Saat bulan ramadhan atau lebaran kemarin-masyarakat juga dilarang untuk kegiatan tabur bunga saat nyekar. Dengan alasan masih pandemi untuk menghindari kerumunan.
Pembuat peti mati dan penjual bunga tabur untuk orang meninggal seperti tidak terpisahkan bagi masyarakat Nusantara kita. Kalau ada orang meninggal pasti butuh peti dan bunga tabur.
Mereka bukan berarti berharap orang banyak yang mati supaya membeli peti atau bunga tabur.
Kalau peti mati dibutuhkan saat ada orang meninggal saja. Tapi kalau bunga tabur dibutuhkan saat orang meninggal atau saat menjelang ramadhan dan sesudah lebaran untuk ritual nyekar kepada keluarga yang sudah meninggal.
Namun saat pandemi sekarang ini dua profesi itu berbeda nasib keberuntungan. Yang satu yaitu penjual peti mati banyak mendapat pesanan dan penjual bunga tabur nyaris tidak ada atau banyak pembeli dibanding sebelum pandemi.
Ternyata pandemi ini membawa dampak atau imbas bagi penjual peti mati dan penjual bunga tabur.
Bagi pembuat peti mati, pandemi ini membawa berkah tersendiri. Pesanan peti mati begitu banyak. Bahkan tidak bisa memenuhi permintaan dari rumah sakit-rumah sakit yang menjadi rujukan covid.
Dulu kebutuhan peti mati diserahkan ke pihak keluarga atau membeli sendiri. Tapi saat pandemi-untuk pasien yang meninggal karena covid di rumah sakit rujukan covid-harus mengikuti prosedur penanganan sesuai protap. Jadi rumah sakit rujukan covid itu yang langsung memesan atau membeli ke pembuat peti mati. Belinya tidak satu tapi puluhan bahkan ratusan. Toh nanti anggaran beli peti akan diganti pemerintah.
Pembuat peti mati ada yang kewalahan mendapat pesanan dari rumah sakit. Belum lagi malah susah mendapatkan bahan baku kayu untuk membuat peti mati. Biasanya dipasok oleh juragan kayu khusus untuk membuat peti mati.
Dan selama pandemi bahan baku kayu untuk membuat peti mati ternyata juga mengalami kenaikan yang tinggi. Kadang harus membeli di toko bangunan yang harganya tentu lebih mahal.
Lantas bagaimana dengan nasib penjual bunga tabur untuk orang meninggal-apakah nasibnya sama seperti penjual peti mati?
Ternyata berbeda 180 derajat. Penjual bunga tabur saat pandemi malah dirugikan atau tidak membawa berkah tersendiri.
Mengapa demikian?
Karena protap penguburan untuk orang yang meninggal karena covid tidak membutuhkan atau memerlukan bunga tabur. Bahkan saat bulan ramadhan atau lebaran kemarin-masyarakat juga dilarang untuk kegiatan tabur bunga saat nyekar. Dengan alasan masih pandemi untuk menghindari kerumunan.
Begitulah dua profesi terkait kematian tapi berbeda nasib.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews