Mas Nadiem, Saya Gak Ngerti

Sebab dinegeri ini, setiap ganti menteri ganti kebijakan. Yang dilarang sekarang diperbolehkan. Yang dulu diperbolehkan sekarang dilarang.

Sabtu, 14 Desember 2019 | 06:22 WIB
0
361
Mas Nadiem, Saya Gak Ngerti
Nadiem Makarim (Foto: inews.id)

Para orang tua yang terhormat, saya mau tanya. Apakah Bapak dan Ibu ngerti kebijakan baru Mendikbud yang menghapuskan Ujian Nasional? Terus ujian itu diganti apa? Bagaimana menilai anak itu pintar dari jenjang ke jenjang?

Jujur saya yang bodoh itu makin bodoh mencoba mengerti arahan baru menteri Nadiem.

Sistem Gagal 

Don't get me wrong. Saya tidak suka sistem ujian nasional. Kenapa? Karena merupakan bagian dari sistem pendidikan kita yang tambal sulam. Tidak ada pondasi dasar di atasnya. Akibatnya, kurikulum pendidikan membingungkan jutaan orang tua.

Ganti menteri ganti kebijakan. Dan anak didik makin bodoh. Hanya upaya keras orang tua saja yang mampu menyelamatkan para buah hati dari sistem pendidikan yang centang perenang ini. Hingga anak bisa masuk Perguruan Tinggi dan mendapat pekerjaan yang layak dan memuaskan.

Di negeri ini, yang pintar hanya anak-anak orang kaya. Yang miskin sekedar lulus kemudian jadi bagian angkatan kerja buruh, penjaga toko, pekerja pabrik dan ojek online.

Sistem pendidikan kita gagal menciptakan manusia yang mempunyai dasar kuat untuk maju. Karena begitu banyak beban mata pelajaran di sekolah.

Harapan Tadinya 

Tadinya kita berharap mas Nadiem akan memangkas jam tatap muka di kelas dengan mengubahnya sebagai proyek kerja kelompok.

Maksudnya, mata pelajaran agama, sejarah, kewarganegaraan, seni budaya, muatan lokal, penjaskes dan mata pelajaran yang gak penting lainnya, dijadikan proyek kerja kelompok. Temanya bisa dibagi-bagi. Anak diminta pergi ke museum, DPR, DPRD, kantor walikota, bupati, gubernur dan lembaga pemerintahan kemudian membuat laporan.

Laporan itu akan di seminar kan di tengah semester dan kemudian diperbarui untuk diujikan di akhir semester. Semua program ini akan menjadikan anak didik berfikir kritis, mampu menulis dengan baik dan berbicara di depan publik dengan berani dan percaya diri.

Pelajaran agama yang tidak penting itu bisa dilakukan dengan aneka kerja proyek. Menghafal beberapa surat, problem solving berdasarkan ajaran agama, melakukan ritual ibadah dan sebagainya. Kerja proyek ini harus mencakup kunjungan ke aneka rumah ibadah dan membuat laporan untuk dipresentasikan. Ini akan memberi kontribusi pada inklusi beragama untuk mencegah masuknya paham radikalisme agama kaleng-kalang masuk ke sekolah.

Coding Masa Depan 

Jadi yang tatap muka kelas cuma sedikit saja. Dan ini harus ditambah jamnya. Untuk SD dan SMP : Matematika, Sains, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Dan CODING.

Untuk SLTA : Matematika, Sains, ekonomi, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Dan CODING.

Semua mata pelajaran itu wajib di ujian dan menjari skor penentu masuk ke jenjang pendidikan berikutnya. Sistem zonasi dipertahankan dan disempurnakan untuk pemerataan pendidikan hingga tidak ada sekolah favorit.

Itu bayangan saya ketika mas Nadiem jadi menteri. Anak-anak Indonesia di gembleng menjadi manusia yang siap kerja dan meneroka alam digital 4.0 yang nanti meningkat lagi jadi 5.0 dan seterusnya. Semua anak didik punya kemampuan programing karena diajarkan sejak dini.

Ambyar 

Tapi harapan itu ambyar. Dan saya jadi orang begok. Karena tidak mengerti apa maksud mas Nadiem yakni Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.

Pengganti UN itu kata mas Nadiem, asesmen kemampuan bernalar menggunakan bahasa atau literasi, kemampuan bernalar menggunakan matematika atau numerasi, dan penguatan pendidikan karakter.

Kayak mana model pembelajarannya? Kayak mana ukuran keberhasilannya?

Saya membayangkan akan banyak kelas kosong karena para guru harus ditatar agar bisa beradaptasi dengan pendekatan baru.

Sementara anak didik belajar di kelas dengan kurikulum lama tapi tidak tahu bagaimana kedepannya.
Kebingungan pasti akan melanda. Keresahan sekarang mulai dirasakan para orang tua yang ingin anaknya sukses pendidikannya.

Keresahan itu pastinya akan diiringi oleh kegundahan yang memuncak, karena tidak satupun yang bisa menjamin model kurikulum mas Nadiem bisa langgeng setelah dia tidak menjabat lagi.

Sebab dinegeri ini, setiap ganti menteri ganti kebijakan. Yang dilarang sekarang diperbolehkan. Yang dulu diperbolehkan sekarang dilarang.

Karena tidak ada sistem. Termasuk sistem pendidikan kita.

Yang sekarang makin buat bingung para orang tua.

Makhluk apa Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter itu?

Tolong ajari saya agar tetap punya harapan anak-anak Indonesia bisa masuk Perguruan Tinggi semua.

Jangan ajak kita - para orang tua siswa - main lenong.

***
.