Istri yang Menyalip Suaminya

Bagi yang belum menikah, pilih calon suami dengan jeli. Jangan sampai dapat suami yang cuma pandai merayu, tapi cari uang tak mampu.

Jumat, 23 Agustus 2019 | 18:48 WIB
0
605
Istri yang Menyalip Suaminya
Ilustrasi suami-istri (Foto: islampos.com)

Seorang perempuan mengeluh pada saya. Ia frustrasi pada suaminya. Kenapa? Suaminya tak pandai cari uang. Dia ingin hidup yang lebih dari sekadar cukup makan. Suaminya tak bisa memberikan hal itu.

Saya tanya, kenapa kamu pikir harus suami yang memberi? Bagi saya, urusan nafkah itu urusan berdua, tanggung jawab berdua. Kalau suami bisa mencari nafkah lebih dari cukup, tak masalah kalau istri tidak bekerja. Kalau tidak, istri jangan mengeluh, bekerjalah bersama suami. Cari solusi berdua.

Banyak perempuan yang berani menyalip suaminya. Kalau lambat, jangan buntuti, salip saja. Jangan ikuti mitos bahwa laki-laki itu harus jadi pemimpin. Masa iya orang harus jadi pemimpin hanya karena ia punya zakar. Yang jadi pemimpin itu yang mampu. Yang tidak, harus jadi pengikut. Salip saja.

Emak saya dulu begitu. Boleh dibilang dalam soal kreativitas, Emak adalah pemimpin di rumah kami. Kalau mengandalkan Ayah, kami akan tumbuh jadi anak buruh kebun kelapa. Emaklah yang mengajak Ayah untuk membuka lahan, membuat kebun. Itu pun belum lengkap. Kalau berhenti di situ, kami hanya jadi anak petani kelapa. Uang yang didapat dari kebun, tak akan bisa membiayai sekolah kami.

Ketika diajak membangun kebun, Ayah sanggup. Ia bekerja keras membangun kebun. Tapi ia tak sanggup lebih dari itu. Ayah tak mungkin bisa berdagang. Pada titik itu Emak menyalip. Ia berdagang. Ayah hanya membantu seperlunya. Ia tak pernah menghalangi.

Jadi, kalau suamimu malas, tak kreatif, jangan mengeluh. Kamu yang harus bergerak. Jangan mengeluh, tapi tak mau bergerak juga. Jangan berharap suamimu tiba-tiba berubah jadi ksatria. Sadarlah, itu tak akan terjadi.

Kalau suamimu malas atau tidak kreatif, kamu juga tidak mau bergerak, maka terimalah nasibmu hidup melarat. Kamu boleh mengeluh dan menyalahkan suamimu, tapi sadarilah bahwa itu tidak mengubah apapun. Yang mengubah hidupmu adalah kemauanmu untuk berjuang.

Kalau suami menghalangi, bagaimana? Itulah saatnya kamu meninggalkan dia. Bahkan kalau dia tidak menghalangi, namun tak juga mendukung, sudah cukup alasan untuk meninggalkan dia. Jangan mau hidup seranjang dengan bangkai bernyawa.

Takut? Semua juga takut. Tapi sudah ada ribuan perempuan yang membuktikan bahwa meninggalkan laki-laki semacam itu membuat mereka lepas dari neraka dunia.

Perempuan punya pilihan. Pilihan itu tidak ditentukan oleh keadaanmu sekarang, tapi oleh kemauanmu untuk memilih dan menjalani risiko pilihan itu. Jangan takut karena tak sekolah tinggi, perempuan buta huruf pun bisa mandiri. Jangan takut tak punya modal, perempuan yang mulai hidup dari tukang pikul pun banyak. Sadari bahwa kau bukan tuan putri. Tegaklah berdiri, berjuang untuk hidup sendiri.

Bagi yang belum menikah, pilih calon suami dengan jeli. Jangan sampai dapat suami yang cuma pandai merayu, tapi cari uang tak mampu. Ingat, rayuan tak membuatmu kenyang, juga tak bisa dipakai untuk membayar uang sekolah anakmu.

***