Sudah tentu peristiwa yang tergolong "hype" atau "trending" saya ikuti, dari media sosial maupun media massa.
Kebiasaan saya adalah tidak begitu saja menerima permintaan untuk mengajar menulis atau jurnalistik sebelum jelas apa yang harus saya sampaikan kepada peserta. Saking cerewetnya, kesannya saya malah ribet, kadang panitia atau penghubung (biasanya perempuan, ehem...) rikuh sendiri karena seperti dikonfrontir.
"Apa perlu kita ketemuan dulu, Pak Pepih?" kata seorang laisson officer di mike ponsel, perempuan bersuara sahdu, beberapa pekan lalu. Ah, ini sih modus, pikir saya, bilang aja mau ngopi bareng.
Tapi praktiknya memang ada yang harus bertemu di sebuah sudut cafe sambil menikmati Americano tanpa gula, jauh sebelum acara pelatihan dimulai. Dia menjelaskan apa yang harus saya sampaikan, manusia dari golongan manakah para seserta pelatihan, berapa jam hak saya bicara dan melatih peserta, dan seterusnya.
Kalau pelatihannya di luar kota dan harus bermalam, biasa saya tanya basa-basi, "Mbak ikut 'kan nanti di acara pelatihan?" Biasanya dijawab, "Oh tentu, Pak!"
Kenapa saya harus menyiapkan segalanya dengan sempurna? bukan apa-apa, sebab setiap mengajar ilmu menulis dan jurnalistik, ada tanggung jawab moral yang luar biasa.
Saya ga bisa lakukan sambil lalu. Peserta harus mendapat ilmu terbaru dari apa yang saya sampaikan.
Karena manusia sudah sedemikian terspesialisasi, maka saya wajib membaca buku, risalah, berita apdet (update) terbaru di dunia kepenulisan dan jurnalistik, biasanya yang saya anggap kuasai. Tujuannya agar apa yang saya sampaikan juga "related" dengan kekinian.
Sudah tentu peristiwa yang tergolong "hype" atau "trending" saya ikuti, dari media sosial maupun media massa. Meski bukan orang filsafat, setiap hari saya usahakan baca buku-buku filsafat. Saya perlu baca hal-hal "njimet" ini untuk mendudukkan setiap persoalan/fenomena pada tempat semestinya, biar selalu ada landasan berpikirnya.
Konsekuensinya, presentasi pun saya persiapkan dengan contoh-contoh peristiwa terkini itu, sebagaimana saya harus mempersiapkan presentasi bertajuk "Socmed Content Creator" ini untuk keperluan latihan menulis karyawan Garuda Indonesia.
"Apakah tidak keberatan kalau saya meminta peserta latihan menulis script dengan pendekatan tertentu yang saya ajarkan nanti?" tanya saya kepada panitia yang langsung dijawab, "Tentu, Kang, mereka justru mengharapkan ada latihannya."
Hemm... tadi "Pak" sekarang "Kang".
Okelah, see you!
#PepihNugraha
***
Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [41] Daun-daun Kering Berguguran di Tanah Palmerah
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews