Sketsa Harian [15] Eksplorasi Kata Itu Batasnya Langit

Mending mana, kelebihan oli atau kekurangan oli. Kalo saya milih kelebihan oli. Oli bisa dibuang kalo kelebihan, tapi kalo kekurangan belum tentu bisa nemu kekurangannya.

Senin, 4 November 2019 | 18:16 WIB
0
428
Sketsa Harian [15] Eksplorasi Kata Itu Batasnya Langit
Ilustrasi langit biru (Foto: IDN Times)

Belum banyak orang tahu dalam teknik menulis ada teknik yang dinamakan "asosiasi". Asosiasi sebenarnya padanan kata atau kata-kata yang senafas, senada, seirama, tetapi tetap ada kaitannya, kata yang saling berhubungan dan kalau dijahit akan membentuk kalimat utuh.

Selain asosiasi, saya juga sering menggunakan teknik pohon dan akar masalah, "mind mapping" yang sudah umum, itu semata-mata untuk memeras kata maupun kalimat sampai ga bersisa. Gunanya apa, gunanya biar ga macet saat menulis, biar kata dan kata-kata ngalir bak air bah. Jangan takut tsunami kata-kata, sebab belakangan biasanya saya siangi. Kan writing itu re-writing?

Bagi saya, lebih baik terhempas tsunami kata-kata daripada paceklik kata-kata. Mending mana, kelebihan oli atau kekurangan oli. Kalo saya milih kelebihan oli. Oli bisa dibuang kalo kelebihan, tapi kalo kekurangan belum tentu bisa nemu kekurangannya.

Lebih dari itu, kata-kata berhubungan dengan kekinian. Misal gini. Kalo kamu nemu satu kata Pilpres, pasti asosiasinya adalah 2019, Jokowi, Prabowo, Kampanye, Jan Ethes, sampai Neno Warisman, begitu 'kan? Dari satu kata kunci Pilpres saja asosiasinya bisa segudang kata yang siap kamu susun jadi kalimat.

Dari kata-kata mutakhir itu kamu bahkan bisa bikin "peribahasa" atau "pepatah" baru. Misal untuk Jan Ethes, kamu bisa bikin kalimat, "Elo tuh ga akan bisa dapetin si Mona sampai Jan Ethes jadi Presiden sekalipun!"

Keliatannya ini kalimat main-main, tetapi sesungguhnya bisa diterima untuk satu cita-cita yang sangat sulit tercapai. Kan Jan Ethes pun blom tentu jadi Presiden, ya ga? Kalaupun bisa jadi, mau nunggu berapa tahun lagi?

Neno Warisman, kamu bisa bilang , "Kamu harus tetap sabar menunggu sampai do'a-do'a Neno Warisman dikabulkan."

Ada lagi soal kulit salak yang sempet viral kemarin. Silakan pikir apa kira-kira kalimat yang mau kamu buat!

Kalo saya sih sudah langsung mengalir begitu saja dalam pikiran, misalnya, "Sampai menantu Aburizal Bakrie ngupas kulit salak pun kesempatan itu ga akan bisa kamu dapetin lagi." Di sini sekaligus saya ngasih contoh asosiasi itu. Alih-alih yang viral nama Nia Ramadhani, yang saya sebut kan menantu Aburizal Bakrie.

Ah, ini contoh kecil saja bagaimana teknik menulis. Selebihnya kamu harus sering-sering gaul sama saya kalau mau lebih mahir menulis.

#PepihNugraha

Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [14] Penaklukkan Kaffah