Saya yakin Anda paham betul hal ini, wahai Mas Mentri, karena Anda telah menikmati pendidikan yang berlandaskan buku.
Wahai Mas Menteri, tolong baca dan pahami artikel yang ditulis oleh Ahmad Rizali ini. It is short and concise. Anda harus benar-benar serius memperbaiki mutu pendidikan dasar, utamanya pada kemampuan dasar siswa untuk membaca, matematika dan sains.
Jika mayoritas siswa SD bisa membaca tapi tidak paham pada apa yang dibacanya itu artinya siswa sangat kurang mendapatkan materi bacaan yang memperkuat pemahamannya tentang arti atau makna dari kata dan kalimat yang dibacanya.
Kita tidak bicara tentang kemampuan membaca huruf Hijaiyah, di mana siswa madrasah biasanya sangat fasih mengaji tapi tidak paham artinya karena mereka membaca bahasa Arab yang mereka tidak paham artinya. Kita berbicara tentang bahasa Indonesia yang ditulis dalam bahasa Latin yang sehari-hari kita gunakan. Alangkah ironisnya jika dalam bahasa Indonesia saja siswa kita tidak paham apa yang ia baca.
Tidak bisa tidak, itu disebabkan karena miskinnya buku bacaan yang ada di kelas-kelas di mana anak-anak kita belajar dan itu juga disebabkan oleh miskinnya buku-buku bacaan yang dibacakan pada mereka sejak balita di rumah-rumah mereka. It's Reading Poverty. Mereka selama ini hanya terekspos dengan bahasa lisan yang juga miskin kosakata dan konteks di lingkungan mereka.
Oleh sebab itu kita harus benar-benar fokus untuk mengekspos anak-anak kita dengan buku-buku bacaan yang kaya kosakata dan makna sejak balita. Program "1,000 Books Before Kindergarten" perlu kita adopsi dan lakukan di tanah air.
Kita perlu menggelontor kelas-kelas di SD kita dengan buku-buku bacaan dan mewajibkan anak-anak kita untuk membaca sejumlah buku tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Banyak cara untuk menuju kesana dan banyak orang dan lembaga yang bisa membantu.
"Tidak ada masa depan tanpa buku," demikian kata Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum, Wakil Presiden Uni Emirat Arab. UAE sendiri bahkan membuat Undang-Undang Membaca Nasional agar generasi muda mereka siap menghadapi masa depan mereka. Mereka begitu kaya raya tapi toh masih sangat peduli pada kemampuan membaca sebagai jantungnya pendidikan ini.
Saya yakin Anda paham betul hal ini, wahai Mas Mentri, karena Anda telah menikmati pendidikan yang berlandaskan buku.
Mas Menteri, sampeyan perlu saya bantu tah? Saya gak perlu dibayar atau diberi honor kok!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews