kepada John F Kennedy).

BK: "Apakah rakyat Amerika semuanya ras kulit putih?. Sebuah bangsa bukan sekedar masalah ras atau warna kulit. Sebagaimana orang-orang kulit hitam dan berwarna lainnya di Amerika."

(Menurut Bung Karno Indonesia adalah terdiri dari bermacam-macam ras. Dan Johanes Leimena yang juga ikut menimpali, bahwa akar budaya dan sejarah Irian Barat banyak dipengaruhi dari Maluku. F Kennedy-pun tak kalah tajam dalam mengajukan pertanyaan kepada Bung Karno).

JFK: "Mengapa Anda sangat menginginkan wilayah ini?"

(Bung Karno juga tak mau kalah dan menjawab secara tegas, bahkan Bung Karno juga menyinggung soal Hawaii, pulau yang indah nan eksotis itu. Hawaii juga diduduki pada tahun 1949 oleh Amerika dan warganya juga berbeda ras atau kulit dengan warga kebanyakan Amerika. Bung Karno benar-benar paham sejarah).

BK: "Karena wilayah ini adalah bagian dari bangsa kami. Orang Dayak dari Kalimantan juga terbelakang mirip dengan orang Papua di Irian Barat. Hawaii adalah bagian dari Amerika tetapi orang Hawaii berbeda ras dengan orang Amerika kebanyakan. Orang Papua? Ya. Mereka pun ras yang berbeda dan begitu pula orang Dayak. Tetapi orang Dayak senang menjadi bagian dari Indonesia."

Dalam pembicaraan tersebut John F. Kennedy juga mengajukan pertanyaan atau sekedar ingin mengonfirmasi karena mendapat informasi dari menteri luar negeri Belanda Joseph Luns, apakah benar Indonesia akan mengancam atau ingin menduduki wilayah Timur Irian Barat, yaitu Papua Nugini.

Karena, sebelum presiden Bung Karno berkunjung ke Amerika, menteri luar negeri Belanda Joseph Lusn lebih dulu melobi presiden John F Kennedy soal Irian Barat. Joseph Luns inilah di balik provokasi atau yang mensponsori Irian Merdeka pada 1 Desember 1961. Bahkan membuat Bung Karno Marah dan memaki-maki Joseph Luns.

Bung Karno pun membantah tudingan yang ingin menguasai Wilayah Timur Irian Barat atau Papua Nugini. Bung Karno menegaskan bahwa wilayah itu bukan bagian dari teritorial Indonesia sehingga tak ada alasan bagi Indonesia untuk mencaploknya.

Presiden John F Kennedy memahami tuntutan Indonesia atas klaim wilayah Irian Barat. Tetapi John F Kennedy juga mengingatkan kepada presiden Soekarno bahwa penyelesaian Irian Barat semakian rumit kalau terjadi aksi militer.

Bung Karno juga menjelaskan kepada F. Kennedy apapun resikonya Irian Barat harus menjadi bagian Indonesia, sekalipun dengan kekerasan atau aksi militer untuk mengusir Belanda dari Irian Barat.

Seperti kita ketahui dalam sejarah pembebasan Irian Barat selain jalur diplomasi juga diikuti dengan pengerahan pasukan besar-besaran untuk merebut Irian Barat dari Belanda, yaitu Trikora.

Siapakah menteri luar negeri Belanda Josph Luns? Dialah yang mensponsori elite lokal Papua di negara Belanda untuk merdeka. Bahkan di Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB, menteri luar negeri Joseph Lusn berjanji atau komitmen akan membantu dengan menggelontorkan dana sebesar 30 juta dollar pertahun sampai rakyat Papua mandiri atau merdeka.

Dan pada 1 Desember 1961 nama Niew Guinea diubah menjadi Papua dan diikuti dengan pengibaran Bintang kejora dan lagu Hai Tanahku Papua. Makanya pada setiap 1 Desember menjadi hari yang selalu diperingati oleh OPM.

Deklarasi Papua merdeka pada 1 Desember 1961 yang dibentuk oleh pemerintah Belanda dengan elite lokal membuat Bung Karno meradang dan sangat marat dengan mengeluarkan umpatan atau misuh-misuh (Jawa) kepada Joseph Lusn yang mensponsori gerakan Papua Merdeka.

Bung Karno: "Luns, Luns, Luns. Dia Bajingan!! Pemerintah Uni Soviet harus memberitahu dia agar menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia."

Bung Karno-pun akhirnya  mengumandangkan Trikora pada 19 Desember 1961 untuk membebaskan Irian Barat.

Akhirnya berkat campur tangan Amerika, Irian Barat diserahkan oleh Belanda kepada Indonesia pada tahun 1963.

***

Sumber: Majalah Histori