Kalau biasa-biasa saja, lembaga pemerintah akan selalu dianggap lembaga yang normatif, membosankan dan kaku. Boro-boro dilirik dan mau cari tahu.
BPJS disomasi karena dianggap merendahkan dan diskriminatif terhadap ODGJ/PDM dengan menyamakan ODGJ dengan Joker, oleh Masyarakat Peduli Apalah...
IMHO. Ini yang somasi malah baperan gaje, tidak bisa/mau memahami substansi dari iklan layanan masyarakat BPJS.
Maksud dari BPJS kan hanya sosialisasi layanan BPJS yaitu ODGJ/PDM termasuk yang dicover oleh BPJS biaya pengobatannya. Jadi jangan takut untuk berobat, jangan menunggu hingga seperti Joker kondisinya.
Saya pribadi justru mengapresiasi jika BUMN dan lembaga pemerintah lainnya mulai kreatif mengikuti perkembangan jaman, sehingga selaras dengan gaya milenial, seperti beriklan menggunakan konten atau isu yang kekinian atau sedang viral di kalangan milenial.
Kalau biasa-biasa saja, lembaga pemerintah akan selalu dianggap lembaga yang normatif, membosankan dan kaku. Boro-boro dilirik dan mau cari tahu. Padahal bisa jadi pelayanannya kita butuhkan setiap hari.
Tapi kalau kekinian, akan menarik perhatian milenial, lalu dishare oleh mereka, sehingga secara tidak langsung menciptakan tenaga-tenaga marketing gratis!
Program pemerintah menjadi tersosialisasi lebih baik.
SJW ini ancen ngguamblehi. Kerjanya hanya sinis, protes sana sini, tapi sedikit menunjukkan kerja yang riil solutif.
Dan biasanya model begini aselinya cuma penghamba duyd!
Ora ono duyd ora njulid.
***
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews