Beda Nasib Antara Penjual Peti Mati dan Penjual Bunga Tabur Saat Pandemi

Saat bulan ramadhan atau lebaran kemarin-masyarakat juga dilarang untuk kegiatan tabur bunga saat nyekar. Dengan alasan masih pandemi untuk menghindari kerumunan.

Rabu, 7 Juli 2021 | 20:01 WIB
0
220
Beda Nasib Antara Penjual Peti Mati dan Penjual Bunga Tabur Saat Pandemi
Perajin peti mati (Foto: krjogja.com)

Pembuat peti mati dan penjual bunga tabur untuk orang meninggal seperti tidak terpisahkan bagi masyarakat Nusantara kita. Kalau ada orang meninggal pasti butuh peti dan bunga tabur.

Mereka bukan berarti berharap orang banyak yang mati supaya membeli peti atau bunga tabur.

Kalau peti mati dibutuhkan saat ada orang meninggal saja. Tapi kalau bunga tabur dibutuhkan saat orang meninggal atau saat menjelang ramadhan dan sesudah lebaran untuk ritual nyekar kepada keluarga yang sudah meninggal.

Namun saat pandemi sekarang ini dua profesi itu berbeda nasib keberuntungan. Yang satu yaitu penjual peti mati banyak mendapat pesanan dan penjual bunga tabur nyaris tidak ada atau banyak pembeli dibanding sebelum pandemi.

Ternyata pandemi ini membawa dampak atau imbas bagi penjual peti mati dan penjual bunga tabur.

Bagi pembuat peti mati, pandemi ini membawa berkah tersendiri. Pesanan peti mati begitu banyak. Bahkan tidak bisa memenuhi permintaan dari rumah sakit-rumah sakit yang menjadi rujukan covid.

Dulu kebutuhan peti mati diserahkan ke pihak keluarga atau membeli sendiri. Tapi saat pandemi-untuk pasien yang meninggal karena covid di rumah sakit rujukan covid-harus mengikuti prosedur penanganan sesuai protap. Jadi rumah sakit rujukan covid itu yang langsung memesan atau membeli ke pembuat peti mati. Belinya tidak satu tapi puluhan bahkan ratusan. Toh nanti anggaran beli peti akan diganti pemerintah.

Pembuat peti mati ada yang kewalahan mendapat pesanan dari rumah sakit. Belum lagi malah susah mendapatkan bahan baku kayu untuk membuat peti mati. Biasanya dipasok oleh juragan kayu khusus untuk membuat peti mati.

Dan selama pandemi bahan baku kayu untuk membuat peti mati ternyata juga mengalami kenaikan yang tinggi. Kadang harus membeli di toko bangunan yang harganya tentu lebih mahal.

Lantas bagaimana dengan nasib penjual bunga tabur untuk orang meninggal-apakah nasibnya sama seperti penjual peti mati?

Ternyata berbeda 180 derajat. Penjual bunga tabur saat pandemi malah dirugikan atau tidak membawa berkah tersendiri.

Mengapa demikian?

Karena protap penguburan untuk orang yang meninggal karena covid tidak membutuhkan atau memerlukan bunga tabur. Bahkan saat bulan ramadhan atau lebaran kemarin-masyarakat juga dilarang untuk kegiatan tabur bunga saat nyekar. Dengan alasan masih pandemi untuk menghindari kerumunan.

Begitulah dua profesi terkait kematian tapi berbeda nasib.

***