Tentang Suudzon

Soal niat kenapa dia sholat di situ hanya dia dan Tuhan yang tahu. Tapi saya bukan Tuhan. Saya manusia biasa yang menarik kesimpulan dari apa yang tampak.

Jumat, 16 Agustus 2019 | 07:42 WIB
0
460
Tentang Suudzon
Shalat di pelataran bioskop (Foto

Saya mengomentari orang yang sembahyang di lobby bioskop, padahal di mall disediakan mushola. Bagi saya, kelakuan itu gak pada tempatnya. Buat apa disiapkan fasilitas ibadah jika orang bisa sembarangan sholat di lobby.

Lobby itu ruang publik. Peruntukannya bukan buat sholat. Makanya kalau ada yang sholat di sana jadinya lucu. Seperti pameran.

Lalu banyak orang komentar, jangan suudzon. Saya tertawa.

Nah, saya mau bahas soal suudzon atau berprasangka buruk. Banyak orang yang salah mengartikan soal ini. Seolah yang namanya suudzon itu kesalahan hanya ada di pihak yang berprasangka.

Begini mblo. Penilaian orang bergantung dari apa yang tampak. Dari sanalah penilaian pertama dimulai. Kesimpulan apa yang bisa ditarik orang normal jika melihat orang sembahyang di lobby bioskop sementara mushola tersedia di sana, bahkan cukup bagus?

Mau bilang bahwa dia adalah seorang ahli ibadah, sehingga yang namanya sholat baginya kayak orang kebelet. Gak bisa ditahan-tahan, bahkan untuk sekadar cari mushola yang tersedia? Jadi dia langsung takbiratul ihram di lobby begitu merasa mau sholat.

Boleh saja berpendapat begitu.

Tapi ketika orang melihat aneh, bahwa dia sedang pamer ibadah, juga gak selamanya salah. Sebab sebuah pendapat ditarik dari hal yang tampak. Dari apa yang dilihat.

Jika kamu suka main ke rumah bordil, meskipun kamu gak pernah menggunakan jasa pelacur. Lalu ada orang yang melihatmu. Dia berkesimpulan, bahwa kamu suka bercinta dengan pelacur. Apakah 100% salah kesimpulan itu? Apakah itu disebut suudzon?

Gak gitu juga. Orang yang menyangka kamu suka main pelacur wajar menarik kesimpulan itu. Wong yang dilihat kamu suka ke sana. Orang menilai dari apa yang dilihat. Lantas mengambil kesimpulan dari amatan itu. Itulah cara berfikir orang normal.

Setidaknya kamu ikut share terhadap kesalahan kesimpulan. Perilakumu yang suka ke rumah bordil adalah penyebab orang berkesimpulan seperti itu.

Artinya, suudzon atau sangka buruk tidak seluruhnya kesalahan yang berprasangka. Setidaknya kamu juga ikut share terhadap kesalahan persepsi orang lain. Kamulah yang 'memaksa' orang berfikir buruk. Sebab kelakuanmu yang dinilai orang. Bukan maksud tersembunyi dalam hatimu.

Banyak orang marah ketika orang berprasangka buruk terhadapnya. Tetapi dia gak mau koreksi diri, kenapa prasangka itu terbit. Kenapa.prasangka itu terbentuk. Bukankah perilakunya yang secara aktif membantu orang lain berprasangka buruk padanya.

Jadi suudzon itu bukan melulu kesalahan penilaian. Dia bisa saja hadir sebagai penilaian logis dari serentetan peristiwa yang tampak.

Jika suudzon adalah perbuatan buruk dan berdosa. Kesalahan pertama justru terletak dari perilaku kita yang nenyebabkan orang berprasangka buruk. Sekali lagi, orang menyimpulam dari yang tampak. Dari yang kekihatan. Jangan paksa orang jadi tuhan yang harus memahami isi hatimu dan niatmu melakukan tindakan itu.

Jadi kitalah yang membuat orang melakukan kesalahan penilaian. Kitalah sumber masalahnya. Kitalah yang membuat orang berkesimpulan buruk. Dan kalau kita membuat orang suudzon, lalu kita berasa telah terbebas dari kesalahan hanya dengan menuding orang suudzon.

Ketika saya melihat orang sembahyang di lobby bioskop, saya memandangnya dia lagi pamer. Cari perhatian. Plus norak. Sebab di mall itu, mushola gampang ditemukan. Gak jauh kok.

Apakah saya suudzon? Mungkin. Tapi suudzon tidak berdiri sendiri. Suudzon juga disumbang oleh kelakuan orang itu.

Memang, soal niat kenapa dia sholat di situ hanya dia dan Tuhan yang tahu. Tapi saya bukan Tuhan. Saya manusia biasa yang menarik kesimpulan dari apa yang tampak. Saya rasa Anda juga begitu. Sebab Anda manusia biasa seperti saya. Mana bisa menyelinap ke hati si babe.

Jadi jagalah sikapmu. Yang wajar-wajar saja. Agar kamu tidak menjadi penyebab orang suudzon padamu. Percayalah menjadi penyebab orang suudzon, kesalahannya lebih besar dari orang yang suudzon.

"Mas, ada teman saya bilang mas Eko itu orangnya keren banget. Itu namanya suudzon apa fitnah?," tanya Abu Kumkum.

"Jaman sekarang susah cari orang sejujur temanmu, Kum."

"Lho, kok mas Eko malah suudzon sama teman saya. Dia kan bukan orang jujur. Dia itu tukang boong..."

Eko Kuntadhi

***