Tapi bukan hanya tawaran investasi yang berbalut agama yang banyak nipunya. Saya banyak mendapat informasi beragam investasi yang akhirnya menipu.
Kalau orang kerasukan virus kadrun ciri-cirinya otaknya agak menciut. Mereka gak mampu berfikir sehat. Gak bisa melihat dunia sebagaimana adanya.
Cara pandangnya unik, asal berbau-bau agama akan dianggap punya nilai kebenaran. Agama gak mungkin menipu, katanya.
Iya benar. Agamanya agung. Tapi banyak orang yang menggunakan agama untuk menipu. Inilah yang kata Ahok dulu, "Jangan mau dibohongi pakai ayat..."
Bukti penipuannya sudah banyak. Ada perumahan syariah di Surabaya, Jakarta, Ponorogo. Semua polanya sama. Menawarkan rumah dengan kredit tanpa riba.
Mereka menjanjikan, tidak ada riba, tidak perlu BI checking, tidak akan ada penyitaan kalau telat bayar. Ujungnya eh, gak ada rumahnya.
Coba pikirin aja, siapa yang tergiur dengan perumahan ini? Orang yang mau pinjam duit untuk beli rumah tapi gak mau bayar kelebihan. Mereka senang konsep tanpa bunga.
Kedua, mereka yang biasa ngutang dan ngemplang. Makanya mereka senang karena syaratnya gak ada BI checking.
Ketiga, karena kebiasaan ngemplang itu juga, mereka senang ketika dijanjikan rumah gak akan disita kalau telat bayar.
Pertanyaanya, apa ada pengusaha yang berhati begitu mulia mau mengambil resiko kayak gitu?
Kalau gak ada BI checking, terus lembaga keuangan apa yang akan menutupi kreditnya? Bank, gak mungkin. Syarat wajibnya pasti BI checking. Lembaga keuangan non bank juga sama.
Jadi begini. Penawran yang terlalu memggiurkan dan mudah itu, lebih banyak nipunya ketimbang benernya. Apalagi dibungkus dengan istilah agama segala.
Di Surabaya, Jakarta, Ponorogo, dan banyak tempat lain, orang-orang muslim lugu ditipu mentah-mentah. Sama seperti jemaah First travel atau Abu Tour.
Aada lagi yang seru. Di Bogor ditawarkan investasi kebun kurma. Sasarannya muslim yang lugu lagi. Bayangin. Kurma yang habitatnya di wilayah gersang dan tandus, mau ditanam di Bogor yang dikenal dengan kota hujan. Itu kan sama saja beternak Pinguin di Kampung Melayu.
Ujung-ujungnya, nipu juga.
Baru-baru ini di Sukabumi ada tawaran inveatasi kolam Lele Murotal. Di kolam Lele, dipasangi speaker untuk distel pengajian gaya murotal setiap saat.
Hasilnya? Saya yakin, mau distelin pengajian setiap hari, Lelenya juga gak akan ada yang bisa ngaji. Lele betina tetap saja genit berdekatan dengan Lele jantan. Gak perlu menyembunyikan auratnya.
Kalau mereka birahi, gak perlu taaruf segala. Syariah yang disiarkan via speaker setiap hari gak ngaruh pada Lele. Lele, ya Lele.
Lele jantannya juga cuma bisa kumisan doang. Speaker murotal gak akan menumbuhkan jenggot Lele.Kalau mau hasil panen Lele maksimal, yang harus diperhatikan itu pakan, iklim, jenis air kolam, ekosistem, dan sebagainya. Jadi mau distel pengajian atau stel lagu Didi Kempot, bagi Lele sobat ambyar sama saja hasilnya.
Lagi-lagi agama dijadikan bungkus buat menarik investor.
Tapi bukan hanya tawaran investasi yang berbalut agama yang banyak nipunya. Saya banyak mendapat informasi beragam investasi yang akhirnya menipu.
Mulai arisan bergulir, investasi emas, investasi perdagangan virtual dan sebagainya.
Cirinya sama. Tawaran keuntungan besar, diluar batas kewajaran. Kedua, biasanya bermodel dari member get member. Dan ketiga, seolah-olah pola investasinya rumit yang membuat orang bingung dan akhirnya pasrah saja.
Pola investasi seperti ini mensasar orang yang agak serakah. Ingin untung besar dan cepat. Sambil ongkang-ongkang kaki.
Saya sih, selalu saran. Jika ada tawaran investasi sebaiknya gunakan akal sehat. Keuntungan yang terlalu menggiurkan dengan resiko kecil, lebih banyak bohongnya. Jangan biarkan keinginan untung besar membutakan Anda. Tetaplah menjaga rasionalitas dan berhati-hati.
Percayalah. Dunia ini bergerak rasional. Irasionalitas lebih banyak nipunya ketimbang jujurnya.
Kesurupan agama maupun keserakahan bisa membunuh Anda. Bisa menghabiskan duit Anda dalam sekejap.
"Mas, Bambang Kusnadi butuh investasi tuh. Gerobak buburnya mau dicat hijau stabilo," ujar Kumkum.
Eko Kuntadhi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews