Keberadaan Tuhan [4] Keterbatasan Akal

Jadi ini bukan soal akal manusia yang terbatas. Ini soal orang yang belum bisa menata akalnya dengan baik.

Jumat, 28 Juni 2019 | 13:11 WIB
0
635
Keberadaan Tuhan [4]  Keterbatasan Akal
Ilustrasi akal (Foto: Okezone.com)

Manusia yang mencoba berpikir tentang Tuhan itu ibarat kursi yang mencoba berpikir tentang tukang kayu yang membuatnya, kata mereka. Salah! Kursi tidak berpikir. Lagipula, mereka sendiri yang mengatakan bahwa tida sesuatu yang menyerupai Tuhan, tapi mereka sering membuat analogi tentang Tuhan. Pikiran mereka penuh paradoks.

Akalmu itu terbatas, tidak bisa dipakai untuk memahami Tuhan, kata mereka. Kita bisa berdebat soal keterbatasan akal, tapi baiklah kita lewati saja bagian itu. Tapi soalnya bukan pada keterbatasan akal. Soalnya adalah, akal memang tidak bisa dipakai untuk menjelaskan hal-hal yang memang tidak masuk akal.

Sama saja misalnya kalau kita disuruh menjelaskan bagaimana sapu dalam kisah Harry Potter bisa terbang. Akal tidak akan sanggup. Bukan karena akal terbatas, bukan karena manusia belum punya pengetahuan yang bisa menjelaskan. Semata karena sapu yang bisa terbang itu tidak ada.

Tuhan menciptakan iblis. Lalu Tuhan menciptakan manusia. Tuhan menyuruh iblis sujud, iblis menolak. Tuhan murka kepada iblis. Lho, emangnya Tuhan yang maha tahu tidak tahu bahwa ini semua akan terjadi? Kok digambarkan seolah Tuhan tidak tahu? Kalau sudah tahu, kenapa dulu menciptakan iblis?

Tuhan berkuasa untuk membuat manusia patuh. Tapi Dia membuat manusia punya kehendak bebas. Lalu ada manusia yang tidak patuh, yang sebenarnya konsekuensi dari pilihan Tuhan. Tuhan murka kepada yang tidak patuh itu. Tuhan murka pada konsekuensi pilihan yang dia buat.

Hal-hal semacam itu tidak bisa dipahami oleh akal, bukan karena keterbatasan akal. Makanya, jangan pakai akal. Pakailah hati. Apa itu hati? Hati atau jantung tidak berfungsi untuk memproses informasi.

Gagasan soal berpikir atau merasa dengan hati itu adalah gagasan usang yang lahir ketika manusia belum paham anatomi manusia. Ketika fungsi otak belum dipahami.

Jadi ini bukan soal akal manusia yang terbatas. Ini soal orang yang belum bisa menata akalnya dengan baik.

(Bersambung)

***

Tulisan sebelumnya: Keberadaan Tuhan [3] Temuan Sains dan Kekuasaan Tuhan