Jelas-jelas anak membawa nama harum sekolah, daerah, dan bangsanya, mengapa justru prestasinya tidak dihargai?
Jasmine Sefia Waynie adalah salah satu pemain Timnas Putri U16. Saat harus membela negaranya, ia tentu meninggalkan sekolahnya. Akibatnya, ia tidak ikut ujian semester. Namun, apakah ia tidak berhak mendapatkan nilai?
Adalah kesalahan fatal jika sekolah tidak memberikan nilai di rapotnya. Ada tahapan yang ditinggalkan sekolah jika memiliki murid yang jadi atlet nasional. Begini....
Saat atlet tak mengikuti ujian, sekolah bisa memberikan dispensasi atau pengecualian. Caranya, si anak diminta untuk mengikuti ujian dengan dua cara.
Pertama, sekolah mengirimkan soalnya lewat email, WhatsApp, atau messenger. Lalu, si anak disuruh mengerjakan sampai batas waktu yang ditentukan. Lalu, jawabannya dikirim ke sekolahnya.
Kedua, sekolah mengirimkan soalnya ke rumah anak untuk dikerjakan di rumah. Boleh ditunggui guru dan tidak. Begitu selesai dikerjakan, diserahkan ke guru untuk dikoreksi dan dinilai.
Memperhatikan informasi di atas, sepertinya sekolah melakukan kesalahan fatal, yakni mengabaikan komponen sumber nilai rapot.
Perlu diketahui, nilai rapot merupakan akumulasi dari nilai ulangan harian, nilai tugas, nilai tengah semester, dan nilai ujian semester. Jadi, meskipun anak tidak ikut ujian semester, mestinya rapotnya tidak kosong atau nilai 0. Anak tetap mendapatkan nilai akumulasi dari 3 nilai.
Maka, saya sarankan agar pimpinan sekolah membina guru sesuai tugas dan kewenangannya. Hak anak harus diberikan tanpa ada kecuali.
Sekadar ungkapan keprihatinan, mestinya sekolah bangga punya murid yang jadi atlet nasional. Jelas-jelas anak membawa nama harum sekolah, daerah, dan bangsanya, mengapa justru prestasinya tidak dihargai?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews