Demikianlah, acapkali kucari Tuhan di rumah ibadah, yang kutemukan superego. Kubangun rumah ibadah dalam diriku, kutemukan Tuhan.
Sepanjang waktu, diriku terbiasa memasuki rumah ibadah. Virus korona memasukkan rumah ibadah ke dalam diri.
Dalam memasuki rumah ibadah, Yang Suci jadi milik bersama di bawah otoritas pemuka agama. Aku dan Dia berjumpa dalam ramai ritual tanpa intimitas. Pengalaman sakral jadi pengalaman sesekali dalam kebersamaan. Agama lebih membekas sebagai identitas kelompok.
Dalam memasukkan rumah ibadah ke dalam diri, Yang Suci menjadi milikku, dengan segenap otonomi diri. Aku dan Dia berjumpa dalam hening kehangatan. Pengalaman sakral jadi pengalaman personal sehari-hari. Agama lebih membekas sebagai akar jatidiri.
Ketika Yang Suci hadir dalam denyut jantungku, agama dihayati sebagai isyarat eksistensial yang dapat mempertautkan batin jagad kecil dengan jagad besar. Tak ada lagi kesenjangan antara ego dan kosmos. Bahasa jiwa merupakan vibrasi dari semesta. Upaya aktualisasi diri dalam puncaknya yang tertinggi terengkuh dalam meleburkan diri dengan kosmos bagi penemuan kebenaran, keindahan, dan keadilan tertinggi.
Demikianlah, acapkali kucari Tuhan di rumah ibadah, yang kutemukan superego. Kubangun rumah ibadah dalam diriku, kutemukan Tuhan.
Banyak orang beragama tak menemukan Tuhan. Virus korona membawa kita pulang ke rumah. Rumah spiritual yang meleburkan aku dan Dia dalam kehangatan kasih.
(Makrifat Pagi, Yudi Latif)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews